Membangun Fondasi Kebaikan: Pentingnya Konsistensi dalam Beramal
SURAU.CO – Dalam perjalanan kehidupan, kita sebagai manusia seringkali menemukan diri bersemangat. Kita memiliki dorongan besar pada awalnya saat hendak melakukan suatu kebaikan. Namun, kerap kali semangat yang membara itu perlahan meredup. Semangat itu bahkan bisa memudar seiring berjalannya waktu dan berbagai kesibukan. Padahal, ajaran Islam menyoroti sebuah prinsip yang mendalam. Allah SWT ternyata lebih mencintai jenis amalan tertentu. Amalan yang dilakukan secara terus-menerus. Amalan tersebut diiringi dengan keistiqamahan yang tulus. Ini berlaku meskipun jumlah amalan itu sebenarnya sangat sedikit.
Prinsip ini secara gamblang disampaikan oleh junjungan kita, Rasulullah SAW, melalui sabdanya yang mulia:
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang dilakukan secara terus-menerus walaupun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis yang sangat berharga ini sesungguhnya memberikan pelajaran yang tak ternilai. Pelajaran ini mengenai esensi kehidupan spiritual kita. Ini menunjukkan betapa krusialnya konsistensi. Atau dalam istilah Islam, istiqamah. Istiqamah ini sangat penting dalam setiap aspek ibadah kita. Ia juga relevan dalam setiap amal saleh yang kita kerjakan. Maka dari itu, saya merasa bahwa hadis ini bukan sekadar anjuran. Lebih dari itu, ia adalah sebuah peta jalan. Peta jalan menuju kedekatan sejati dengan Sang Pencipta. Ia mengajarkan bahwa kuantitas bukanlah satu-satunya tolok ukur. Kualitas dan ketekunan justru memegang peranan yang lebih utama.
Mengukir Kebaikan: Prioritas Konsistensi daripada Kuantitas Terputus
Seringkali, kita terjebak dalam persepsi yang kurang tepat. Kita cenderung menganggap bahwa amalan besar. Amalan yang dilakukan hanya sesekali. Itu lebih baik dan lebih berarti. Namun, ajaran Rasulullah SAW memberikan perspektif yang berbeda. Beliau menegaskan bahwa amalan besar yang hanya dilakukan sesekali. Itu tidak lebih baik. Amalan tersebut bahkan tidak sebaik amalan kecil. Amalan ini dilakukan secara terus-menerus dengan penuh ketekunan. Mari kita ambil sebuah contoh konkret. Seseorang yang secara rutin. Ia rajin mengerjakan shalat sunnah dua rakaat setiap hari. Orang seperti ini lebih dicintai oleh Allah. Ia lebih utama daripada individu yang melakukan shalat sunnah seratus rakaat dalam satu waktu. Namun, setelah itu, ia berhenti total. Ia tidak melanjutkannya lagi.
Konsistensi dalam beramal sesungguhnya adalah sebuah indikator kuat. Indikator ini menunjukkan keikhlasan hati yang mendalam. Ia juga mencerminkan kesungguhan jiwa. Kesungguhan dalam upaya kita untuk terus-menerus mendekatkan diri kepada Allah. Amalan yang konsisten bukanlah hasil dari dorongan emosi sesaat. Bukan pula gairah yang datang dan pergi begitu saja. Sebaliknya, ia adalah buah dari tekad yang kuat. Ia muncul dari komitmen yang kokoh. Komitmen untuk selalu berada di jalan kebaikan. Ini adalah cerminan dari hati yang senantiasa terhubung. Hati yang selalu mengingat dan merindukan Tuhannya. Jadi, bukan seberapa banyak yang kita lakukan dalam satu waktu. Namun, seberapa sering dan seberapa tulus kita melakukannya.
Istiqamah: Cerminan Kesungguhan Hamba dalam Ibadah
Amalan yang dilakukan secara konsisten secara nyata memperlihatkan sesuatu yang fundamental. Ia menunjukkan bahwa seorang hamba memang benar-benar ingin menjadikan ibadah sebagai bagian integral. Ia ingin menjadikannya sebagai napas dari kehidupannya sehari-hari. Ia tidak hanya mengingat Allah pada momen-momen tertentu saja. Tidak hanya saat ia merasa tertimpa musibah. Atau ketika ia sedang memerlukan pertolongan. Melainkan, ia senantiasa menjadikan Allah sebagai pusat dari segala aktivitasnya. Ia menjadikan-Nya poros. Poros dari setiap gerak dan diamnya. Ini adalah bentuk pengabdian yang utuh dan menyeluruh.
Istiqamah dalam beribadah juga menjadi bukti yang tak terbantahkan. Bukti bahwa hati seseorang telah terikat erat dengan Allah. Ikatannya begitu kuat dan kokoh. Karena ikatan yang kuat ini, ia tidak akan mudah lalai. Ia tidak akan mudah tergoda oleh bisikan duniawi. Ia tidak akan mudah tergelincir dari jalan yang lurus. Amalan yang konsisten menegaskan bahwa seorang hamba memiliki kesadaran tinggi. Ia sadar akan tujuan hidupnya yang sebenarnya. Kesadaran ini mendorongnya untuk selalu menjaga kualitas ibadahnya. Bahkan dalam situasi yang sulit sekalipun. Ini adalah bentuk loyalitas spiritual yang paling indah. Loyalitas yang berbuah ketenangan jiwa dan kedekatan abadi.
Nilai Tak Terhingga dari Amalan Kecil yang Konsisten
Seringkali, kita sebagai manusia cenderung meremehkan amalan-amalan yang terlihat kecil. Kita menganggapnya tidak signifikan. Mungkin kita berpikir bahwa itu tidak akan memberikan dampak besar. Padahal, justru bisa jadi amalan-amalan kecil itulah yang paling dicintai oleh Allah. Terutama jika amalan-amalan tersebut dilakukan secara konsisten dan terus-menerus. Ini adalah sebuah paradoks. Sebuah pelajaran penting yang perlu kita renungkan. Saya meyakini, kebaikan sejati seringkali tersembunyi dalam kesederhanaan.
Mari kita lihat beberapa contoh amalan yang terkesan kecil namun memiliki nilai besar:
-
Membaca Al-Qur’an setiap hari. Walaupun hanya satu halaman saja.
-
Bersedekah. Meskipun hanya dengan sedikit harta yang kita miliki.
-
Mengucapkan dzikir ringan. Seperti “subhanallah” atau “alhamdulillah”. Kita bisa melakukannya di sela-sela aktivitas.
-
Menebar senyum tulus. Serta mengucapkan salam kepada sesama. Ini adalah bentuk kebaikan sosial yang sederhana.
Amalan-amalan kecil yang terus-menerus dilakukan ini akan menumpuk. Sedikit demi sedikit, ia akan membentuk timbunan pahala yang sangat besar. Pahala ini akan kita dapatkan di sisi Allah SWT. Ini menunjukkan bahwa Allah melihat niat. Ia melihat ketekunan. Bukan hanya ukuran atau kuantitas amalan itu sendiri. Jadi, jangan pernah meremehkan kebaikan sekecil apa pun. Sebab, ia bisa jadi adalah kunci menuju surga-Nya.
Keberkahan Hidup Melalui Konsistensi Amalan Saleh
Kebiasaan-kebiasaan baik. Terutama yang dilakukan secara konsisten. Itu akan secara bertahap membentuk karakter. Karakter seorang muslim yang tangguh dan bertakwa. Sedikit demi sedikit, individu tersebut akan terbiasa. Ia akan familiar dengan amal saleh. Amal saleh itu kemudian menjadi bagian integral. Bagian yang tak terpisahkan dari hidupnya. Proses ini pada gilirannya akan mendatangkan keberkahan. Keberkahan yang melimpah ruah. Ia juga akan merasakan ketenangan jiwa yang hakiki. Serta kemudahan dari Allah dalam setiap urusannya. Ini adalah janji yang nyata bagi mereka yang istiqamah.
Allah SWT menegaskan janji-Nya bagi mereka yang konsisten dalam kebaikan:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami adalah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqamah), maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’” (QS. Fussilat: 30)
Ayat ini adalah sumber motivasi yang luar biasa. Ia memberikan harapan yang tak terbatas. Bagi mereka yang menjaga keistiqamahannya. Ketakutan dan kesedihan akan sirna. Sebagai gantinya, kebahagiaan surgawi akan menanti. Oleh karena itu, konsistensi adalah kunci. Kunci untuk membuka pintu-pintu keberkahan. Kunci untuk meraih ridha Allah. Serta kunci untuk mencapai kebahagiaan abadi di dunia dan akhirat.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
