SURAU.CO — Doa: “Ya Allah, beri aku hidayah terhadap perbedaan dalam kebenaran dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberi hidayah kepada jalan yang lurus bagi siapa yang Engkau kehendaki.”
Doa ini menggambarkan kerendahan hati seorang hamba yang menyadari bahwa kebenaran bukan ditentukan oleh hawa nafsu, bukan pula oleh banyaknya pendapat manusia, melainkan oleh petunjuk Allah. Hidayah adalah cahaya yang menyingkap tabir perbedaan, agar kita tidak terjerumus dalam kebingungan atau kesesatan.
Hadis Rasulullah ﷺ:
“Barang siapa di antara kamu melihat kemungkaran, hendaklah ia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman.”
(HR. Muslim)
Hadis ini memberi bimbingan bahwa iman bukan sekadar keyakinan dalam hati, tetapi juga harus tampak dalam sikap menghadapi kebatilan dan kemungkaran.
Refleksi dan Pesan Penting
- Hidayah Membimbing Sikap
Ketika menghadapi perbedaan, doa menjadi jalan untuk memohon agar Allah menunjukkan yang benar sebagai kebenaran, dan memberi kekuatan untuk mengikutinya.
- Tiga Tingkatan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Dengan tangan, jika kita memiliki kuasa dan kewenangan.
Dan dengan lisan, berupa nasihat, teguran, atau ajakan kebaikan.
Dengan hati, berupa penolakan batin terhadap kemungkaran, sebagai tanda bahwa iman masih hidup walau dalam keadaan lemah.
- Menghubungkan Doa dan Hadis
Doa mengajarkan kita rendah hati dalam mencari kebenaran, sementara hadis memberi arahan konkret bagaimana bersikap terhadap keburukan. Keduanya menuntun seorang mukmin agar tidak larut dalam arus salah, dan tetap istiqamah di atas kebenaran meski menghadapi perbedaan atau tekanan.
Penutup: Mari kita selalu berdoa agar Allah memberi kita hidayah, membukakan hati dalam menghadapi perbedaan, dan memberi keberanian untuk menolak kemungkaran sesuai kemampuan kita. Karena sejatinya, jalan lurus adalah milik Allah, dan hanya dengan hidayah-Nya kita bisa sampai kepada-Nya.
Pantai di Laut Indah: Simfoni Alam yang Menenangkan Jiwa
Pantai selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi setiap orang yang datang mengunjunginya. Keindahan laut biru yang terhampar luas, riak ombak yang terus menari, langit biru yang bersatu dengan awan putih, serta perahu layar yang berayun di atas permukaan laut, menghadirkan harmoni alam yang begitu menenangkan. Tidak heran jika banyak orang menjadikan pantai sebagai tempat beristirahat, merenung, bahkan menemukan inspirasi kehidupan.
Bayangkan diri kita duduk di tepi pantai, ditemani semilir angin laut yang lembut menyentuh wajah, sambil menatap lautan luas tanpa batas. Bunga-bunga putih yang bermekaran di sekitar tebing menambah keindahan panorama, seakan ikut menyambut setiap tatapan mata yang tertuju ke cakrawala. Di kejauhan, perahu layar tampak kecil, namun menghadirkan nuansa kebebasan, seolah mengajak kita berlayar menembus batas kehidupan.
Pantai bukan hanya sekadar tempat wisata, melainkan juga ruang refleksi. Di sini, kita belajar bahwa hidup seluas samudra, penuh rahasia, kejutan, dan tantangan. Ombak yang datang silih berganti mengajarkan ketabahan, bahwa setiap gelombang masalah pasti akan reda dan berganti dengan ketenangan. Langit yang biru bersih memberi pesan harapan, bahwa setelah badai selalu ada kejernihan yang menenangkan.
Bagi seorang muslim, pantai adalah tanda kebesaran Allah ﷻ. Firman-Nya dalam Al-Qur’an sering kali mengajak kita untuk memperhatikan alam ciptaan-Nya:
“Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan daripadanya perhiasan yang kamu pakai. Dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 14)
Maka, menikmati keindahan pantai sejatinya bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga bentuk ibadah. Kita diajak untuk merenungi kebesaran Allah, mensyukuri nikmat-Nya, serta menumbuhkan rasa rendah hati di hadapan Sang Pencipta.
Pantai dan laut indah selalu menjadi ruang bagi manusia untuk menemukan kedamaian. Bagi sebagian orang, pantai adalah tempat beristirahat setelah penat. Bagi yang lain, pantai adalah simbol kebebasan dan harapan baru. Apa pun makna yang kita temukan, lautan selalu mengajarkan: hidup ini luas, dan Allah menyediakan begitu banyak keindahan untuk kita syukuri. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat, (Tengku Iskandar, M. Pd)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
