Opinion
Beranda » Berita » Fenomena Narsisme Wanita Muslimah: Antara Eksistensi dan Eksploitasi Diri

Fenomena Narsisme Wanita Muslimah: Antara Eksistensi dan Eksploitasi Diri

Fenomena Narsisme Wanita Muslimah: Antara Eksistensi dan Eksploitasi Diri
Fenomena Narsisme Wanita Muslimah: Antara Eksistensi dan Eksploitasi Diri

 

SURAU.CO – بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ. Banyak orang marah kepada pemimpin yang zalim, tapi lupa memperbaiki diri. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : ‘Sabar terhadap pemimpin yang zalim lebih ringan dari pada kekacauan akibat pemberontakan’ (Minhajus Sunnah).

Kalau masyarakatnya masih bergelimang maksiat, pantaskah berharap pemimpin yang adil ? (406 = 22/07/2025, Ba’da Dhuha). Media sosial hari ini telah menjadi panggung terbesar untuk mempertontonkan gaya hidup manusia. Ia bisa menjadi alat kebaikan, tapi juga bisa menjadi jalan maksiat, riya’, pamer, dan membuka aib sendiri.

Salah satu fenomena yang sangat menyedihkan dan meresahkan adalah banyaknya wanita Muslimah — bahkan yang mengaku berhijab — yang gemar memajang wajah dan tubuh mereka di media sosial, baik dalam bentuk selfie, video aktivitas harian, hingga konten yang sejatinya penuh unsur tabarruj, fitnah, bahkan kemunafikan dalam menampakkan diri sebagai wanita shalehah padahal hakikatnya sedang menjual aurat kepada dunia.

Fenomena : Ingin Dikenal, Tapi Membuka Pintu Fitnah

Tak sedikit wanita yang mengaku hanya sekadar “berbagi aktivitas” atau “menginspirasi”, tapi :

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Pose yang ditampilkan dibuat-buat.
Make-up tebal, pencahayaan indah, kamera mahal.
Caption penuh kata-kata manis, padahal foto yang dipajang adalah wajah dan tubuhnya.

Pertanyaannya :

Apa tujuan sejatinya?
Ingin didoakan, atau ingin dipuji?

“Barang siapa yang memperlihatkan amalnya (riya’), maka Allah akan memperlihatkan aibnya. Dan barang siapa yang ingin dikenal (sum’ah), maka Allah akan mempermalukannya.” (HR. Muslim no. 2986)

Islam dan Larangan Tabarruj

Dalam Islam, wanita diperintahkan untuk menutup aurat dan menjaga kehormatan, bukan memajangnya ke publik :

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) tampak darinya… dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya…” (QS. An-Nur: 31)

“Dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti wanita jahiliyah dahulu.” (QS. Al-Ahzab: 33)

Posting wajah, gaya tubuh, bibir merekah, ekspresi manja, semua itu termasuk tabarruj jahiliyah jika dilakukan di hadapan publik yang bukan mahram.

Fitnah Terbesar: Wanita

Rasulullah ﷺ memperingatkan bahwa wanita adalah ujian terbesar bagi laki-laki:

“Tidak aku tinggalkan setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari no. 5096, Muslim no. 2740)

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Setiap wanita yang membuka wajah dan menampilkan tubuhnya di media sosial, dia telah menjadi sarana fitnah bagi jutaan laki-laki, sadar atau tidak.
Bahkan mungkin jadi penyebab seseorang jatuh pada dosa pandangan, syahwat, atau masturbasi.

Apakah ini yang disebut inspirasi Islami?

Narsisme Digital: Penyakit Hati yang Dibungkus Modernitas

Apa yang dicari dari memajang foto sendiri ?
Validasi ?
Like ?
Komentar pujian ?
Jumlah followers ?

Itulah penyakit ujub, riya’, dan sum’ah, yang sangat berbahaya:

“Tiga perkara yang membinasakan: kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman seseorang terhadap dirinya sendiri (ujub).” (HR. Thabrani, dihasankan oleh Al-Albani)

Muslimah Sejati : Tersembunyi, Bukan Dipertontonkan

Wanita yang bertakwa, justru menyembunyikan dirinya, bukan memperlihatkan dirinya:

“Wanita adalah aurat. Jika ia keluar, maka syaitan akan menghiasinya (di mata laki-laki).” (HR. Tirmidzi no. 1173, hasan)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata : “Wanita terbaik adalah yang tidak dikenal oleh laki-laki asing karena suara, wajah, atau perbuatannya. Ia dikenal karena agamanya, bukan karena keindahannya.”

Hijab Bukan Cukup Menutup Rambut

Banyak wanita yang mengira sudah berhijab tapi tetap menampakkan wajah dengan riasan tebal, pose menantang kamera, dan membagikan kehidupannya secara berlebihan.

Padahal hijab bukan hanya selembar kain, tapi:

Tunduk pada Allah ﷻ.
Taat pada perintah menutup aurat dan menjauh dari fitnah.
Menjaga diri dari diperhatikan oleh laki-laki asing.

Solusi dan Nasehat

Hapus foto-foto terbuka dan tidak perlu dari media sosial.
Ganti konten dengan ilmu dan amal, bukan wajah dan tubuh.

Jaga rasa malu, karena malu adalah cabang dari iman (HR. Muslim no. 35).

Bangun eksistensi dengan taqwa, bukan popularitas kosong.
Ingat kematian. Apakah kita rela wajah kita yang terbuka jadi bahan syahwat orang lain, dan itu terus menyala meski kita sudah di alam kubur?

Penutup

Saudariku Muslimah, berhentilah mengejar pujian makhluk, karena itu tidak pernah cukup. Kejarlah keridhaan Allah ﷻ, karena itu satu-satunya yang akan menyelamatkan kita di dunia dan akhirat.

Jangan biarkan jari kita yang memotret, wajah kita yang dipamerkan, dan tubuh kita yang dipajang menjadi sumber dosa jariyah yang terus mengalir sampai kita dihisab di hadapan Allah ﷻ.

“Setiap orang dari kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari no. 893, Muslim no. 1829)

Dan wanita, adalah pemimpin bagi dirinya sendiri.
Maka pimpinlah hati, tangan, wajah, dan akun media sosialmu agar berjalan di atas jalan yang diridhoi Allah ﷻ.

Perbandingan akal vs wahyu

Akal manusia terbatas, wahyu Allah ﷻ tidak terbatas.

Allah ﷻ berfirman : ‘Dia tidak ditanya tentang apa yang Dia perbuat, dan merekalah yang akan ditanya’ (QS. Al-Anbiya: 23). 

Maka jangan menjadikan akal di atas wahyu. Pertanyaannya, berani kah kita mempertaruhkan akhirat hanya dengan logika pribadi / kelompok ? Wallahu A’lam, Ustadz Firanda Andirja Hafidzahullah. (Eya Dakwah)

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement