Opinion
Beranda » Berita » Diam Adalah Pilihan Terbaik

Diam Adalah Pilihan Terbaik

Diam Adalah Pilihan Terbaik
Diam Adalah Pilihan Terbaik

 

SURAU.CO   –  DIAM, Diam adalah emas. Justru emas tidak bisa bikin diam. Dari zaman purba sampai sekarang, emas pemantik permusuhan dan perang.

Bangsa Eropa menjelajah Asia Afrika, termasuk ke Nusantara, pada abad ke-15, dengan mengusung Gold (emas). Baik emas bermakna sebenarnya, yaitu mencari emas dan komoditas (tambang dan rempah), maupun kiasan (penjajahan pada negara penghasil tambang dan rempah).

Terdiam dalam ekonomi, sosial, dan politik

Penjajahan berlabel penjelajahan ini menjurus pada intimidasi, menganiaya, bahkan pembunuhan massal bangsa pribumi. Kerasukan bangsa kulit putih setelah lima abad terdiam dalam ekonomi, sosial, dan politik pasca Romawi Barat runtuh sehingga masa itu disebut the dark age of Europe.

Giliran bergerak, malah bikin susah bangsa Asia, Afrika, dan Amerika. Bahkan, hingga kini. Yang memprihatinkan, Eropa sudah kagak bisa diam setelah menguasai ilmu pengetahuan (ekonomi, politik, kesehatan, sosiologi) dari Asia dan Afrika, yang saat itu sedang masa keemasan (the golden age of Asia and Africa).

Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses

Awal pergeseran peradaban dunia akibat bergerak, bukan diam. Sekarang pun dunia sudah kagak bisa diam menyaksikan hasil pembangunan selama 80 tahun terakhir. Timpang.

Jadi, masih yakin dengan peribahasa diam adalah emas? Jejak folklore, yang sebelumnya melekat bagi masyarakat di sejumlah bangsa di dunia, termasuk Indonesia, sudah kagak sesuai lagi dengan kondisi sekarang.

Yang serba dinamis. Ekonominya. Sosialnya. Budayanya. Politiknya. Dan, kecentilannya dirimu.

Namun, Ibu Pertiwi masih menyimpan lara. Menyaksikan anak negeri belum juga bercerita dan bergerak dari diam.

Diam Dalam Pendidikan

Diam di ruang kelas. Hanya segelintir siswa yang aktif, selebihnya diam. Sebab tujuan bersekolah sebatas bangga bersekolah di sekolah favorit dan ranking kelas.

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

Diam di ruang kuliah. Budaya akademik dan non-akademik temaram, nyaris padam. Sebab tujuan kuliah bukan mengasah taksonomi bloom, melainkan meraih ijazah palsu, eh ijazah asli untuk melamar kerja.

Diam dalam pendidikan dan pelatihan. Hanya saat ice breaking teriak lantang dan gerak. Dan, kembali diam saat sesi materi.

Diam dalam rapat. Sebab suara apa pun bikin atasan kagak senang, kecuali jilatan. Kadang diam mengamankan jabatan, sedangkan lantang kagak dipandang.

Keadaan Masyarakat Pendiam

Seringkali yang berbagi gagasan diberi label: sok pintar, nyari muka, nyaring ingin jabatan. Sedangkan penanya disoraki yang entah apa maksudnya.

Sebaliknya yang flexing mendapatkan tempat. Terhormat.

Hidup Lambat (Slow Living) ala Rasulullah: Menemukan Ketenangan di Kitab Nawawi

Begitulah keadaan masyarakat pendiam. Diam adalah pilihan terbaik.

Perlahan diam menjadi bagian budaya. Yang terus lestari hingga kini.

Apa mungkin sebaiknya dipelihara agar terus diam? Diam bernarasi. Diam bertindak. Dan Diam bergerak. Diam dalam banyak hal.

Islam mendorong manusia bernarasi. Bertindak. Bergerak. Tujuannya memelihara kebutuhan dasar manusia, yaitu: agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.

Diam dibolehkan daripada berdusta

Daripada menjilat, Namun yang sekarang sedang trend demi jabatan dan uang.

Sebagaimana hadits Rasulullah Muhammad SAW berbunyi:

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam” (HR. Bukhari & Muslim).

Alquran diturunkan selama 22 tahun 2 bulan 2 hari atau sekitar 8.112 hari. Isi kandungannya 6.236 ayat. Berarti satu ayat Alquran turun setiap 0,77 hari atau sekitar 18,48 jam.

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari (Imam Bukhari) mengumpulkan sebanyak 7.277 hadits. Berarti satu hadits dibahas setiap 0,89 hari atau 21,36 jam.

Alquran dan hadits turun brtahap untuk menjawab persoalan yang sedang dibahas Rasulullah Muhammad SAW bersama sahabat. Kasus per kasus.

Bukan sebatas bahas ibadah. Ada pendidikan. Pekerjaan. Pemerintahan. Pertahanan dan keamanan. Keluarga. Kesehatan. Hukum pidana dan perdata. Jima. Warisan. Alam semesta. Bencana. Dan, semua yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.

Selama Tidak Melanggar Syariah: Jangan Diam

Budaya ilmiah di masa itu. Orang-orang menerjemahkan Islam sebatas ibadah belaka.

Jadi, bercelotehlah! Berceritalah! Bergeraklah! Bertindaklah! Jangan diam!

Dan, keluarga merupakan tempat pendidikan dasar tidak bisa diam. Biarkan anak-anak tidak boleh diam, selama tidak melanggar syariah. Jangan bantah! Diam! Mirip siapa ucapan itu? Pemulung Kata #ProdiHukumEkonomiSyariah #FakultasAgamaIslam #UniversitasMuhammadiyahPurwokerto #MalamSeninBertutur. (Dr. Encep Saepudin, S.E., M.Si)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement