Kisah
Beranda » Berita » Kisah Kedermawanan Aisyah

Kisah Kedermawanan Aisyah

SURAU.CO – Aisyah, sosok perempuan mulia, adalah istri tercinta Rasulullah SAW. Beliau dikenal memiliki hati yang lapang. Kedermawanannya menjadi teladan abadi bagi umat Islam. Kisah-kisah tentang keikhlasan Aisyah selalu menginspirasi. Ia tidak pernah ragu berbagi rezeki, bahkan ketika dalam kondisi serba kekurangan. Dalam dua kisah kedermawanan Aisyah ini mengajarkan beberapa hal terutama tentang pentingnya memberi dan keutamaan sedekah.

Kisah Pertama: Sepotong Roti untuk Pengemis

Suatu sore yang hening, Aisyah sedang menantikan waktu berbuka puasa. Hanya ada sepotong roti di rumahnya. Roti itu adalah satu-satunya hidangan. Tiba-tiba, seorang pengemis perempuan datang. Ia muncul di hadapan pintu rumah Aisyah. Pengemis itu memohon belas kasihan. Ia meminta sesuatu untuk mengganjal perutnya. Perutnya terasa perih karena lapar yang menyengat. Aisyah mendengar ratapan pilu itu. Hatinya langsung tergerak. Tanpa pikir panjang, ia memanggil pembantunya.

“Berikan roti ini kepada si pengemis!” perintah Aisyah.

Pembantunya merasa heran. Ia bertanya dengan suara pelan. “Tetapi nyonya, tidak ada makanan lain lagi. Tidak ada lagi makanan untuk berbuka puasa.”

Aisyah kemudian menjawab dengan keyakinan penuh. “Berikan saja rotinya! Biar waktu yang menyelesaikannya.”

Filosofi Bathok Bolu Isi Madu: Kemuliaan Hati di Balik Kesederhanaan

Jawaban Aisyah mencerminkan kepercayaannya yang kuat. Ia percaya pada pertolongan Allah SWT. Ia yakin bahwa rezeki tidak akan tertukar. Kedermawanan Aisyah tidak mengenal batas. Ia mengutamakan kebutuhan orang lain. Bahkan di atas kebutuhannya sendiri. Ia rela menahan lapar. Ini demi membantu sesama yang lebih membutuhkan. Kisah ini menunjukkan betapa besar jiwa sosial Aisyah. Ia mengajarkan kita untuk selalu peka. Kita harus peduli terhadap kesulitan orang lain.

Kisah Kedua: Satu Pundi Dirham Habis dalam Sehari

Kisah kedermawanan Aisyah yang lain terjadi pada akhir pemerintahan Muawiyah. Saat itu, Muawiyah mengirimkan hadiah. Hadiah tersebut berupa satu pundi penuh uang dirham. Dan itu dipersembahkan kepada Aisyah. Hadiah istimewa ini tiba pada keesokan harinya. Aisyah menerima hadiah tersebut. Ia tidak menyimpannya untuk dirinya sendiri. Sebaliknya, ia langsung membagi-bagikan uang itu. Uang dirham itu habis ludes. Semua isi pundi-pundi itu dibagikan. Pembagian itu selesai sebelum matahari terbenam.

Pada hari itu, Aisyah sedang berpuasa. Ironisnya, di rumahnya tidak ada sepotong roti. Tidak ada makanan untuk berbuka puasa. Pembantu rumahnya merasa prihatin. Ia berbicara kepada Aisyah. “Seharusnya nyonya menyisihkan makanan. Seharusnya ada makanan untuk berbuka puasa.”

Aisyah menjawab dengan lembut. Suaranya penuh kasih sayang. “Tetapi, anakku,” katanya. “Seharusnya bukan sekarang kamu memperingatkanku.”

Jawaban Aisyah ini sangatlah mendalam. Ia ingin mengajarkan sebuah pelajaran berharga. Waktu terbaik untuk beramal adalah saat itu juga. Tidak perlu menunda kebaikan. Ia tidak ingin menunda sedekah. Bahkan jika itu berarti ia sendiri harus berpuasa tanpa hidangan. Aisyah memahami betul keutamaan berbagi. Ia tahu pahala besar menanti. Pahala bagi mereka yang memberi di jalan Allah. Kisah ini menegaskan prinsip keikhlasan Aisyah. Ia memberi tanpa mengharap balasan. Ia hanya mengharap ridha Allah semata.

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Pelajaran Berharga dari Aisyah

Kedua kisah ini menggambarkan sosok Aisyah yang luar biasa. Ia adalah pribadi yang dermawan. Hatinya sangat mulia. Ia mengajarkan kita banyak hal. Pertama, pentingnya mendahulukan orang lain. Terutama mereka yang membutuhkan. Kedua, keikhlasan dalam beramal. Kita harus memberi tanpa pamrih. Ketiga, kepercayaan penuh kepada Allah SWT. Rezeki kita ada di tangan-Nya. Kita tidak perlu khawatir. Allah akan mengganti apa yang kita sedekahkan.

Kedermawanan Aisyah bukan hanya sekadar tindakan. Ini adalah gaya hidup. Ini adalah cerminan imannya. Ia meyakini bahwa setiap pemberian. Setiap sedekah yang dilakukan. Itu semua akan kembali kepada kita. Kembali dalam bentuk pahala. Juga dalam bentuk keberkahan. Kisah Aisyah relevan hingga kini. Ia menginspirasi kita. Kita harus selalu berbagi. Kita harus peka terhadap lingkungan. Mari kita teladani akhlak mulia Aisyah. Mari kita jadikan kedermawanan sebagai bagian hidup.

Aisyah adalah teladan bagi setiap Muslim. Baik pria maupun wanita. Ia menunjukkan bagaimana iman yang kuat. Iman itu diwujudkan dalam tindakan nyata. Kedermawanan bukan hanya soal materi. Ini juga tentang kebaikan hati. Ini tentang kesediaan berkorban. Kisah-kisah ini abadi. Mereka terus mengingatkan kita. Betapa indahnya hidup berbagi. Betapa besarnya pahala keikhlasan.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement