SURAU.CO – Tokoh dalam sejarah Islam tidak hanya seputar tokoh-tokoh besar laki-laki yang menjadi pahlawan, ulama, maupun sahabat Rasulullah SAW. Sejarah Islam juga menghadirkan peran penting dari sosok-sosok perempuan yang memberikan kontribusi besar dalam perjalanan dakwah Islam. Salah satu tokoh perempuan yang mungkin tidak terlalu populer namun memiliki peran penting dalam sejarah awal Islam adalah sosok Nafisah binti Munyah. Perantara Pernikahan Muhammad dengan Khadijah.
Mengutip Sirah Nabawiyah Karya Syaikh Shafiyyurahman Mubarakfury, Nafisah tercatat sebagai sosok yang menjadi perantara pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Sayyidah Khadijah binti Khuwailid. Khadijah adalah seorang saudagar perempuan Quraisy yang kelak menjadi istri pertama beliau. Tanpa jasa Nafisah, kisah agung cinta Nabi dan Khadijah yang penuh keberkahan mungkin tidak akan dimulai dengan cara yang seindah itu.
Sosok Nafisah Binti Munyah
Nafisah binti Munyah atau (Munayah) adalah seorang perempuan dari kalangan Quraisy yang dikenal dekat dengan Khadijah binti Khuwailid. Dalam beberapa catatan sejarah, menggambarkan ia sebagai teman akrab sekaligus kerabat Khadijah. Karena kedekatan itu, ia sering menjadi tempat curhat, berbagi rahasia, serta menjadi penghubung dalam urusan penting.
Meski informasi detail mengenai silsilah dan kehidupannya tidak seterkenal para sahabiyah besar lainnya seperti Aisyah r.a. atau Fatimah r.a., nama Nafisah dikenang karena perannya yang sangat menentukan dalam menyatukan dua tokoh penting: Nabi Muhammad SAW dan Khadijah binti Khuwailid.
Kisah Nafisah lebih banyak termuat dalam literatur sirah nabawiyah (sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW), terutama saat membicarakan masa sebelum kenabian, ketika Muhammad masih muda dan bekerja sebagai pedagang.
Awal Pertemuan Muhammad dengan Khadijah
Sebelum menjadi Rasulullah SAW, Muhammad terkenal dengan julukan Al-Amin karena kejujuran, integritas, dan amanah yang beliau miliki. Reputasi ini membuat banyak orang Quraisy mempercayakan urusan bisnis kepada beliau.
Khadijah binti Khuwailid, seorang janda kaya raya dari kalangan bangsawan Quraisy, mendengar tentang kejujuran Muhammad. Ia lalu mempekerjakan Muhammad untuk membawa barang dagangannya ke Syam. Muhammad menjalankan tugas itu dengan penuh amanah. Dalam tugas itu pula, Khadijah mengutus Maisarah menemani Muhammad. Hasil perdagangan yang dibawa Muhammad ternyata melampaui keuntungan biasanya.
Maisarah kemudian melaporkan kepada Khadijah tentang akhlak mulia Muhammad, kejujurannya dalam berdagang, serta tanda-tanda kemuliaan lain yang ia saksikan. Dari sinilah benih kekaguman Khadijah kepada Muhammad mulai tumbuh, tidak hanya karena keberhasilannya dalam berdagang, tetapi juga karena akhlaknya yang luar biasa.
Peran Penting Nafisah Binti Munyah
Meski Khadijah mengagumi Muhammad, ia tidak serta-merta langsung menyampaikan keinginannya untuk menikah. Pada fase sinilah peran Nafisah binti Munyah menjadi sangat penting.
Sebagai sahabat dekat, Khadijah menyampaikan isi hatinya kepada Nafisah. Ia mengungkapkan kekagumannya terhadap Muhammad dan keinginannya untuk menjalin hubungan lebih serius. Nafisah, yang terkenal bijak, lalu menawarkan diri untuk menjadi perantara.
Nafisah Menyampaikan “Lamaran” Tersirat
Dengan penuh kelembutan, Nafisah mendekati Muhammad dan membuka percakapan ringan. Ia bertanya kepada Muhammad tentang kehidupannya dan pandangannya mengenai pernikahan. Dalam percakapan itu, Nafisah menyampaikan pertanyaan yang sederhana namun bermakna: “Mengapa engkau tidak menikah, wahai Muhammad?”
Muhammad menjawab dengan rendah hati bahwa ia tidak memiliki banyak harta untuk bisa menikah. Jawaban ini menunjukkan kerendahan hati beliau, meski sebenarnya banyak perempuan Quraisy yang menginginkan Muhammad sebagai suami.
Lalu Nafisah bertanya lagi: “Bagaimana jika ada seseorang yang kaya, cantik, terhormat, dan sepadan untukmu? Maukah engkau menikahinya?“Muhammad penasaran lalu bertanya siapa yang dimaksud. Nafisah menjawab: “Khadijah binti Khuwailid.”
Muhammad Menerima Tawaran
Mendengar nama Khadijah, Muhammad tidak terkejut. Beliau tahu bahwa Khadijah adalah seorang wanita terhormat, cerdas, dan terkemuka di Makkah. Dengan penuh penghormatan, Muhammad menyatakan kesediaannya.
Nafisah kemudian menyampaikan jawaban Muhammad kepada Khadijah. Kabar itu membuat Khadijah bahagia. Melalui perantara Nafisah, proses pernikahan Muhammad dengan Khadijah pun akhirnya berjalan.
Setelah adanya kesepakatan batin, keluarga Khadijah mengutus pamannya, Amr bin Asad, untuk menyampaikan lamaran resmi. Sementara Abu Thalib pamannya, mewakili dari pihak Muhammad.
Dalam prosesi tersebut, Abu Thalib menyampaikan khutbah nikah yang indah, memuji akhlak Muhammad, dan menyebutkan nasab beliau yang mulia. Pernikahan pun terlaksana dengan penuh keberkahan.
Khadijah memberikan mahar yang layak, dan sejak saat itu Muhammad dan Khadijah hidup sebagai pasangan yang saling mencintai, menghormati, dan mendukung. Khadijah menjadi istri setia yang mendampingi Muhammad hingga beliau menjadi Rasul, bahkan mengorbankan harta dan jiwanya untuk perjuangan Islam.
Hikmah dari Kisah Nafisah Binti Munyah
Kisah peran Nafisah binti Munyah bukan hanya sekadar catatan sejarah, melainkan sarat dengan pelajaran hidup. Nilai dan hikmah yang dapat terpetik adalah :
- Peran Sahabat dalam Kebaikan
Nafisah menunjukkan bahwa seorang sahabat sejati adalah yang mendukung temannya dalam urusan kebaikan, termasuk pernikahan. Ia tidak hanya mendengar keluh kesah Khadijah, tetapi juga bertindak sebagai jembatan. - Pentingnya Perantara dalam Pernikahan
Dalam budaya Arab saat itu, perantara sangat penting untuk menjaga kehormatan. Nafisah menjalankan tugas itu dengan penuh adab dan kecerdasan. - Keberanian Khadijah
Melalui bantuan Nafisah, Khadijah menunjukkan bahwa perempuan memiliki hak untuk memilih pasangan hidupnya, bahkan mengambil langkah pertama dengan cara yang elegan. - Kerendahan Hati Muhammad
Jawaban Muhammad kepada Nafisah mencerminkan sikap rendah hati beliau. Meski beliau adalah sosok Al-Amin yang dicintai banyak orang, beliau tidak merasa layak tanpa harta yang cukup. - Jasa yang Tak Ternilai
Nafisah mungkin tidak banyak tersebut dalam sejarah panjang Islam, tetapi perannya begitu monumental. Melalui jasanya, lahirlah pernikahan yang menjadi fondasi rumah tangga teladan sepanjang masa.
Nafisah : Sosok yang Layak Dikenang
Meskipun hanya sedikit informasi mengenai kehidupannya setelah pernikahan Nabi, nama Nafisah tetap tercatat dalam sirah sebagai penghubung cinta Muhammad dan Khadijah. Perannya membuktikan bahwa sejarah besar sering kali juga menyertakan peran-peran “kecil” namun sangat menentukan.
Tanpa Nafisah, mungkin kisah agung rumah tangga Rasulullah dan Khadijah tidak akan terjalin dengan cara yang seindah itu. Kisah ini mengingatkan kita bahwa siapapun, sekecil apapun perannya, bisa menjadi bagian dari sejarah besar jika ia ikhlas membantu demi kebaikan.
Nafisah binti Munyah adalah sosok perempuan yang jarang terekspos tetapi sangat penting dalam sejarah Islam. Ia bukan hanya sekadar sahabat Khadijah, tetapi juga perantara yang mempertemukan dua insan mulia: Muhammad bin Abdullah dan Khadijah binti Khuwailid. Dari pernikahan itu lahir rumah tangga penuh berkah, yang kelak melahirkan putri-putri Nabi dan menjadi teladan bagi umat sepanjang masa.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
