Opinion
Beranda » Berita » Syubhat Sesat Kafir-Mengkafirkan: Meneladani Rasullullah Sepanjang Masa

Syubhat Sesat Kafir-Mengkafirkan: Meneladani Rasullullah Sepanjang Masa

Syubhat Sesat Kafir-Mengkafirkan: Meneladani Rasullullah Sepanjang Masa
Syubhat Sesat Kafir-Mengkafirkan: Meneladani Rasullullah Sepanjang Masa

 

SURAU.CO  –   بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ  Sebagian orang berkata : ‘Itu kan zaman Nabi Muhammad ﷺ’. Padahal Allah ﷻ berfirman : ‘Sungguh, pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagi kalian’ (QS. Al-Ahzab: 21).

Kalau syariat hanya untuk zaman dulu, kenapa Allah ﷻ memeritahkan kita meneladani Rasulullah ﷺ sepanjang masa ? (Artikel 369 = 16/07/2025, Ba’da Dzuhur). Berikut adalah bantahan ilmiah dan tegas terhadap tuduhan ke-9 (Bagian 9 dari 10 bantahan)

SYUBHAT : “Salafi itu kelompok suka mengkafirkan. Sedikit-sedikit bilang sesat, sedikit-sedikit menyimpang. Ujung-ujungnya memecah belah umat Islam yang seharusnya bersatu!”

BANTAHAN DENGAN METODE MANHAJ SALAF

TUNJUKKAN KESALAHANNYA: Tuduhan ini adalah fitnah besar dan bentuk generalisasi yang tidak adil.

Hati-hatilah Dengan Pujian Karena Bisa Membuatmu Terlena Dan Lupa Diri

Orang yang benar-benar memahami manhaj Salaf akan tahu bahwa Ahlus Sunnah sangat berhati-hati dalam vonis takfir (mengkafirkan), dan tidak pernah menganggap semua orang yang berbeda langsung kafir atau sesat.

Mereka membedakan dengan jelas:

Antara kafir dan ahli maksiat,
Antara bid’ah mukaffirah (yang menyebabkan kekafiran) dan ghairu mukaffirah (yang tidak sampai kafir),
Antara orang awam yang jahil dan penyeru kesesatan yang sudah ditegakkan hujjah.

Jadi, Ahlus Sunnah tidak mengkafirkan kecuali dengan dalil, syarat, dan terpenuhinya hujjah, bukan asal mengkafirkan.

Kedua, pernyataan “memecah belah umat” adalah jargon kosong yang sering digunakan oleh pelaku kesesatan untuk berlindung dari kritik ilmiah.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Padahal justru yang menyebabkan perpecahan adalah pelaku bid’ah, bukan yang menjelaskan kebenaran.

PENJELASAN SESUAI SYARIAT

A. Dalam Islam, ada perintah untuk membedakan yang benar dan yang batil

“Dan katakanlah: Kebenaran itu datang dari Tuhanmu; maka barang siapa yang mau (beriman), hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang mau (kafir), biarlah ia kafir.” (QS. Al-Kahfi: 29).

“Dan janganlah kalian mengikuti hawa nafsu sehingga kalian menyimpang dari kebenaran.” (QS. Shad: 26)

Menjelaskan mana yang benar dan mana yang menyimpang adalah bagian dari dakwah, bukan memecah belah.
Justru dakwah tauhid adalah upaya menyatukan umat di atas pondasi yang benar, bukan kompromi dengan kebatilan.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

B. Mengkafirkan itu ada aturannya dalam Islam.

Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Tidak semua orang yang melakukan kekafiran itu dihukumi kafir secara mutlak, karena bisa jadi belum tegak hujjah atas dirinya.” (Majmu’ Fatawa 3/229)

Jadi Salafi tidak pernah gegabah dalam takfir. Mereka hanya menghukumi berdasarkan dalil dan setelah terpenuhi syarat-syarat takfir yang dijelaskan ulama.
Bahkan terhadap kelompok-kelompok sesat seperti Rafidhah, Ahmadiyah, atau penyembah kubur, para ulama Salafi masih berhati-hati untuk tidak mengkafirkan individu awam sebelum hujjah tegak.

C. Mengingkari kesesatan bukan berarti memecah belah, tapi justru amar ma’ruf nahi munkar.

Nabi ﷺ bersabda: “Agama adalah nasehat.” (HR. Muslim)

Menyampaikan bahwa suatu pemikiran itu menyimpang adalah nasehat, bukan permusuhan.
Umat justru rusak jika tidak ada yang menjelaskan mana kebenaran dan mana kesesatan.

LOGIKANYA

Mari kita balik logikanya: Apakah seorang dokter yang memperingatkan bahaya merokok sedang memecah belah umat perokok dan non-perokok ? Tentunya tidak.

Yang memecah umat adalah pelaku bid’ah yang menyebarkan keyakinan baru dalam agama, bukan orang yang menjelaskan bahaya bid’ah.

Umat ini bersatu hanya dengan mengikuti jalan Rasulullah ﷺ dan para sahabat, bukan dengan menyamakan semua pendapat dan membiarkan segala bentuk kesesatan.

KUTIPAN ULAMA

Imam Asy-Syafi’i berkata: “Jika engkau melihat seseorang mencintai ahli hadits, maka dia di atas Sunnah. Jika engkau melihatnya mencela ahli hadits, maka curigailah keislamannya.” (Al-Ajwibah Al-Mufidah, hlm. 65)
Imam Al-Barbahari rahimahullah berkata: “Jika kamu melihat seseorang mencela ahli hadits, ketahuilah bahwa dia adalah pengikut hawa nafsu.” (Syarhus Sunnah)

KESIMPULAN

Salafi bukan tukang mengkafirkan, tapi pengikut manhaj Salaf yang sangat berhati-hati dalam vonis dan hanya menasehati dengan ilmu.
Justru yang mengacaukan umat adalah mereka yang membawa pemikiran asing, menyimpang, lalu tidak mau dikritik.
Tuduhan bahwa Salafi memecah belah adalah propaganda licik untuk membungkam kebenaran.

Maka kita katakan: Kami akan tetap membela tauhid, membongkar bid’ah, dan menjelaskan kesesatan — bukan karena benci, tapi karena cinta pada umat agar tidak tersesat jalan.

Cinta Nabi Muhammad ﷺ yang benar

Cinta Nabi ﷺ itu dibuktikan dengan mengikuti Sunnahnya, bukan menciptakan amalan baru.

Allah ﷻ berfirman : ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku (Nabi), niscaya Allah mencintaimu’ (QS. Ali Imran: 31).

Jadi, mau pilih cinta Nabi ﷺ dengan Sunnahnya, atau cinta diri sendiri dengan tradisinya ? Wallahu A’lam, Ustad Firanda Andirja Hafidzahullah. (Eya Chaca)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement