Kisah
Beranda » Berita » Kisah Julaibib: Sahabat Mulia yang Pemberani

Kisah Julaibib: Sahabat Mulia yang Pemberani

Ilustrasi Kisah Julaibib

SURAU.CO – Dalam catatan sejarah Islam, banyak nama pahlawan yang mungkin luput dari ingatan kita. Salah satunya adalah Julaibib. Dia adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. Julaibib dikenal dengan kerendahan hatinya. Namun, ia juga memiliki keberanian yang luar biasa. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak umat Islam. Kisah Julaibib mengajarkan tentang nilai-nilai penting. Ia menunjukkan bahwa status sosial tidak menghalangi kemuliaan.

Siapakah Julaibib? Sosok Rendah Hati yang Dimuliakan

Julaibib adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. Ia hidup di masa awal Islam. Kondisi fisiknya tidak menarik. Selain itu, ia juga tidak memiliki harta benda. Bahkan, silsilah keluarganya pun tidak jelas. Julaibib sering merasa terasing. Namun demikian, ia memiliki hati yang bersih. Keimanannya kepada Allah SWT sangat kuat. Oleh karena itu, Rasulullah SAW sangat menyayanginya.

Inisiatif Nabi: Mencari Jodoh untuk Julaibib

Rasulullah SAW selalu memperhatikan semua sahabatnya. Beliau tidak pernah membeda-bedakan. Suatu hari, Nabi bertanya kepada Julaibib. “Tidakkah engkau ingin menikah, wahai Julaibib?” tanya Nabi. Julaibib menjawab dengan jujur. “Siapakah yang mau menikahiku, wahai Rasulullah? Saya tidak punya apa-apa,” katanya.

Meskipun demikian, Nabi tidak menyerah. Beliau ingin Julaibib merasakan kebahagiaan. Nabi Muhammad SAW kemudian menawarkan Julaibib untuk menikahi seorang wanita Anshar. Wanita itu dikenal sangat cantik dan salehah. Ia berasal dari keluarga terpandang.

Ketaatan Putri Anshar: Menerima Pilihan Nabi

Nabi Muhammad SAW mendatangi ayah wanita tersebut. Beliau menyampaikan niat untuk menikahkan putrinya. Ayah wanita itu merasa terhormat. Akan tetapi, ia terkejut saat tahu calonnya Julaibib. “Apakah engkau ingin menikahkan putriku dengan Julaibib?” tanyanya. Ayah itu lalu berkata akan berdiskusi dengan istrinya.

Riyadus Shalihin: Antidot Ampuh Mengobati Fenomena Sick Society di Era Modern

Sang ibu pun keberatan. “Apakah engkau gila?” serunya. “Kita akan menikahkan putri kita dengan Julaibib?” Putri mereka mendengarkan percakapan itu. Ia adalah seorang wanita yang taat. Ia berkata, “Apakah kalian menolak perintah Rasulullah?” Dengan demikian, ia kemudian menyatakan kesediaannya. “Jika Rasulullah meridhainya, aku pun ridha,” ujarnya. Akhirnya, pernikahan itu pun terlaksana. Ini menunjukkan ketaatan luar biasa dari wanita tersebut. Ia mengutamakan perintah Nabi di atas segalanya.

Julaibib di Medan Perang: Keberanian yang Menginspirasi

Tidak lama setelah menikah, Julaibib dipanggil untuk berperang. Kaum Muslimin bersiap menghadapi musuh. Julaibib dengan cepat bergabung. Ia tidak gentar menghadapi bahaya. Keberaniannya di medan perang sangat menonjol. Ia berperang dengan gagah berani. Julaibib tidak memikirkan dirinya sendiri. Sebaliknya, ia hanya ingin membela Islam.

Setelah pertempuran usai, kaum Muslimin menghitung korban. Nabi Muhammad SAW bertanya, “Adakah kalian kehilangan seseorang?” Para sahabat menjawab, “Kami tidak kehilangan siapa pun, ya Rasulullah.” Nabi bertanya lagi. “Akan tetapi, aku kehilangan Julaibib,” kata Nabi. “Coba cari dia di antara para syuhada.”

Pujian Nabi untuk Julaibib: “Dia Dariku dan Aku Darinya”

Para sahabat mencari Julaibib. Mereka menemukannya. Julaibib terbaring di antara tujuh musuh yang telah ia bunuh. Ia gugur sebagai syahid. Rasulullah SAW datang menghampiri. Beliau melihat Julaibib yang tergeletak. Air mata Nabi mengalir. Nabi kemudian bersabda, “Dia membunuh tujuh orang, lalu dia terbunuh. Dia dariku dan aku darinya.”

Ini adalah pujian tertinggi dari Rasulullah SAW. Nabi sendiri yang meletakkan Julaibib ke liang lahat. Ia menguburkan Julaibib dengan tangan mulianya. Ini adalah kehormatan besar bagi Julaibib.

Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses

Pelajarannya untuk Kita: Teladan dari Julaibib

Kisah Julaibib mengajarkan banyak hal. Pertama, kemuliaan seseorang bukan dari harta. Ia juga bukan dari kedudukan sosial. Kemuliaan datang dari keimanan. Ia juga berasal dari ketakwaan kepada Allah SWT.

Kedua, kisah ini menunjukkan ketaatan yang tulus. Wanita Anshar itu menaati perintah Nabi. Ia tidak melihat fisik Julaibib. Ia hanya melihat kebaikan dan keimanannya. Oleh karena itu, ini adalah contoh ketaatan yang patut diteladani.

Ketiga, keberanian Julaibib patut diacungi jempol. Ia tidak takut mati dalam membela Islam. Ia menunjukkan semangat juang yang tinggi. Ia rela berkorban demi agamanya.

Julaibib adalah contoh nyata. Ia adalah sahabat Nabi yang luar biasa. Ia mungkin diremehkan manusia. Namun, ia dimuliakan oleh Allah dan Rasul-Nya. Kisahnya akan selalu dikenang. Ia menjadi inspirasi bagi umat Islam. Mari kita ambil pelajaran dari kisah Julaibib. Mari kita tingkatkan keimanan dan keberanian kita. Semoga kita semua bisa meneladani Julaibib.

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement