Opinion
Beranda » Berita » Susuk dalam Perspektif Islam: Antara Larangan dan Kesadaran Hati

Susuk dalam Perspektif Islam: Antara Larangan dan Kesadaran Hati

Ilustrasi Pasang Susuk
Ilustrasi Pasang Susuk

SURAU.CO-Susuk dalam Perspektif Islam selalu memicu perdebatan di tengah masyarakat. Sebagian orang mencari susuk untuk mempercantik diri atau menambah kharisma, tetapi sebagian lain menolaknya karena dianggap berbahaya bagi akidah. Susuk dalam Perspektif Islam menuntut kita untuk menilai dengan cermat dari sisi syariat, kesehatan, dan kesadaran hati.

Masyarakat mengenal susuk sebagai praktik memasukkan logam kecil—emas, perak, atau jarum tipis—ke bawah kulit. Orang melakukannya demi daya tarik, pesona, atau perlindungan. Namun, praktik itu hampir selalu melibatkan doa ritual, bahkan interaksi dengan jin atau dukun. Karena itu, susuk melampaui sekadar persoalan kosmetik.

Ada yang mengejar popularitas, mencari rezeki lancar, atau ingin memikat pasangan. Namun, banyak yang mengabaikan risiko medis seperti infeksi, bekas luka, dan trauma batin ketika harapan tidak tercapai.

Selain membahayakan kesehatan, susuk menimbulkan masalah etika. Praktisi sering merayu klien dengan janji palsu. Pasien membayar mahal, tetapi tidak selalu memperoleh hasil. Maka, praktik ini merugikan tubuh sekaligus merusak kepercayaan sosial.

Susuk dan Larangan (susuk, larangan)

Islam menekankan tauhid. Karena itu, ulama melarang susuk yang melibatkan jin, mantera, atau permohonan pada selain Allah. Mereka menyebutnya syirik dan khurafat. Syariat juga menolak tindakan yang membahayakan tubuh atau menipu orang lain.

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

Namun, ulama masih memberi catatan. Jika tindakan medis modern menyerupai susuk tetapi tanpa ritual gaib, niat tetap menentukan. Islam mendorong umat berhati-hati agar tidak melanggar prinsip tauhid dan menjaga martabat diri.

Maqasid syariah menuntut kita menjaga jiwa, akal, dan keturunan. Jika susuk mengancam kesehatan, memperdaya akal, atau memicu konflik keluarga, Islam jelas menolaknya. Maka, larangan itu berfungsi melindungi manusia dari kerugian yang lebih besar.

Praktik susuk di luar kontrol medis juga memperparah masalah. Banyak keluarga pecah, korban terjerat hutang, dan harga diri jatuh. Karena itu, larangan syariat sekaligus menjadi upaya melindungi masyarakat.

Kesadaran Hati & Etika Spiritual (kesadaran hati, etika spiritual)

Islam menawarkan jalan keluar lewat kesadaran hati. Umat diajak memperkuat tawakal, menata niat, dan hanya bergantung pada Allah. Orang yang pernah memakai susuk tetap dapat bertaubat, melepas ketergantungan, dan mencari pertolongan medis serta bimbingan agama.

Dokter, psikolog, dan ustaz bisa bekerja sama membantu korban. Klinik kecantikan juga bisa berperan dengan kode etik yang tegas: menolak praktik gaib dan memberi edukasi risiko. Dengan cara itu, masyarakat memiliki pilihan sehat dan aman.

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Pendidikan publik memegang peran penting. Sekolah, pesantren, dan lembaga dakwah dapat mengajarkan literasi spiritual dan kesehatan. Generasi muda pun bisa mengenali bahaya susuk sejak awal dan memilih alternatif medis yang halal serta aman.

Kesimpulannya, Islam menilai susuk dari tauhid, maslahat, dan etika. Larangan hadir untuk menjaga iman dan melindungi tubuh. Kesadaran hati membuka jalan pemulihan dan mencegah orang terjebak. Masyarakat perlu membangun budaya sehat, bekerja sama lintas disiplin, dan menguatkan iman agar generasi berikutnya tidak lagi tertarik pada susuk, tetapi memilih jalan aman, bermartabat, dan diridhai Allah.

Banyak orang mendatangi dukun untuk memasang susuk karena dorongan ingin cantik dan disukai banyak orang. Mereka merasa percaya diri meningkat, tetapi sebenarnya hati mereka tetap gelisah. Islam mengingatkan bahwa kecantikan sejati lahir dari iman, akhlak, dan ketulusan hati, bukan dari benda gaib yang menipu.

Ulama terus menekankan pentingnya kesadaran hati. Mereka mengajak umat meninggalkan praktik susuk dan kembali pada doa, usaha, serta tawakal. Dengan begitu, manusia bisa menjaga kehormatan diri, kesehatan, dan keimanan. Kesadaran ini menghadirkan ketenangan sejati yang tidak pernah bisa diberikan oleh susuk atau kekuatan gaib lainnya. (Hendri Hasyim)

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement