Opinion
Beranda » Berita » Telaah Atas Larangan Mandi Menggunakan Air Hangat

Telaah Atas Larangan Mandi Menggunakan Air Hangat

Telaah Atas Larangan Mandi Menggunakan Air Hangat
Telaah Atas Larangan Mandi Menggunakan Air Hangat

 

SURAU.CO   –   Bismillah, BENARKAH DIBENCI MANDI JUNUB MAUPUN MANDI BIASA DAN JUGA WUDHU DENGAN MENGGUNAKAN AIR HANGAT ? (Sekaligus Telaah Atas Hadits yang Melarang Penggunaan Air Hangat Untuk Mandi).

Air hangat ini mencakup air yang kita hangatkan dengan bantuan sinar matahari maupun yang kita godok, sebagaimana yang biasa kita lakukan di zaman sekarang.

Benarkah Dibenci Mandi Dengan Air Hangat?

Memang ada sebagian ulama yang memakruhkan hal ini berdasarkan riwayat berikut: ‘Aisyah rodhialloohu ‘anhaa menceritakan:

 أسْخَنْتُ لرَسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم ماءً في الشَّمسِ، فقال لا تَعُودي يا حُمَيراءُ؛ فإنَّه يُورِثُ البَرَصَ. 

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

“Rosululloh soallallohu ‘alaihi wa sallam masuk menemuiku sementara saya telah MENGHANGATKAN AIR DENGAN (BANTUAN) SINAR MATAHARI.  Maka beliau bersabda: “JANGAN KAU LAKUKAN ITU wahai Humaira (‘Aisyah), karena itu bisa menyebabkan PENYAKIT SOPAK !” 

PENJELASAN: Andai hadits di atas shohih, maka rasanya tak perlu lagi mendiskusikan persoalan ini. Sayangnya hadits di atas lemah, bahkan bathil. Penjelasan Lanjutannya sebagai berikut:

Hadits di atas diriwayatkan oleh:
Baihaqi dalam al Kabir [14];
Daroquthni dalam Sunan-nya [6],
Ibnul Jauzi dalam al Maudhuu’aat [932] dll.

Dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama KHOOLID BIN ISMA’IL AL MAKHZUUMI, dan ia adalah PENDUSTA. Sementara dalam jalur lain ada juga hadits yang seperti di atas, namun dalam mata rantai periwayatnya terdapat para pendusta juga, seperti rawi yang bernama WAHB BIN WAHB yang ia adalah seorang qodhi di Irak, yang kata Ibnul Mulaqin rohimahulloh : ’Ia adalah ‘GEMBONG PARA PENDUSTA’ Lihat al Badrul Munir [I:422]

Para kritikus hadits langsung menyerang dan melemahkan hadits tersebut dengan mengungkap banyak kelemahan parah, diantaranya:

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Kata Ibnul Qisaroni rohimahulloh dalam Tadzkirotul Huffazh [209]: ’Di dalam (sanadanya) terdapat Abul Bukhtari, ia adalah Wahb bin Wahb, dan ia adalah PENDUSTA’

As Syaukani menuduh Wahb bin Wah sebagai pendusta dan menemukan banyak periwayat lemah dalam jalur periwayatan hadits ini, sebagaimana yang ia tulis dalam al Fawaa’id al Majmu’ah [8].

Kesimpulan

Terkait keadaan hadits-hadits di atas dengan berbagai jalur perawatannya yang semuanya lemah, maka ada baiknya ana kutipkan perkataan Ibnu Mulaqqin rohimahulloh:

أن الوارد في النهي عن استعمال الماء المشمس، من جميع طرقه باطل، لا يصح،
ولا يحل لأحد الاحتجاج به

Kita langsung menolak semua periwayatan yang berisi larangan menggunakan air hangat yang terkena sinar matahari (termasuk yang dihangatkan dengan cara digodok) karena semuanya bathil, tidak shah, dan tidak layak dijadikan hujjah oleh seorang pun. Al Badrul Munir [I:428])

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Dan yang semakin menunjukkan tidak shahnya hadits di atas. Justru telah datang keterangan dari seorang budak mantan ‘Umar bin Khothob rodhiallohu ‘anhu yang bernama Aslam al Qurosy al ‘Adawy, yang menceritakan :

أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ كَانَ يَغْتَسِلُ بِالْمَاءِ الْحَمِيمِ 
“Sesungguhnya ‘UMAR rodhialloohu ‘anhu, dahulu MANDI DARI AIR YANG HANGAT‘   (HR. Abdurrazzaq dalam Mushannaf-nya [675]. Kata al Albani rohimahulloh dalam al Irwa [I:50]: ’sanadnya shohih’. 

Para salaf lainnya telah memberikan keterangan yang menunjukkan bahwa kita boleh melakukan mandi. Dan berwudhu dengan air hangat tanpa ada kemakruhan, dan ini termasuk di antaranya:

Ibnu ‘Umar rodhialloohu ‘anhumaa (al Mushonnaf [676]
Ibnu ‘Abbas rodhialloohu ‘anhumaa (al Mushonnaf [677]
‘Atho rohimahulloh (al Mushonnaf [678] dll.

KESIMPULAN: Kita lakukan mandi dan berwudhu dengan air hangat, baik yang kita hangatkan dengan sinar matahari atau kita godok, tanpa keraguan makruh.

Walhamdu lillaahi robbil ‘aalamiin, wa shollalloohu ‘alaa Muhammadin. (Berik Said)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement