Khazanah
Beranda » Berita » Setiap Unsur Merindukan Pasangannya: Begitulah Hukum Cinta di Alam

Setiap Unsur Merindukan Pasangannya: Begitulah Hukum Cinta di Alam

hukum cinta di alam Ibn Sina
Gambar menggambarkan empat unsur yang saling berhubungan sebagai simbol cinta dan keseimbangan.

Surau.co. Alam tidak pernah sunyi dari bisikan rahasia. Gerak air yang mencari muara, api yang selalu menjulang ke atas, dan bumi yang memeluk setiap pijakan—semuanya menyimpan kisah cinta. Hukum cinta di alam bukan sekadar kiasan, melainkan hukum keseimbangan yang dijelaskan dengan indah dalam al-Shifāʾ bagian al-Ṭabī‘iyyāt karya Ibn Sīnā. Ia menyingkap bahwa setiap unsur memiliki kecenderungan untuk kembali kepada tempat asalnya, seolah-olah tiap-tiap benda merindukan pasangannya. Inilah hukum cinta yang tak hanya berlaku di hati manusia, melainkan juga di langit dan bumi.

Kerinduan Unsur dalam Gerak Sehari-hari

Ketika kita menyalakan lilin di malam gelap, nyalanya menjulang ke atas. Ia tak mau berhenti hingga udara menenangkannya. Air yang ditumpahkan di tanah akan segera merayap turun, mencari tempat rendah yang menenangkan. Inilah kerinduan alam. Ibn Sīnā menulis:

“كل جسم طبيعي يطلب موضعه الخاص كما يطلب العاشق لقاء معشوقه”
“Setiap benda alami mencari tempat khasnya, sebagaimana seorang pecinta merindukan pertemuan dengan kekasihnya.”

Fenomena sederhana itu menyapa kita setiap hari. Ketika gelas terjatuh dan pecah, ia bukan sekadar kecelakaan, melainkan bukti dari hukum alami: benda berat selalu mencari bumi. Seperti seorang pengembara yang akhirnya kembali pulang.

Cinta Alam dan Hati Manusia

Kita sering lupa bahwa tubuh kita pun bagian dari hukum ini. Nafas yang kita tarik adalah jembatan antara jiwa dan semesta. Oksigen dari udara merasuk, darah mengalir, tubuh berdenyut, lalu semua kembali lagi pada siklus yang sama. Ibn Sīnā menjelaskan dalam al-Ṭabī‘iyyāt:

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

“الحركة ليست إلا سعي الشيء إلى كماله”
“Gerak tidak lain adalah usaha sesuatu menuju kesempurnaannya.”

Maka, setiap tarikan nafas bukan sekadar kebutuhan biologis, tetapi gerakan jiwa menuju kesempurnaan. Tubuh pun merindukan keseimbangan sebagaimana air merindukan lembah.

Petunjuk Langit dalam Kitab Suci

Hukum cinta di alam juga ditegaskan dalam wahyu. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

وَمِن كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah).” (QS. Adz-Dzariyat: 49)

Ayat ini menegaskan apa yang diuraikan Ibn Sīnā. Setiap unsur tidak berdiri sendiri, melainkan merindukan pasangan. Api tanpa udara akan mati. Tanah tanpa air akan tandus. Bahkan jiwa tanpa iman akan gersang.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Gerak Sebagai Nyanyian Alam

Jika kita mendengarkan dengan hati, gerak benda bukan sekadar pergeseran posisi. Itu adalah nyanyian rahasia tentang tujuan. Ibn Sīnā menulis lagi:

“الميل الطبيعي غريزة مودعة في الأجسام”
“Kecenderungan alami adalah naluri yang ditanamkan dalam benda-benda.”

Bayangkan pohon yang selalu tumbuh ke atas, meski tertiup angin ribut. Atau bunga yang tetap membuka kelopaknya walau matahari menyengat. Itu semua bukan hanya insting, melainkan kerinduan yang Allah tanamkan.

Manusia Belajar dari Alam

Ketika hati kita merasa kosong, itu pertanda jiwa sedang mencari pasangannya: ketenangan, cinta, atau iman. Seperti api yang tidak betah di bawah, hati pun tidak akan tenang jika jauh dari sumber cahayanya. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ
“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan.” (HR. Muslim)

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Kecintaan kita pada kebaikan, keindahan, dan cahaya adalah bagian dari hukum cinta yang sama. Manusia adalah cermin alam, dan alam adalah kitab terbuka bagi manusia.

Unsur-Unsurnya adalah Pelajaran

Ibn Sīnā menyatakan dalam kitabnya:

“الأرض تنـزع إلى السفل، والماء يطلب مستقره، والنار تشتاق إلى العلو”
“Bumi cenderung ke bawah, air mencari tempat tenangnya, dan api merindukan ketinggian.”

Ketika kita memahami ini, kita tahu bahwa cinta bukan hanya rasa manis di hati. Cinta adalah hukum gerak, hukum kehidupan. Tak ada satupun yang bisa menolak tarikan cinta.

Refleksi Kehidupan Sehari-hari

Lihatlah keluarga yang terpisah oleh jarak. Mereka selalu berusaha bertemu kembali. Perhatikan sepasang burung merpati, yang satu terbang jauh, tetap kembali ke pasangannya. Begitu juga hati manusia: ia tak bisa menolak kerinduan yang Allah tanamkan. Hukum cinta di alam adalah pelajaran abadi bagi jiwa.

 

* Sugianto al-jawi

Budayawan kontemporer Tulungagung


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement