SURAU.CO – بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ. Dalam sidang dunia saja hakim meminta bukti, apalagi dalam agama Allah ﷻ.
Allah ﷻ berfirman : ‘Katakanlah: Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu orang-orang yang benar’ (QS. Al-Baqarah: 111).
Kalau semua orang bebas beropini tanpa dalil, bagaimana kita bisa tahu mana yang benar di sisi Allah ﷻ ? (417 = 24/07/2025, Ba’da Subuh)
Mukadimah : Umat Hancur karena Salah Guru
Rasulullah ﷺ telah mengingatkan : “Sesungguhnya aku khawatir atas umatku para pemimpin yang menyesatkan.” (HR. Ahmad no. 27898, dinilai shahih oleh al-Albani)
Hari ini, banyak tokoh yang tampak berilmu, tapi mereka hanyalah penyesat umat, karena:
mereka menjual agama demi popularitas dan uang,
mereka berbicara tanpa ilmu dan tanpa sanad,
mereka menyesuaikan agama dengan selera masyarakat.
Ulama Palsu dan Ulama Dunia
A. Ulama Palsu (العلماء الكذبة)
Menyamar sebagai ulama, padahal tidak menguasai ilmu syar’i.
Ilmunya hanya dari Google, TikTok, atau ceramah potong-potongan.
Tidak punya guru yang jelas, tidak memiliki sanad keilmuan.
Sering menyebarkan hadits palsu, kisah fiktif, dan logika sesat.
Berani berfatwa tanpa takut kepada Allah ﷻ.
“Bila orang bodoh bicara atas nama agama, maka fitnah akan tersebar.” — Ibnu Qayyim, I’lamul Muwaqqi’in
B. Ulama Dunia (علماء الدنيا)
Ulama yang ilmunya tinggi, tetapi menggunakan agama demi dunia: harta, jabatan, popularitas.
Menjilat penguasa yang zalim, menyembunyikan kebenaran agar tidak kehilangan panggung.
Tak berani menyebut nama aliran sesat, bahkan berkompromi dengan syirik dan bid’ah.
Contoh nyata : sebagian besar ulama su’ (jahat) di zaman Bani Umayyah, Abbasiyah, bahkan hari ini di berbagai negara Muslim.
Rasulullah ﷺ bersabda : “Barang siapa mempelajari ilmu untuk menyaingi ulama, membantah orang bodoh, atau untuk menarik perhatian manusia, maka ia akan masuk neraka.” (HR. Tirmidzi no. 2654, hasan)
Sejarah Penyimpangan Ulama dari Zaman ke Zaman
A. Ulama Penjilat Penguasa
Banyak dari mereka mendukung pemimpin zalim, seperti ulama Mu’tazilah yang mendukung doktrin “Al-Qur’an adalah makhluk”.
Mereka menjual akidah untuk kepentingan politik, bahkan mengintimidasi ulama lurus seperti Imam Ahmad bin Hanbal.
B. Ulama Su’ dalam Dunia Modern
Mendukung perbankan syariah padahal tetap riba.
Mendukung sistem demokrasi dan liberalisme, padahal bertentangan dengan hukum Islam.
Memberi “legalitas agama” kepada artis, penyanyi, pesulap, atau penari, asal mengucap salam dan pakai peci.
Strategi Menyelamatkan Umat dari Ulama Sesat
A. Masyarakat Harus Kembali ke Manhaj Salaf
Kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah, dengan pemahaman sahabat.
Waspada terhadap istilah “semua jalan benar, tergantung niat”, karena niat baik tidak cukup jika jalannya batil.
B. Bangun Tradisi Mengaji Kitab Bukan Cuma Ceramah
Ulama salaf mengajar lewat kitab-kitab rujukan: Shahih Bukhari, Muslim, Fiqih Empat Mazhab, kitab tauhid, dll.
Ceramah umum harus diarahkan ke dakwah ilmiah, bukan hiburan.
C. Masyarakat Wajib Selektif Memilih Ustadz
Tanyakan : “Siapa gurumu?” – Jika tidak punya sanad ilmu, tinggalkan.
Jangan ikut ustadz yang hanya main perasaan dan cerita khayalan, tapi tidak mengajak kepada tauhid, sunnah, dan manhaj sahabat.
D. Kuatkan Barisan Ulama Ahlus Sunnah
Dukung media dakwah yang lurus.
Jangan ragu menegur atau memperingatkan keluarga dan kerabat yang terjebak pada tokoh-tokoh menyimpang.
Jangan diam saat kebenaran diinjak-injak.
Kesimpulan
Ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah pewaris Nabi ﷺ yang lurus, teguh pada dalil, dan tidak tunduk pada kepentingan dunia.
Banyak tokoh populer saat ini menyimpang : sebagian sufi ekstrem, penganut syiah, penjual mimpi, pencari ketenaran, dan motivator agama.
Kita wajib berilmu sebelum beramal dan berhati-hati dalam memilih guru.
Umat Islam tidak akan baik keadaannya selama mereka tidak kembali kepada manhaj salaf dalam mencari ilmu, beribadah, dan berdakwah.
“Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim no. 2699)
Akhir Kata
Semoga tulisan dakwah ini menjadi pembuka mata umat Islam, agar berhenti mengikuti tokoh hanya karena penampilan, suara merdu, atau pengikut banyak.
Kebenaran bukan dinilai dari jumlah pengikut, tapi dari dalil dan manhaj yang lurus.
Jangan jadikan tradisi, hawa nafsu, dan gaya hidup yang bertentangan dengan syariat lebih utama dari wahyu Allah ﷻ dan sunnah Rasulullah ﷺ
Semoga Allah ﷻ membimbing kita kepada kebenaran yang diridhai-Nya
Silakan bagikan artikel ini agar jadi amal jariyah dan jalan hidayah bagi yang membaca, niatkan hanya untuk Allah ﷻ
Untuk pemahaman Islam yang benar, rujuk lah kepada ustadz Ahlus Sunnah wal Jama‘ah yang bermanhaj salaf, mengikuti Al-Qur’an dan Hadits dengan pemahaman para Sahabat, Tabi‘in, dan Tabi‘ut Tabi‘in
Cara memilih guru rujukan
Lihat ilmu dan dalilnya, bukan sekadar nama atau popularitas
Jangan fanatik pada tokoh, tapi ikuti kebenaran berdasarkan dalil yang disampaikannya
Pastikan ia membimbing pada tauhid, menjauhi bid’ah, dan berpegang teguh pada sunnah.
Jika benar, itu dari Allah ﷻ; jika salah, itu dari kelemahan diri saya, dan saya memohon ampun kepada Allah ﷻ.
Wallāhu A‘lam, Ustadz Firanda Andirja Hafidzahullah. (Eya Dakwah)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
