SURAU.CO – بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ. Banyak orang berkata : ‘Kami hanya minta berkah, bukan menyembah’.
Padahal Allah ﷻ menegaskan: ‘Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan’ (QS. Al-Fatihah: 5).
Kalau doa dan permintaan kita arahkan ke selain Allah ﷻ, apakah itu masih disebut ibadah kepada Allah ﷻ ? (413 = 23/07/2025, Ba’da Dzuhur) RIYADHUS SHALIHIN – SERI 1. Muqaddimah dan Bab Pertama: Ikhlas dan Niat dalam Setiap Amal.
Mukadimah Kitab Riyadhus Shalihin
Kitab Riyadhus Shalihin adalah salah satu kitab paling terkenal dan bermanfaat dalam dunia Islam.
Disusun oleh Imam Yahya bin Syaraf An-Nawawi rahimahullah (wafat 676 H), seorang ulama besar dari madzhab Syafi’i yang dikenal sangat kuat hafalan, tajam dalam pemahaman, dan zuhud dalam kehidupannya.
Kitab ini menghimpun hadits-hadits Nabi ﷺ yang berkaitan dengan adab, akhlak, motivasi amal shalih, larangan maksiat, dan berbagai perintah Allah dan Rasul-Nya, disusun berdasarkan tema per bab yang memudahkan pembaca dalam memahami isi kandungan agama.
Imam Nawawi menyusun kitab ini dengan niat untuk menumbuhkan semangat ibadah dan keimanan, serta menjadi riyadh (taman) bagi orang-orang shalih—maka dinamakan Riyadhus Shalihin (Taman Orang-orang Shalih).
Bab Pertama: Ikhlas dan Niat dalam Segala Amal
Judul Bab: Bab Ikhlas dan Menghadirkan Niat dalam Segala Amal, Perkataan dan Keadaan, yang Nampak Maupun yang Tersembunyi
Dalil Utama dalam Bab Ini:
Hadits Pertama:
عَنْ أَمِيرِ المُؤمِنِينَ أَبِي حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ:
“إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى.” (Muttafaq ‘alaih: HR. Bukhari dan Muslim)
Makna dan Penjelasan:
Niat adalah dasar diterimanya amal.
Semua amal dalam Islam, baik amal ibadah maupun kebiasaan, tergantung pada niat.
Tanpa niat yang benar, amal bisa sia-sia, bahkan bisa menjadi dosa.
Keikhlasan adalah pondasi utama
Amal akan diterima hanya jika dilakukan ikhlas karena Allah ﷻ, bukan karena riya’, mencari pujian manusia, atau kepentingan dunia.
Dalam hadits ini, Rasulullah ﷺ menegaskan dua hal:
Amal tergantung pada niat.
Setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya.
Contoh Implementasi Niat:
Shalat bukan hanya gerakan jasad, tapi wajib diniatkan karena Allah, bukan karena ingin dilihat orang.
Menuntut ilmu bisa menjadi ibadah atau maksiat tergantung niat: jika niat karena Allah, maka berpahala; jika untuk dunia, maka tidak diterima.
Bahkan makan, tidur, dan bekerja bisa menjadi ibadah jika diniatkan untuk menjaga kekuatan dalam taat kepada Allah.
Pentingnya Bab Ini:
Bab tentang niat dan keikhlasan diletakkan di awal oleh Imam Nawawi karena ini adalah pondasi dari seluruh amalan dalam Islam.
Amal sebesar apa pun, tanpa niat yang benar, akan sia-sia.
Sebaliknya, amal yang kecil namun disertai niat ikhlas, bisa menjadi sumber pahala besar.
Imam Syafi’i rahimahullah berkata : “Hadits ini masuk ke dalam 70 bab ilmu fiqih dan merupakan sepertiga agama.”
Bantahan terhadap Penyimpangan Niat
Riya’ dan sum’ah (ingin dipuji dan didengar): termasuk syirik kecil yang bisa merusak amal.
Rasulullah ﷺ bersabda : “Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya’.” (HR. Ahmad, Hasan)
Beramal karena dunia : seperti menuntut ilmu agar disebut ustadz, menghafal Qur’an untuk tampil di TV, bersedekah untuk kampanye, semua ini menunjukkan rusaknya niat.
Pesan Dakwah :
Wahai kaum Muslimin, mari kita koreksi niat dalam setiap amalan.
Jangan sampai kita lelah beramal, tapi tidak diterima oleh Allah ﷻ karena niat yang keliru.
Tanamkan bahwa setiap amal harus ikhlas dan sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ, agar ia menjadi amal yang diterima dan mengantarkan kita ke surga.
Penutup Seri Pertama
Insya Allah, dalam seri berikutnya kita akan membahas Bab Kedua: Taubat — tentang syarat-syarat taubat, dalil-dalilnya, dan pentingnya segera bertaubat dari segala dosa.
“Ya Allah, jadikan semua amal kami ikhlas karena-Mu, dan jauhkan kami dari riya’ dan sum’ah, serta karuniakan kepada kami keikhlasan yang murni dalam ibadah dan kehidupan.”
Ibadah tanpa dalil
Amal sebesar apa pun akan tertolak kalau tidak ada dalilnya.
Rasulullah ﷺ bersabda : ‘Setiap bid’ah adalah sesat’ (HR. Muslim no. 867).
Maka jangan bangga dengan tradisi, karena yang Allah ﷻ nilai bukan banyaknya acara, tapi apakah itu sesuai Sunnah atau tidak. Wallahu A’lam, Ustadz Firanda Andirja Hafidzahullah. (eya Dakwah)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
