SURAU.CO – Di internal Forum Lingkar Pena, beliau adalah salah satu Mujahidah Penulis yang sepanjang hayatnya konsen dalam dakwah kepenulisan.
Walau sakit thalassemia sejak muda, tapi itu tidak membuatnya tidak menulis. Bahkan, di tengah sakitnya ia masih menulis secara produktif.
Selain menulis, ia juga ikut serta dalam aksi-aksi lapangan. Suatu waktu saya ketemu beliau saat mau naik kereta di Stasiun Juanda, tak jauh dari Masjid Istiqlal. Kami sama-sama naik kereta yang mengarah ke Bogor.
Pipiet Senja juga mengkader anaknya untuk jadi penulis. Tak semua penulis bisa mencetak anaknya jadi penulis. Tapi ia mengusahakan agar anaknya bisa mengikuti jejak kepenulisannya.
Kalimat bijak berkata, “mati satu tumbuh seribu.” Itu berarti bahwa kaderisasi Mujahid dan Mujahidah Penulis harus terus berjalan lewat berbagai cara dan sarana.
Bagi para pemuda, ada baiknya untuk mencoba menulis juga, apakah itu artikel, puisi, cerpen, novel atau konten-konten ringan yang bermanfaat. Kata kuncinya di ‘bermanfaat.’ Tulisanlah sesuatu yang bermanfaat, bukan yang mudharat.
Kita berharap semoga akan lahir banyak penulis di Indonesia dengan jiwa sebagai pejuang. Penulis pejuang tetap menulis, dalam situasi sesulit apapun itu.
Sama-sama kita mendoakan semoga almarhumah Pipiet Senja diampuni segala dosa dan mendapatkan tempat terbaik di jannah-Nya.
Pak Lukman, Inspirasi Bekerja Sepenuh Hati
Dr. Ir. H. Lukmanul Hakim, M.Si, begitu nama lengkapnya. Saya memanggilnya Pak Lukman. Di MUI seorang tokoh kadang dipanggil dengan ‘Pak’, ‘Ustadz’, ‘Kiyai’ atau ‘Buya’.
Pak Lukman adalah sosok inspiratif. Ia bekerja serius dan berorientasi maksimal. Sebelum jadi Ketua MUI, ia pernah jadi Direktur LPPOM MUI dalam waktu yang cukup lama.
Saya baru kenal dekat saat aktif di CSPS UI. Saat itu, bersama peneliti CSPS, kita bertemu beliau di Kantor Wapres. Bercerita tentang rencana menulis buku tentang Kiai Wapres.
Saya sudah coba menuliskan buku tersebut, walau belum tuntas. Tapi pertemuan dengan Pak Lukman dan diskusi dengannya membuka mata untuk memahami Indonesia lebih jauh dari pemikiran dan jejak Kiai Wapres.
Selain ketemu di Kantor Wapres, saya juga ketemu beliau di MUI. Kantornya di lantai 4. Semua yang mau ke Aula Buya Hamka pasti lewat ruangannya di sebelah kiri, samping Ruang BPKH.
Di ruangan beliau saya secara berkala hadir dala obrolan ringan. Salah satu obrolan waktu itu adalah terkait wakaf pemakaman yg dikelola oleh pesantren. Maksudnya, zaman sekarang ini masyarakat butuh makam yang dikelola dengan baik. Nah, pesantren yang bisa mengelola itu, apalagi di situ ada masjid untuk kajian, akan bermanfaat sekali, apalagi buat orang kota.
Saya pernah ziarah ke salah satu kuburan yang dikelola profesional. Lokasinya bersih, terawat, dan teratur. Bagi masyarakat urban, kehadiran makam yang seperti itu dibutuhkan banget.
Di Jakarta agak susah mencari lahan pemakaman. Di salah satu pemakaman di Jakpus bahkan ada yang telah diisi oleh dua atau tiga jenazah. Itu saking terbatasnya lahan di ibu kota.
Pak Lukman sebagai jadi Ketua MUI Bidang Ekonomi juga sebagai Ketua Lembaga Wakaf. Maka ia punya gagasan terkait ekonomi dan wakaf sekaligus.
Wafat Dalam Tugas dan Perjuangan
Dalam suatu kepanitiaan dimana beliau menjadi ketua, saya pernah dipercaya sebagai wakil sekretaris. Saat itu saya lagi di Darunnajah, beliau nelpon agak lama terkait rencana kepanitiaan. Sebagai anak buah, kita dukung full kesuksesan acara.
Dalam salah satu acara pembubaran panitia di sekitar Gondangdia, saya duduk-duduk ngobrol dengan beliau setelah satu per satu pulang. Terakhir, saya menyapa beliau di ruangannya.
Saat itu saya bilang, sudah lama sekali kita nggak ketemu. Beliau ingat aktivitas saya dalam bidang kepalestinaan. Sejak awal aktif di MUI, saya ikut jadi panitia Pembangunan RS Hebron, tapi tertunda dan anggarannya dialihkan ke Gaza. Saya juga aktif jadi penerjemah ceramah Syekh Palestina di beberapa masjid di Jakarta dan sekitarnya. Selain sebagai penanggung jawab buku ‘diplomasi total’ bela Palestina dan dunia Islam yang sedang proses finalisasi.
Perkenalan dengan Pak Lukman memberikan inspirasi bagi saya bahwa dalam bekerja kita harus all out dan memberikan yang terbaik. Beliau juga suka membuat sesuatu yang unik yang berbeda dengan yang lain.
Pak Lukman meninggal dunia ketika masih aktif memimpin Panitia Munas MUI yang dijadwalkan pada November ini. Beliau wafat dalam tugas dan perjuangan. Kita memohon kepada Allah agar Dia mengampuni dosa-dosa Pak Lukman dan menempatkannya di tempat terbaik di surga-Nya. (Oleh: Yanuardi Syukur – Presiden RPI )
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
