Mode & Gaya
Beranda » Berita » Tepuk Sakinah: Saat Viral Bukan Sekedar Tepukan

Tepuk Sakinah: Saat Viral Bukan Sekedar Tepukan

SURAU.CO. Fenomena “Tepuk Sakinah” menggema di jagat maya. Awalnya, ini adalah bagian dari program Bimbingan Perkawinan (Bimwin) Kementerian Agama. Sekarang, ia menjadi tren di TikTok dan Instagram. Sekilas, ini hanyalah tepukan tangan berirama. Namun, di balik kesederhanaannya, tersimpan pesan penting tentang keluarga sakinah.

Asal-Usul dan Makna di Balik Tepukan

Tepuk Sakinah berasal dari program Bimbingan Perkawinan (Bimwin) hasil gagasan dari Kementerian Agama melalui KUA. Tepukan ini kini menjadi tren di media sosial. Tepukan ini mirip yel-yel pramuka atau tepuk anak TK. Namun, tepukan ini memiliki makna mendalam. Ia mengajarkan cara membangun keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah.

Tepuk Sakinah memperkenalkan lima pilar keluarga Islami. Pilar-pilar itu adalah: zawaj (berpasangan), mitsaqan ghalidzan (janji kokoh), mu’asyarah bil ma’ruf (hidup bersama dengan baik), musyawarah, dan ‘an taradhin (saling ridha). Pesan ini mudah diingat. Ini karena melibatkan pancaindra: tangan bergerak, mulut melafalkan, telinga mendengar, hati ikut meresapi. Inilah dakwah kreatif. Dakwah ini ringan dan menghibur, tapi sarat makna.

Apa Itu Tepuk Sakinah?

Tepuk Sakinah adalah ice breaking. Bentuknya adalah tepukan tangan berpola yel-yel. Syairnya tentang lima pilar perkawinan. Peserta aktif mengingat pesan penting membangun rumah tangga harmonis yang diridai Allah SWT.

Syairnya sederhana namun sarat makna:

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

  • Berpasangan … Berpasangan … Berpasangan (tepuk 3x)

  • Janji Kokoh … Janji Kokoh … Janji Kokoh (tepuk 3x)

  • Saling Cinta, Saling Hormat, Saling Jaga, Saling Ridho

  • Musyawarah untuk Sakinah

Viral, Namun Penuh Pesan

Fenomena ini membuktikan Islam bisa disampaikan dengan gembira. Penyampaiannya tanpa menghilangkan ruhnya. Rasulullah SAW bersabda:

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

“Permudahlah dan jangan mempersulit. Berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari.” (HR. Bukhari).

Tepuk Sakinah sejalan dengan spirit hadis tersebut. Nilai serius rumah tangga ditanamkan dengan cara fun. Hal ini membuat generasi muda tidak merasa digurui. Namun, viralitas hanyalah awal. Jika hanya menjadi tren media sosial, ia berisiko menjadi simbol kosong. Allah SWT mengingatkan dalam QS. Ash-Shaff ayat 2-3:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴿٢﴾ كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴿٣

Latin
Yā ayyuhallażīna āmanū lima taqūlūna mā lā taf‘alụn.Kabura maqtan ‘indallāhi an taqūlū mā lā taf‘alụn.

Arti:
“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (2) Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (3)”

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern

Menghafal yel-yelnya saja sebenarnya tidak cukup, namun yang lebih penting lagi adalah menghidupkan nilainya.

Lebih dari Sekadar Hiburan

Direktur Jenderal Bimas Islam, Abu Rokhmad, menegaskan. Bimwin bukan seremoni belaka. Bimwin membekali calon pengantin. Mereka dibekali ilmu psikologi rumah tangga, manajemen keuangan, kesehatan reproduksi, hingga pendidikan anak. Tepuk Sakinah hanya pintu masuk saja dan aa adalah pemecah suasana agar pesan serius lebih mudah diterima.

Dengan begitu, Tepuk Sakinah dapat berfungsi sebagai “alarm kecil” bagi generasi muda, sebab menikah tidaklah cukup hanya dengan cinta. Lebih dari itu, perlunya kesiapan mental, kemampuan menjaga komunikasi yang sehat, serta kerelaan untuk menerima kekurangan pasangan.

Dari sini kita dapat melihat bahwa fenomena ini sejatinya mencerminkan wajah dakwah di era digital. Kreativitas memang sangat dibutuhkan agar pesan agama lebih mudah diterima. Namun, kreativitas tersebut harus selalu menyatu dengan keikhlasan. Karena dengan niat ikhlas, Tepuk Sakinah berpeluang berkembang dari sekadar tren viral menjadi amal jariyah yang memperkuat institusi keluarga.

Refleksi dan Kesimpulan

Fenomena viral ini sebaiknya kita pandang sebagai jembatan dan bukan tujuan akhir. Ia membantu menarik perhatian, sehingga perlu ada tindak lanjut dengan diskusi, bimbingan, dan teladan nyata. Allah Swt menegaskan:

“Dan di antara tanda-tanda-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, agar kamu merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.” (QS. Ar-Rum [30]:21).

Ayat ini mengingatkan kita bahwa pernikahan bukan sekadar ikatan sosial, melainkan ibadah yang menghadirkan ketenteraman. Dari sinilah kita dapat melihat bahwa Tepuk Sakinah, meski tampak sederhana, sesungguhnya bisa menjadi pengingat praktis yang mengarahkan hati pada cita-cita luhur tersebut. Lebih jauh, sebagai sebuah fenomena, Tepuk Sakinah juga memperlihatkan bahwa dakwah senantiasa mampu beradaptasi dengan zaman, tampil kreatif, sekaligus menyenangkan.

Akan tetapi, di balik viralitasnya, tetap harus ada kesungguhan agar pesan yang terkandung di dalamnya tidak berhenti pada euforia semata. Dengan demikian, dari tepukan ringan itu kita berharap lahir keluarga-keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah—yakni keluarga yang kokoh, penuh cinta, dan ridho Allah Swt. (kareemustofa)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement