Khazanah
Beranda » Berita » Kerajinan,Perdagangan, dan Kemakmuran: Pandangan Ekonomi Ibn Khaldūn

Kerajinan,Perdagangan, dan Kemakmuran: Pandangan Ekonomi Ibn Khaldūn

ilustrasi kerajinan, perdagangan, dan kemakmuran menurut Ibn Khaldūn
Ilustrasi pasar tradisional dengan pedagang, perajin, dan pembeli yang menggambarkan pandangan Ibn Khaldūn tentang ekonomi.

Kehidupan Sehari-hari dan Jejak Pemikiran Ekonomi

Setiap kali kita berjalan di pasar tradisional, melihat pedagang yang menata dagangannya dengan teliti, atau menyaksikan para perajin lokal mengolah bahan mentah menjadi karya indah, kita sebenarnya sedang melihat cerminan pemikiran lama yang masih hidup. Ibn Khaldūn dalam Kitab al-Muqaddimah menegaskan bahwa kerajinan dan perdagangan bukan sekadar aktivitas mencari nafkah, tetapi fondasi bagi kemakmuran masyarakat.

Frasa kunci “kerajinan, perdagangan, dan kemakmuran” selalu berkaitan erat sejak awal peradaban. Menurut Ibn Khaldūn, manusia adalah makhluk sosial yang hanya bisa bertahan dengan kerja sama. Maka, aktivitas ekonomi menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan sejarah umat.

Kerajinan sebagai Fondasi Kehidupan

Ibn Khaldūn menggambarkan bahwa keterampilan membuat alat, pakaian, hingga bangunan adalah ciri awal peradaban. Ia menulis dalam al-Muqaddimah:

إِنَّ الصَّنَائِعَ حَاجَةٌ فِي الْمَدِينَةِ وَالْعُمْرَانِ، فَبِهَا يَتِمُّ أَمْرُ الْمَعَاشِ

“Sesungguhnya kerajinan adalah kebutuhan dalam kota dan peradaban, dengannya kehidupan dapat berlangsung sempurna.”

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Kutipan ini mengingatkan kita pada realitas sehari-hari: betapa kita tak bisa hidup tanpa hasil kerja para tukang kayu, penjahit, pandai besi, atau pengrajin rumah tangga. Kerajinan bukan sekadar pekerjaan tangan, melainkan simbol kecerdasan manusia dalam memenuhi kebutuhan bersama.

Perdagangan dan Perjumpaan Antarbangsa

Dari pasar desa hingga pelabuhan internasional, perdagangan selalu menjadi ruang pertemuan antarbudaya. Ibn Khaldūn menegaskan:

التِّجَارَةُ مَفْزَعٌ لِلْمُعْتَاشِينَ، وَسَبِيلٌ لِلنَّمَاءِ وَالثَّرْوَةِ

“Perdagangan adalah sandaran bagi orang yang mencari penghidupan, dan jalan menuju pertumbuhan serta kekayaan.”

Dalam pandangan beliau, perdagangan membawa lebih dari sekadar barang. Ia membawa ide, pengetahuan, bahkan nilai moral. Bayangkan saja bagaimana jalur rempah dahulu mempertemukan pedagang Nusantara dengan dunia Arab, India, hingga Eropa. Dari pertemuan itu, lahirlah peradaban baru yang lebih kaya.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Kemakmuran sebagai Hasil Keseimbangan

Kemakmuran, menurut Ibn Khaldūn, tidak jatuh dari langit. Ia adalah hasil keseimbangan antara kerja keras, kerajinan, dan keadilan dalam perdagangan. Dalam al-Muqaddimah, beliau menulis:

إِنَّ كَثْرَةَ الْأَعْمَالِ وَالصَّنَائِعِ تُكْثِرُ الْأَمْوَالَ وَتُرْبِي الْعُمْرَانَ

“Sesungguhnya banyaknya pekerjaan dan kerajinan akan memperbanyak harta dan menumbuhkan peradaban.”

Kutipan ini menegaskan logika sederhana yang sering kita lupakan. Ketika masyarakat giat bekerja dan mencipta, maka kekayaan kolektif pun meningkat. Sebaliknya, jika malas dan boros, kemakmuran hanya tinggal angan.

Antara Spiritualitas dan Ekonomi

Yang menarik, Ibn Khaldūn tidak melihat ekonomi sebagai sesuatu yang terpisah dari spiritualitas. Ia menyadari bahwa rezeki sejatinya berasal dari Allah, sementara manusia hanya berikhtiar. Dalam hal ini, ayat Al-Qur’an menguatkan pandangannya:

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللَّهِ

“Dan carilah karunia Allah.” (QS. Al-Jumu‘ah: 10)

Ayat ini menegaskan bahwa usaha ekonomi tidak hanya soal keuntungan duniawi, tetapi juga wujud ketaatan pada perintah Allah. Bekerja, berdagang, dan berkarya adalah ibadah yang membawa keberkahan.

Pelajaran untuk Masyarakat Modern

Jika Ibn Khaldūn hidup di zaman sekarang, mungkin ia akan melihat UMKM, startup digital, hingga industri kreatif sebagai perpanjangan dari kerajinan dan perdagangan klasik. Bedanya, kini teknologi memperluas jangkauan, tetapi prinsip dasarnya tetap sama: kerja keras, inovasi, dan keadilan dalam transaksi.

Kita bisa merefleksikan pandangan beliau lewat fenomena sehari-hari. Misalnya, saat membeli produk lokal, kita bukan hanya bertransaksi, tapi juga memperkuat kemakmuran bersama. Ketika ada satu perajin rotan yang sukses, desa sekitarnya ikut maju. Begitulah hukum sosial yang pernah dijelaskan Ibn Khaldūn:

الْمَالُ وَالْعُمْرَانُ مُتَلاَزِمَانِ، لَا يَزِيدُ أَحَدُهُمَا إِلَّا زَادَ الآخَرُ

“Harta dan peradaban saling terkait; tidaklah salah satunya bertambah melainkan yang lain pun ikut bertambah.”

Refleksi: Ekonomi sebagai Jalan Kebersamaan

Dalam dunia yang serba cepat, kita sering melihat ekonomi hanya dari kacamata pribadi. Padahal Ibn Khaldūn mengingatkan, kemakmuran sejati lahir dari kebersamaan. Kerajinan tanpa kerja sama akan terhenti, perdagangan tanpa kejujuran akan runtuh, dan kekayaan tanpa keberkahan akan hilang sia-sia.

Pesan beliau sederhana namun relevan: bangunlah masyarakat yang adil, hargai para pekerja dan perajin, serta kelola perdagangan dengan integritas. Dari situlah kemakmuran tumbuh, bukan hanya untuk satu generasi, tetapi untuk peradaban yang lebih luas.

 

*Sugianto Al-Jawi 

Budayawan Kontenporer Tulungagung


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement