Kisah
Beranda » Berita » Kemenangan Muslim di Mada’in: Runtuhnya Kejayaan Kisra

Kemenangan Muslim di Mada’in: Runtuhnya Kejayaan Kisra

Kemenangan Muslim di Mada'in: Runtuhnya Kejayaan Kisra
Ilustrasi Istana Kisra (Foto: Istimewa)

SURAU.CO – Kemenangan kaum Muslimin atas Persia pada masa Khalifah Umar bin Khattab RA tercatat sebagai salah satu peristiwa paling agung dalam sejarah Islam. Peristiwa itu tidak hanya menandai runtuhnya kejayaan Kerajaan Kisra, tetapi juga menunjukkan keteguhan iman, kejujuran, serta kezuhudan pasukan Islam ketika menghadapi kemewahan dunia. Muhammad Husain Haekal dalam bukunya Umar bin Khattab melukiskan kemenangan itu dengan detail sehingga kita dapat merasakan keagungan peristiwa tersebut.

Keajaiban di Istana Kisra

Pasukan Islam yang dipimpin Sa’ad bin Abi Waqqash memasuki Mada’in dengan penuh keheranan. Mereka memandangi keindahan istana Kisra yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Orang-orang Arab dari semenanjung yang gersang dan tandus itu melangkah takjub melewati taman-taman yang penuh bunga dan pepohonan tinggi. Mereka melihat buah-buahan berlimpah seperti kurma dan anggur, sesuatu yang jarang mereka temukan di tanah kelahiran mereka.

Haekal menggambarkan bahwa mata mereka benar-benar menyaksikan hal yang baru. Dari kebun-kebun itu mereka masuk ke serambi istana, lalu mereka semakin takjub ketika menyaksikan ukiran-ukiran yang indah, permadani dari sutera Persia yang ditenun dengan emas dan perak, serta perabot rumah yang bahkan di Damsyik tidak ada bandingannya. Semua kemewahan itu mencerminkan betapa megahnya kehidupan penguasa Persia.

Sa’ad bin Abi Waqqash tidak larut dalam kekaguman. Ia segera bersujud syukur kepada Allah. Ia mendirikan salat syukur delapan rakaat dengan satu salam di ruang sidang istana. Sejak saat itu, ia menjadikan ruang sidang Kisra sebagai musala, sedangkan patung-patung yang hanya menjadi hiasan ia biarkan tetap berdiri. Sa’ad menegaskan bahwa kemewahan itu hanyalah hiasan dunia yang tidak perlu ia gunakan.

Harta Kisra yang Melimpah

Ketika memasuki lemari-lemari penyimpanan, pasukan Muslimin menemukan harta yang luar biasa banyak. Mereka menemukan pakaian mahal, bejana perak, emas, serta barang-barang lain yang nilainya tidak terhitung. Sa’ad bahkan menemukan hingga tiga triliun dinar di tempat penyimpanan Kisra.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Pasukan yang mengejar Yazdigird, raja Persia, kembali dengan harta lebih banyak daripada yang mereka temukan di istana. Mereka membawa mahkota bertatahkan permata, pedang berhiaskan permata, baju besi Kisra, hingga pakaian sutera bersulam emas. Dalam keadaan itu, Qa’qa’ bin Amr menemukan dua koper besar berisi pedang dan baju besi milik Kisra maupun raja-raja lain seperti Heraklius.

Ismah bin Khalid ad-Dibbi membawa keranjang berisi kuda emas dengan pelana perak, dekorasi batu yakut dan zamrud. Dalam keranjang lainnya, ia membawa unta perak dengan penutup emas, dekorasi permata, serta patung emas di atasnya. Semua itu memperlihatkan betapa luar biasanya kekayaan Persia.

Pasukan Muslimin juga menemukan keranjang-keranjang yang disegel dengan timah. Awalnya mereka mengira itu makanan, tapi ternyata bejana emas dan perak. Mereka bahkan menemukan kapur barus dalam jumlah banyak, yang semula mereka sangka garam. Semua ini menampilkan betapa melimpahnya kekayaan Kerajaan Kisra.

Sikap Pasukan Muslimin

Yang menarik, orang-orang Arab itu tidak menguasai harta rampasan tersebut untuk diri mereka. Mereka menyerahkan seluruh barang rampasan kepada kolektor sampai Sa’ad memutuskan pembagiannya. Qa’qa’ bin Amr hanya memilih pedang Heraklius dan meninggalkan yang lain. Seorang laki-laki menyerahkan sebuah botol berharga sambil berkata, “Kalau tidak karena Allah, saya tidak akan menyerahkan ini kepada kalian.” Ia menolak menyebutkan namanya agar orang tidak memujinya, sebab ia hanya ingin memuji Allah.

Sikap amanah itu membuat Sa’ad bin Abi Waqqash memuji mereka. Ia berkata, “Angkatan bersenjata itu sangat berpegang teguh pada amanat. Kalau tidak karena para veteran Badar telah lewat, tentu saya katakan pada mereka terdapat ciri-ciri khas veteran Badar.”

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Kisah itu menunjukkan bahwa kemenangan besar tidak membuat pasukan Muslimin menyerang dunia. Sebaliknya, mereka memperkuat iman dan menyerahkan segalanya kepada Allah.

Kesaksian Sahabat Nabi

Jabir bin Abdullah RA memberikan bukti yang memperkuat gambaran ini. Ia berkata, “Demi Allah, Yang tiada tuhan selain Dia, saya tidak melihat siapa pun dari penduduk Kadisiah yang menghendaki dunia bersama akhirat.” Ia bahkan menyebut tiga orang yang dahulu sempat diragukan karena pernah memimpin kaum murtad, yaitu Tulaihah, Amr bin Ma’di Karib, dan Qais bin Maksyuh. Namun, dalam perang ini mereka tampil sebagai Muslim yang zuhud, jujur, dan rela mati berjuang di jalan Allah.

Kesaksian itu menunjukkan bagaimana Islam mengubah hati manusia. Mereka yang dahulu berjuang melawan Abu Bakar karena cinta dunia, kini berjuang sebagai pejuang tangguh yang menjauhi dunia demi mendekatkan diri kepada Allah.

Runtuhnya Kekuasaan Kisra

Kemenangan ini menandai runtuhnya kekuasaan Kisra di Persia. Semua kemewahan istana yang dahulu menjadi simbol kejayaan kini berdiri sebagai saksi bahwa kekuasaan dunia tidak abadi. Allah memindahkan kekuasaan itu kepada kaum Muslimin yang sederhana, namun memiliki iman yang kuat.

Kisah runtuhnya Kisra mengajarkan bahwa kekuatan sejati tidak terletak pada harta, istana, atau permata, tetapi pada iman, amanah, dan ketakwaan. Pasukan Muslimin menaklukkan imperium besar bukan dengan kemewahan, melainkan dengan keberanian, persatuan, dan tawakal kepada Allah.

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern

Penutup

Peristiwa kemenangan di Mada’in menampilkan betapa mulianya akhlak pasukan Islam. Mereka menyaksikan kemewahan yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya, tetapi mereka tidak lalai. Mereka tetap jujur, amanah, dan bersyukur kepada Allah. Kemenangan itu menutup sejarah panjang pemerintahan Kisra dan membuka lembaran baru bagi Islam sebagai kekuatan besar di dunia.

Kisah ini meninggalkan pelajaran bahwa dunia hanyalah sementara. Kekuasaan sebesar apa pun akan sirna, tetapi keimanan dan amanah akan tetap abadi. Sejarah pasukan Sa’ad bin Abi Waqqash di Mada’in membuktikan bahwa Islam tidak hanya menang dengan pedang, tetapi juga dengan akhlak yang luhur.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement