Khazanah
Beranda » Berita » Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shiddiq : Anak Abu Bakar yang Terakhir Masuk Islam

Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shiddiq : Anak Abu Bakar yang Terakhir Masuk Islam

Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shiddiq : Anak Abu Bakar yang Terakhir Masuk Islam
Ilustrasi pasukan muslim menuju medan perang.

SURAU.CO -Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shiddiq seorang sahabat Rasulullah sekaligus putra sahabat terkemuka yang sangat Nabi saw.cintai–Abu Bakar. Ketika Rasulullah berhijrah ke Madinah, Abu Bakar lah yang menemani Nabi saw. selama bersembunyi di gua Tsur.

Abdul Ka’bah

Pada masa Jahiliyah, Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir menikah dengan Abdullah bin Harits bin Sukhrabah al-Azadi. Dari perkawinan itu mereka mendapat seorang putra bernama al-Thufail. Setelah Abdullah bin Harits wafat, Ummu Ruman menikah lagi dengan Abu Bakar ash-Shiddiq. Dari perkawinan itu lahir Aisyah dan Abdurrahman bin Abu Bakar.

Sebelum memeluk Islam, namanya Abdul Ka’bah. Setelah masuk Islam, Nabi saw. mengganti namanya menjadi Abdurrahman.

Berpihak pada barisan musuh Islam

Pada saat Perang Badar, Abdurrahman berada dalam barisan Quraisy. Pada medan perang itu ia melihat sendiri kehancuran pasukan musyrik Quraisy  dan tewasnya para pemimpin mereka. Selain tewas terbunuh, banyak pula pasukan musyrik yang digiring ke Madinah sebagai tawanan perang.

Ketika Perang Uhud berkecamuk, Abdurrahman masih berada dalam barisan musyrik. la menghunus pedang dan menantang kaum muslim untuk berduel. Dengan suara lantang ia berteriak, “Siapa di antara kalian yang berani meladeniku?”

Hati-hatilah Dengan Pujian Karena Bisa Membuatmu Terlena Dan Lupa Diri

Abu Bakar terkesiap dan kaget karena mengenal suara yang lantang itu. Itu suara anaknya, Abdul Ka‘bah. Abu Bakar r.a. langsung menghunus pedang dan bersiaga untuk melayani tantangan putranya sendiri, tetapi Rasulullah saw. mencegahnya.

Rasulullah mencegah duel Abdul Ka’bah dan ayahnya

Rasulullah saw. menahan Abu Bakar karena tak mau terjadi pertumpahan darah antara anak dan bapak sebagaimana yang terjadi dalam Perang Badar. Saat itu Abu Ubaidah ibn al-Jarrah membunuh ayahnya sendiri yang berada di barisan tentara kafir. Nabi saw. tak mau peristiwa itu terulang.

Perang Uhud dimenangkan oleh kaum musyrik, karena pasukan pemanah muslim tidak menaati perintah Rasulullah saw. untuk tetap bertahan pada posisi mereka apa pun yang terjadi. Kejadian itu merupakan kejadian terkelam dalam sejarah kemunculan Islam dan menjadi pelajaran berharga agar mereka agar tidak lagi berani melanggar perintah Nabi.

Abdul Ka’bah bersyahadat

Dengan hadirnya hidayah kebesaran Allah, dengan kehendakNya. Allah telah menancapkan benih keimanan dalam hati Abdurahman atau dulunya Abdul Ka’bah. Suatu hari ia berangkat ke Madinah dan mengucapkan syahadat di hadapan Rasulullah. Setelah itu, ia berkeliling Madinah dan mengumumkan keislamannya kepada penduduk kota.

Ketika Abu Bakar melihat putranya memasuki masjid, wajahnya tampak memancarkan kebahagiaan. Terlebih lagi ketika putranya itu mengulurkan tangan sebagai tanda baiat kepada Rasulullah saw., Abu Bakar tak dapat lagi menahan haru, air mata bahagia mengalir jatuh, mengiringi rasa syukur menyaksikan putranya telah menempuh jalan kebenaran.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Berganti nama menjadi Abdurrahman

Setelah itu, Rasulullah saw. mengganti namanya menjadi Abdurrahman. Peristiwa itu terjadi setelah Perjanjian Hudaibiyah. Kini, seluruh kekuatan dan kemampuan Abdurrahman tercurah demi kepentingan Islam dan kaum muslim. la pun berjuang dengan gigih memerangi kaum musyrik.

Kearifan Islam berpengaruh besar terhadap kepribadian Abdurrahman. Kini, ia bersemangat membela agamanya dan semakin hari rasa keterikatannya terhadap Islam semakin kuat, terutama ketika ia mendengar panggilan jihad.

Bergabung dalam perang Yamamah

Saat Perang Yamamah berkecamuk, Abdurrahman bergabung dalam pasukan muslim di bawah pimpinan Khalid bin Walid untuk memerangi si pembuat fitnah Musailamah al-Kadzab. Saat itu Abdurrahman tak berhasil membunuh Musailamah,tetapi  terjadi insiden yakni tangan pembantu setianya, yaitu Muhakkam ibn al-Thufail, tak dapat menghindari sabetan pedang Abdurrahman hingga ia tewas terkapar.

Musailamah akhirnya tumbang oleh pedang Wahsyi ibn Harab sehingga berakhir pula fitnah yang tersebar olehnya.

Menolak iming-iming emas Muawiyah

Abdurrahman memiliki suara yang lantang dan keras, apalagi ketika menghadapi orang yang menentang kebenaran. Saat Muawiyah mengirim surat perintah kepada Marwan, gubernur Madinah, agar membaiat dan bersumpah setia kepada putranya–Yazid, Abdurrahman berdiri di depan masjid dan berkata lantang,

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

“Demi Allah, kalian memilih bukan orang terbaik untuk memimpin umat Muhammad. Kini, kalian ingin menjadikan mereka seperti kaisar Roma, ketika seorang kaisar mati, ia digantikan kaisar lainnya.”

Ketika Muawiyah mendengar perkataan Abdurrahman, ia mengirim uang seribu dirham untuk melembutkannya, tetapi Abdurrahman menolaknya. la berkata kepada utusan Muawiyah,

“Katakan kepadanya bahwa Abdurrahman tidak pernah menjual agamanya untuk dunia.”

Tidak lama berselang setelah penolakan itu, Abdurrahman mendengar bahwa Muawiyah bertolak menuju Madinah. Karena enggan bertemu, Abdurrahman
memilih pergi ke Makkah. Namun, belum lagi tiba di Makkah, kematian ajal menjemputnya.(St.Diyar)

Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement