Khazanah
Beranda » Berita » Narasi Penyakit Kepala: Dari Sakit Migrain hingga Gangguan Jiwa

Narasi Penyakit Kepala: Dari Sakit Migrain hingga Gangguan Jiwa

Migrain dan penyakit kepala dalam Kitāb al-Ḥāwī karya al-Rāzī
Ilustrasi pasien sakit kepala yang dirawat dengan pendekatan medis dan spiritual ala al-Rāzī.

Dalam dunia medis klasik, pembahasan tentang penyakit kepala tidak hanya berhenti pada migrain atau sakit kepala biasa. Melalui karyanya yang monumental, Kitāb al-Ḥāwī, al-Rāzī menyajikan narasi lengkap tentang bagaimana sakit kepala bisa berhubungan erat dengan kondisi jiwa. Artikel ini mencoba mengurai catatan penting tersebut dengan bahasa sederhana, sambil mengaitkannya dengan fenomena sehari-hari yang sering kita alami.

Ketika Sakit Kepala Menjadi Bagian Hidup Sehari-hari

Hampir semua orang pernah mengalami sakit kepala. Kadang muncul setelah bekerja seharian, kurang tidur, atau saat pikiran penuh beban. Namun, al-Rāzī menekankan bahwa sakit kepala tidak bisa dianggap sepele. Ia bisa menjadi pintu masuk untuk memahami kesehatan jiwa seseorang.

Dalam Kitāb al-Ḥāwī, al-Rāzī menulis:

“الصداع قد يكون من كثرة التفكير والهموم، كما يكون من فساد الأخلاط.”
Sakit kepala bisa muncul karena terlalu banyak berpikir dan cemas, sebagaimana juga bisa muncul karena rusaknya cairan tubuh.

Pengamatan ini terasa sangat relevan. Di zaman modern, kita mengenalnya dengan istilah psikosomatis—penyakit fisik yang dipicu kondisi mental.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Dari Migrain hingga Gejala Gangguan Jiwa

Migrain bukan sekadar rasa sakit yang berdenyut di kepala. Al-Rāzī menilai bahwa ia dapat berkembang menjadi kondisi yang memengaruhi suasana hati, bahkan kepribadian.

“قد يبدأ الصداع خفيفًا ثم يتدرج حتى يورث صاحبه الوساوس والأفكار المظلمة.”
Sakit kepala bisa bermula ringan lalu berkembang hingga menimbulkan was-was dan pikiran gelap bagi penderitanya.

Kutipan ini menunjukkan betapa erat kaitannya antara kesehatan fisik dan mental. Kita bisa membayangkan seseorang yang menderita migrain kronis. Seiring waktu, rasa sakit itu tidak hanya mengganggu fisiknya, tetapi juga membuatnya mudah marah, cemas, atau merasa putus asa.

Al-Qur’an dan Sunnah: Penyembuhan yang Menyentuh Jiwa

Islam selalu menekankan bahwa tubuh dan jiwa adalah satu kesatuan. Al-Qur’an menyebutkan:

﴿وَفِي أَنفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ﴾
Dan pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tidak memperhatikan? (QS. adz-Dzariyat: 21)

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Ayat ini mengingatkan bahwa memahami tubuh adalah bagian dari mengenal ciptaan Allah. Migrain atau sakit kepala bukan hanya keluhan medis, tetapi juga tanda bahwa kita perlu menjaga keseimbangan hidup.

Nabi ﷺ bersabda:

“مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً”
Allah tidak menurunkan penyakit melainkan menurunkan pula obatnya. (HR. Bukhari)

Hadis ini sejalan dengan pendekatan al-Rāzī. Sakit kepala bukan akhir dari segalanya; selalu ada jalan untuk merawatnya, baik dengan obat, istirahat, diet, maupun doa.

Pentingnya Menjaga Pola Hidup

Al-Rāzī menekankan bahwa migrain dan sakit kepala sering kali dapat dikurangi dengan pola hidup sehat. Ia menulis:

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

“من قلل من الطعام الرديء وحافظ على النوم والراحة، سلم من أكثر آلام الرأس.”

Barang siapa mengurangi makanan yang buruk dan menjaga tidur serta istirahat, ia akan selamat dari kebanyakan sakit kepala.

Ini bukan hanya teori kuno. Dunia medis modern pun sepakat bahwa pola tidur, asupan makanan, dan gaya hidup memiliki pengaruh besar terhadap migrain maupun gangguan mental.

Keseimbangan Antara Obat, Lingkungan, dan Jiwa

Dalam Kitāb al-Ḥāwī, terapi sakit kepala tidak hanya menggunakan obat. Al-Rāzī juga menekankan pentingnya suasana hati dan lingkungan. Ia menulis:

“قد يذهب وجع الرأس بسماع الألحان الطيبة أو النظر إلى المناظر الحسنة.”
Sakit kepala terkadang hilang dengan mendengarkan melodi yang indah atau melihat pemandangan yang menyenangkan.

Di sinilah al-Rāzī menunjukkan sikap progresif. Baginya, musik, seni, dan keindahan alam adalah bagian dari obat jiwa yang dapat membantu meringankan rasa sakit.

Refleksi Kehidupan Kita Hari Ini

Kita hidup di zaman penuh tekanan. Pekerjaan menumpuk, informasi deras, dan gaya hidup serba cepat sering memicu sakit kepala. Apa yang dicatat al-Rāzī berabad-abad lalu terasa seperti nasihat yang masih segar.

Migrain bisa menjadi alarm tubuh bahwa kita perlu istirahat, memperbaiki pola makan, atau bahkan mencari dukungan emosional. Jika dibiarkan, ia bisa menjalar menjadi gangguan psikis. Maka, merawat diri bukan hanya urusan medis, tetapi juga spiritual dan sosial.

Penutup: Warisan Abadi dari Kitāb al-Ḥāwī

Melalui narasi penyakit kepala, al-Rāzī mengajarkan bahwa kesehatan adalah kesatuan tubuh dan jiwa. Dari migrain yang sederhana hingga gangguan mental yang berat, semuanya membutuhkan pendekatan yang holistik: obat, doa, diet, dan lingkungan yang menenangkan.

Kitāb al-Ḥāwī bukan sekadar buku medis, melainkan cermin kehidupan yang menuntun kita untuk lebih peka terhadap tubuh, jiwa, dan spiritualitas. Pesannya jelas: jangan anggap remeh sakit kepala, karena ia bisa menjadi pintu menuju pemahaman lebih dalam tentang diri dan kehidupan.

 

*Sugianto Al-Jawi

Budayawan Kontenporer Tulungagung 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement