SURAU.CO – Umar bin Khattab radhiyallahu ‘Anhu berkata:
“Jauhilah hal-hal yang menyakitimu, bertemanlah dengan teman yang shalih, meski mereka sedikit sekali kamu temukan, dan diskusikanlah urusanmu dengan orang-orang yang takut pada Allah.” Syu’abul Iman (12/47)
Makna dan Pelajaran
- Jauhi Hal yang Menyakiti
Hal yang “menyakiti” di sini bisa bermacam-macam: bisa menyakitkan secara emosional, spiritual, atau moral. Contohnya: kebiasaan buruk, perkataan yang menghancurkan, lingkungan yang mendorong ke arah yang salah. Yang penting adalah kesadaran untuk menjaga hati dan iman agar tetap sehat dan kuat. -
Berteman dengan yang Shalih
Teman yang shalih bukan hanya teman yang “good vibes”, tapi teman yang akan:
Mengingatkan ketika kita lupa.
Menjaga kita dari kemaksiatan.
Menuntun ke arah kebaikan secara konsisten
Meski jumlahnya sedikit, namun keberadaannya sangat berharga; lebih baik sedikit teman tapi bermanfaat daripada banyak teman yang hanya ikut nyaman tetapi tidak mendukung kebaikan.
- Diskusi dengan Orang yang Takut kepada Allah
Menaruh hati kita pada orang-orang yang takut kepada Allah akan memberi suasana aman dan nasehat yang membangun. Dengan berdiskusi dengan mereka, kita mendapat pencerahan, introspeksi, serta bisa memperbaiki kekurangan tanpa rasa takut dihakimi secara negatif.
Aplikasi Praktis
Evaluasi orang-orang yang paling sering kita habiskan waktu: apakah mereka memberikan manfaat atau malah merusak semangat kita?
Pilih lingkungan pertemanan yang mendukung ibadah, kebaikan, dan menjauhkan diri dari dosa.
Carilah mentor, guru, atau sahabat yang bisa jadi tempat curhat, berdiskusi tentang iman, kekhawatiran, serta pertumbuhan diri.
Jaga hati dari hal-hal yang menyakiti—perkataan, hal-hal yang bisa membuat kita terluka psikologis atau jatuh ke dalam dosa—dan lakukan langkah aktif untuk menjaga jarak.
Penutup dan Refleksi
Semoga kita selalu diberikan kekuatan untuk:
Membedakan mana hal yang menyakiti iman & hati kita.
Menjaga diri dari luka yang tak perlu.
Memilih teman yang membantu kita menjadi lebih baik.
dan selalu berkomunikasi dengan mereka yang takut Allah, agar perjalanan hidup kita penuh cahaya & bimbingan.
KITA TIDAK DICIPTAKAN UNTUK TIDAK SALAH
Jangan Takut Salah, Takutlah Tidak Memperbaiki
Allah Ta’ala berfirman:
> “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.”
(QS. Hud: 114)
Makna Mendalam
- Manusia Pasti Bisa Salah
Kita semua pernah melakukan kesalahan—karena lupa, karena kurang perhatian, atau karena godaan. Membuat salah bukanlah akhir dari segalanya. Kesalahan bisa menjadi titik awal untuk pertumbuhan dan perubahan. -
Perbuatan Baik Itu Penghapus Dosa
Ayat ini mengajarkan bahwa melakukan perbuatan baik—seperti salat, sedekah, dzikir, tobat, dsb.—dapat “menghapus” dosa-dosa kecil.
Tapi penting: dosa besar harus disertai dengan taubat yang sungguh-sungguh. -
Allah Merubah Kesalahan Jadi Pelajaran dan Hikmah
Dengan memperbaiki diri setelah salah, kita menjadi lebih sadar, lebih berhati-hati, dan lebih mencintai kebaikan. Kesalahan bukan untuk dipelihara, tapi untuk diperbaiki. -
Istiqamah dalam Amal
Konsistensi dalam kebaikan menjadi jalan agar dosa-dosa tidak terus menumpuk. Seperti salat yang terjaga waktu dan kualitasnya, ibadah sunnah, sedekah, dzikir, dsb.
Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Bila menyadari kesalahan: jangan mengulangnya, minta maaf kalau diperlukan, dan niatkan untuk lebih baik ke depannya.
Tambahkan amalan-amalan kecil yang baik: membuat istighfar, memperbanyak sedekah, membantu sesama, jaga shalat tepat waktu, memperbaiki akhlak.
Gunakan momen “salah” sebagai momentum introspeksi diri: apa penyebabnya, bagaimana kalau di lain waktu saya bisa lebih bijak?
Cari lingkaran pertemanan & komunitas yang mengajak ke kebaikan, yang tidak menghakimi tapi mendukung perbaikan diri.
Kesimpulan dan Refleksi
Tidak masalah jika kita salah, karena dengan begitu kita bisa belajar dari kesalahan, sehingga kita tetap bangkit dan mencoba memperbaiki.
Perbuatan baik bukan cuma untuk mendapat pahala, tapi juga sebagai “penghapus” atas dosa-dosa yang telah lalu.
Sesungguhnya, manusia paling mulia adalah yang terus berusaha menjadi lebih baik. Tidak masalah jika kita salah, oleh karena itu kita harus belajar dari kesalahan itu dan dengan demikian kita bisa tetap bangkit dan mencoba memperbaiki. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat, ( Tengku )
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
