Nasional
Beranda » Berita » NU sebagai Penjaga Tradisi dan Pencerah Modernitas

NU sebagai Penjaga Tradisi dan Pencerah Modernitas

gambar bendera NU
gambar bendera NU

SURAU.CO-NU sebagai Penjaga Tradisi dan Pencerah Modernitas selalu muncul sebagai tema penting ketika orang membicarakan arah Islam di Nusantara. NU sebagai Penjaga Tradisi dan Pencerah Modernitas bukan hanya slogan, tetapi kenyataan yang masyarakat rasakan setiap hari. Saya melihat langsung di pesantren maupun di ruang publik bagaimana NU memadukan warisan ulama dengan tantangan zaman.

NU berakar pada pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia. Pesantren berdiri sebagai pusat pendidikan agama sekaligus benteng tradisi Islam Nusantara. Santri mempelajari kitab kuning, memahami fikih, tauhid, dan tasawuf melalui metode talaqqi yang ulama wariskan berabad-abad. Saat saya berkunjung ke pesantren, saya merasakan keikhlasan dan penghormatan terhadap ilmu yang begitu kuat.

Masyarakat juga melihat pesantren NU sebagai ruang pertemuan budaya lokal dengan nilai Islam. Tahlilan, yasinan, dan manaqiban tetap hidup karena ulama NU merawatnya. Saya menyaksikan sendiri bagaimana tradisi itu memperkuat ikatan sosial ketika warga desa berkumpul setiap malam Jumat. Tradisi yang banyak orang salahpahami sebagai bid’ah justru menghidupkan spiritualitas masyarakat.

NU dan Kiprah Pesantren dalam Menjaga Tradisi Islam

NU tidak berhenti menjaga tradisi. Organisasi ini mengembangkan tradisi agar sejalan dengan perkembangan zaman. Kyai dan santri menggunakan teknologi digital untuk mengajarkan kitab kuning, menyiarkan pengajian lewat YouTube, dan menyebarkan dakwah melalui media sosial. Tradisi tetap hadir, tetapi tampil dinamis sesuai kebutuhan zaman.

Dengan cara itu, NU membuktikan diri sebagai institusi peradaban. Organisasi ini merawat warisan leluhur sekaligus melahirkan generasi yang siap menghadapi dunia modern. Relevansi NU tetap terjaga lintas zaman.

Peduli Sumatera: Saat Saudara Kita Menjerit, Hati Kita Harus Bangkit

NU juga berperan sebagai pencerah modernitas. Ulama NU memandang modernitas bukan ancaman, melainkan peluang. Saya mendengar langsung pandangan tokoh NU di forum internasional yang mempresentasikan Islam Nusantara sebagai model Islam damai. Mereka berbicara tentang toleransi, demokrasi, dan kemanusiaan dengan dasar agama yang kokoh.

Di Indonesia, NU aktif membangun pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Universitas-universitas NU mencetak sarjana yang menguasai agama sekaligus sains. Rumah sakit NU melayani masyarakat dengan prinsip khidmah. Lembaga zakat NU menyalurkan bantuan untuk orang yang membutuhkan. Semua itu memperlihatkan wajah NU sebagai organisasi yang bergerak nyata.

Pencerahan Modernitas ala NU dan Tantangan Global

NU bahkan hadir dalam wacana global seperti perubahan iklim, migrasi, dan perdamaian dunia. Rsolusi NU tentang Islam rahmatan lil alamin bergema di forum internasional. Fakta itu menunjukkan kontribusi Islam Nusantara melampaui batas geografis dan menjadi pengetahuan baru bagi dunia.

NU menempuh jalan tengah yang konsisten. Organisasi ini menjaga tradisi, sekaligus merangkul modernitas. Dengan pijakan pada ajaran Ahlussunnah wal Jamaah, NU menghadapi masa depan tanpa tercerabut dari sejarah. NU memberi teladan bagaimana Islam bisa bersanding dengan budaya, ilmu pengetahuan, dan kemajuan zaman.

NU sebagai Penjaga Tradisi dan Pencerah Modernitas hadir menjaga pesantren, kitab kuning, dan tradisi Islam Nusantara seperti tahlilan serta yasinan. Saya melihat masyarakat merasakan manfaat dari warisan itu. NU membuktikan agama bisa membumi tanpa kehilangan akar. Tradisi terawat, spiritualitas tumbuh, dan kebersamaan tetap terjaga sepanjang zaman.

Asosiasi Ma’had Aly Dorong PenguatanDirektorat Jenderal Pesantren

NU juga berperan menghadirkan pencerahan modernitas melalui universitas, rumah sakit, dan lembaga sosial. Saya menyaksikan gagasan Islam Nusantara bergema di forum internasional, menjadi teladan bagi dunia. NU menunjukkan Islam mampu bersanding dengan kemajuan. Jalan tengah ini membuat NU tetap relevan lintas generasi dan abadi dalam peradaban. (Hendri Hasyim)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement