Opinion
Beranda » Berita » MENGELUH DAN TERTEKAN

MENGELUH DAN TERTEKAN

MENGELUH DAN TERTEKAN
MENGELUH DAN TERTEKAN

 

SURAU.CO  –  Mengeluh adalah refleksi alami dari hati yang sedang lelah. Ia muncul tanpa diminta, seperti awan mendung yang tiba-tiba menutupi langit cerah. Namun, jika dibiarkan terus tumbuh, keluhan bisa menjadi beban berat yang menekan jiwa. Sebab setiap kali lidah mengeluh, hati semakin meyakini bahwa hidup ini sulit, tak adil, dan menyakitkan. Padahal, bisa jadi, yang berat itu bukan hidupnya, melainkan cara kita memandangnya.

Bersyukur Membawa Kemudahan

Dalam sebuah nasihat bijak disebutkan, “Mengeluh membuat kita tertekan, sedangkan bersyukur membawa kita kepada kemudahan.”

Ungkapan sederhana ini sesungguhnya mengandung rahasia besar kehidupan. Setiap keluhan yang keluar dari mulut sebenarnya mempersempit ruang sabar di dalam dada. Hati yang tadinya lapang menjadi sempit. Pikiran yang tadinya tenang menjadi bising. Ketika mengeluh, kita tidak hanya membicarakan masalah, tetapi juga memperbesarnya.

Allah Ta’ala berfirman:

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

> “Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6)

Namun, sering kali kita tidak menemukan kemudahan itu bukan karena Allah tidak memberikannya, tetapi karena keluhan telah menutup pandangan hati dari melihat nikmat yang ada. Orang yang sibuk menghitung kesulitan akan lupa menghitung nikmat yang ia miliki.

Lihatlah, betapa banyak orang yang diuji lebih berat, tetapi masih mampu tersenyum dan bersyukur. Bukan karena mereka tidak merasa sakit, melainkan karena mereka memilih untuk tetap percaya bahwa setiap ujian adalah tanda cinta Allah, bukan hukuman. Mereka memahami bahwa di balik setiap kesulitan selalu ada pelajaran yang menumbuhkan.

Menolak Kelembutan Allah

Sementara itu, orang yang gemar mengeluh sesungguhnya sedang menolak kelembutan Allah. Ia menolak untuk melihat rahmat di balik ujian. Ia seperti orang yang berjalan di bawah terik matahari, tetapi terus memarahi panasnya, alih-alih mencari tempat berteduh.

Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

> “Lihatlah kepada orang yang lebih rendah darimu (dalam hal dunia), dan janganlah melihat kepada orang yang di atasmu, karena hal itu akan membuatmu lebih menghargai nikmat Allah kepadamu.” (HR. Muslim)

Hadis ini mengajarkan bahwa bersyukur bukanlah sikap pasrah tanpa usaha, melainkan kesadaran bahwa apa pun keadaan kita hari ini tetap berada dalam genggaman kasih sayang Allah. Bersyukur berarti mengakui kebaikan Allah dalam setiap detik kehidupan, bahkan di saat kita tak memahami rencana-Nya.

Ketika seseorang belajar menahan diri dari mengeluh, ia sedang mendidik hatinya untuk kuat. Sabar bukan berarti tidak merasakan sakit, tetapi tetap menjaga tutur dan tindakan agar tidak melukai iman. Justru di situlah letak kemuliaan seorang mukmin—mampu menahan lidah dari keluhan dan menggantinya dengan dzikir.

Cobalah renungkan. Setiap kali kita mengeluh tentang pekerjaan, ada orang lain yang sedang berdoa agar bisa mendapat pekerjaan. Ketika kita mengeluh tentang makanan, ada yang tengah menahan lapar. Ketika kita mengeluh tentang pasangan atau keluarga, ada yang justru memohon agar diberi pendamping dan keturunan. Sungguh, keluhan sering membuat kita buta terhadap nikmat yang nyata.

Ubahlah keluhan menjadi doa

Jadikan tekanan sebagai bahan bakar untuk mendekat kepada Allah. Saat beban terasa berat, bukan berarti hidupmu salah arah, bisa jadi itu tanda Allah sedang mengangkat derajatmu. Tekanan bukan untuk menghancurkan, tapi untuk membentuk. Seperti besi yang ditempa agar menjadi kuat dan berharga.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Ingatlah, setiap keluhan menambah sesak, sedangkan setiap syukur menambah lapang. Bersyukur tidak selalu mengubah keadaan, tapi selalu mengubah perasaan. Dan dari perasaan yang tenang, akan lahir ketenangan dalam menghadapi segala keadaan.

Jika hari ini engkau merasa tertekan, tariklah napas panjang dan ucapkan, “Alhamdulillah.”

Katakan dalam hati, “Ya Allah, aku mungkin tidak paham mengapa Engkau menakdirkan ini untukku, tapi aku yakin, Engkau tidak akan menzalimi hamba-Mu.” Dengan ucapan itu, tekanan perlahan berubah menjadi ketenangan, air mata menjadi kekuatan, dan kegelisahan menjadi jalan menuju ridha Allah.

Jangan jadikan keluhan sebagai bahasa sehari-hari, karena ia mengundang kesedihan yang berlarut. Jadikan syukur sebagai kebiasaan, karena ia menarik pertolongan dan keberkahan.

Sebagaimana Allah menjanjikan dalam firman-Nya:

> “Jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7)

Berhentilah mengeluh

Bukan karena hidupmu mudah, tetapi karena hatimu sudah cukup dewasa untuk memahami bahwa setiap ujian adalah undangan untuk lebih dekat kepada Allah.

Dan yakinlah — semakin banyak engkau bersyukur, semakin mudah jalanmu dilapangkan oleh-Nya.

Mengeluh membuat kita tertekan. Bersyukur membawa kita kepada kemudahan.  (Oleh: Tengku Iskandar –
Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement