Opinion
Beranda » Berita » Syukur Nikmat Telinga

Syukur Nikmat Telinga

Syukur Nikmat Telinga
Syukur Nikmat Telinga

SURAU.CO. Mensyukuri nikmat telinga adalah kesadaran akan pentingnya anugerah indra pendengaran dan menggunakannya sesuai dengan tujuan penciptaannya. Dalam Islam, telinga bahkan disebut sebagai indra pertama yang berfungsi saat lahir dan terakhir yang bekerja menjelang ajal. Kemudian melalui pendengaran, manusia dapat menerima informasi, memahami instruksi, dan berinteraksi dengan orang lain. Ini merupakan modal utama dalam menuntut ilmu dan berdakwah. Al-Qur’an sering mendahulukan penyebutan indra pendengaran sebelum penglihatan. Selanjutnya, Ini menunjukkan pentingnya telinga sebagai pintu masuk petunjuk Allah SWT dan membedakan antara orang yang beriman dan tidak. Orang beriman mengutamakan mendengarkan kebenaran, baru kemudian mengikutinya.

Kita mensyukuri nikmat pendengaran dengan menjaga telinga agar berfungsi baik dan menggunakannya untuk hal-hal positif seperti mendengarkan ayat Al-Qur’an, ilmu agama, dan kebaikan, serta menjauhkan diri dari hal-hal sia-sia seperti fitnah dan gosip. Merawat kesehatan telinga dengan menjaganya agar tetap dapat berfungsi dengan sempurna. Penciptaan telinga dengan segala kerumitan fungsinya adalah salah satu bukti kekuasaan Allah yang harusnya mendorong manusia untuk bersyukur.

Menggunakan telinga untuk mendengarkan kebaikan, seperti mendengarkan tilawah Al-Qur’an. Mendengarkan ceramah atau ilmu agama. Mendengarkan zikir dan puji-pujian kepada Allah. Menghindari hal-hal negatif yang bisa merusak pendengaran dan menjerumuskan ke neraka, seperti mendengarkan fitnah, gosip, atau pembicaraan yang tidak baik. Tidak menggunakan telinga untuk hal-hal yang sia-sia.Memperbanyak mengingat kebaikan dan melupakan keburukan, serta menjauhkan diri dari penyakit hati.

Menjaga diri dari perbuatan dosa, karena pendengaran adalah salah satu indra yang pertama kali akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat. Allah memberikan pendengaran sebagai salah satu dari tiga nikmat besar kepada manusia, bersama dengan penglihatan dan hati. Sebagaimana disebutkan dalam QS. An-Nahl ayat 78.

Surat An-Nahl Ayat 78

وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًٔا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

Arab-Latin: Wallāhu akhrajakum mim buṭụni ummahātikum lā ta’lamụna syaiaw wa ja'ala lakumus-sam'a wal-abṣāra wal-afidata la’allakum tasykurụn

Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

Banyak manusia yang tidak mensyukuri nikmat ini, dan menggunakannya untuk hal-hal yang tidak baik, yang bisa mengantarkan mereka ke neraka. Selain berfungsi untuk mendengar, telinga juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan tubuh.

Cara mensyukuri nikmat telinga

Cara mensyukuri nikmat telinga meliputi menggunakannya untuk mendengarkan hal-hal baik seperti tilawah Al-Qur’an, ceramah agama, atau ilmu yang bermanfaat, serta menjauhkan pendengaran dari hal-hal negatif seperti gibah dan fitnah. Selain itu, kita juga harus merawat kebersihan telinga, membantu penyandang disabilitas, dan mengingat bahwa setiap anggota tubuh akan diminta pertanggungjawaban di akhirat.

 1. Menggunakannya untuk kebaikan

  • Mendengarkan Al-Qur’an: Mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an adalah salah satu cara terbaik untuk menggunakan pendengaran dalam ketaatan.
  • Mendengarkan nasihat baik: Menggunakan telinga untuk mendengarkan ceramah agama, nasihat dari orang tua, guru, dan para ulama.
  • Menghindari suara buruk: Menjauhkan telinga dari ghibah (gosip), fitnah, perkataan kotor, dan musik yang melalaikan.

2. Merawat kebersihan dan kesehatan

  • Rutin membersihkan telinga: Membersihkan telinga secara rutin dan aman, misalnya dengan menggunakan air hangat atau mengunjungi dokter THT.
  • Hindari mengorek telinga: Jangan menggunakan benda tajam atau benda lain yang berisiko melukai gendang telinga.
  • Lindungi dari suara keras: Jaga telinga dari paparan suara yang terlalu keras, seperti suara mesin atau musik yang memekakkan.

3. Bertanggung jawab atas pendengaran

Kelak di akhirat, telinga akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah didengarkan selama hidup di dunia. Mensyukuri nikmat telinga berarti menggunakan indra ini dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, tidak hanya sekadar mendengarkan, tetapi juga menggunakannya untuk hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sadari bahwa kelak di hari kiamat, telinga kita akan menjadi saksi atas segala hal yang kita dengarkan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an (QS. Al-Isra’: 36).

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Surat Al-Isra Ayat 36

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا

Arab-Latin: Wa lā taqfu mā laisa laka bihī ‘ilm, innas-sam’a wal-baṣara wal-fuāda kullu ulāika kāna ‘an-hu mas`ụlā

Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

(mengutip dari berbagai sumber)

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement