Nasional
Beranda » Berita » Demokrasi Deliberatif: Sebuah Tinjauan Kritis

Demokrasi Deliberatif: Sebuah Tinjauan Kritis

gambar tulisan Demokrasi
gambar tulisan Demokrasi

Demokrasi deliberatif merupakan sebuah cita-cita luhur. Konsep ini mendambakan sebuah sistem. Di dalamnya, masyarakat secara aktif terlibat. Mereka berpartisipasi dalam diskusi yang mendalam. Diskusi ini harus bersifat rasional. Selain itu, sifatnya inklusif. Semua suara harus didengar. Tujuan utamanya jelas. Yaitu, mencapai keputusan kolektif. Keputusan ini bukan sembarang keputusan. Ia harus dibangun di atas argumen terbaik. Bobot argumen menjadi penentu. Bukan semata-mata kekuatan suara mayoritas. Inilah esensi dari deliberasi. Namun, dalam realitas politik praktis, idealisme ini sering terabaikan. Cita-cita luhur ini kerap terlupakan. Ia tenggelam dalam hiruk pikuk kepentingan sesaat. Atau dalam intrik kekuasaan yang pragmatis.

Mengapa Deliberasi Terlupakan?

Ada banyak faktor penyebab. Salah satunya adalah kecepatan informasi. Media sosial mempercepat penyebaran berita. Namun, ini juga memicu polarisasi. Orang lebih suka mendengar pandangan serupa. Mereka enggan mendengarkan argumen berbeda. Ini menghambat diskusi sehat.

Selain itu, kepentingan politik sering mendominasi. Perwakilan rakyat fokus pada pemenangan pemilu. Mereka cenderung mengutamakan popularitas. Daripada mencari solusi terbaik. Diskusi mendalam sering dianggap buang waktu. Ini terjadi di parlemen dan pemerintahan.

Masyarakat juga kurang terlibat. Mereka apatis terhadap politik. Mereka merasa tidak punya suara. Keterlibatan publik sering sebatas pemilu. Partisipasi setelah itu menurun drastis. Ini melemahkan fondasi demokrasi deliberatif.

Peran Media dan Teknologi

Media memiliki peran penting. Mereka bisa memfasilitasi diskusi. Namun, media massa sering fokus pada sensasi. Mereka juga cenderung berpihak. Ini mengurangi kualitas informasi. Akibatnya, publik sulit membentuk opini independen.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Teknologi juga membawa tantangan. Platform digital bisa menjadi ruang gila. Berita palsu menyebar dengan cepat. Disinformasi merusak kepercayaan. Ini mempersulit dialog konstruktif. Diskusi berbasis fakta sulit terwujud.

Dampak pada Kebijakan Publik

Ketika deliberasi absen, kebijakan cenderung buruk. Keputusan dibuat tergesa-gesa. Ini tanpa pertimbangan matang. Kepentingan sempit sering mendominasi. Akibatnya, kebijakan tidak efektif. Masyarakat yang dirugikan.

Contohnya, Undang-Undang tertentu. Proses pembahasannya sering tertutup. Partisipasi publik minim. Kritik diabaikan. Ini menunjukkan kurangnya deliberasi. Hasilnya adalah ketidakpuasan masyarakat.

Membangkitkan Kembali Deliberasi

Bagaimana kita bisa menghidupkan kembali? Pendidikan adalah kuncinya. Masyarakat perlu memahami pentingnya deliberasi. Mereka harus belajar berpikir kritis. Mereka juga harus menghargai perbedaan pendapat.

Pemerintah juga harus proaktif. Mereka perlu membuka ruang diskusi. Ini bisa melalui forum publik. Atau konsultasi online. Transparansi harus ditingkatkan. Akses informasi penting bagi publik.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Perwakilan rakyat harus berubah. Mereka harus menjadi fasilitator diskusi. Bukan hanya pemburu suara. Mereka harus mendengarkan konstituen. Keputusan harus berdasarkan alasan terbaik. Bukan hanya dorongan partai.

Organisasi masyarakat sipil berperan besar. Mereka bisa menjadi jembatan. Ini antara pemerintah dan masyarakat. Mereka bisa mengadvokasi deliberasi. Mereka juga bisa mengadakan diskusi publik.

Tantangan di Depan

Tentu, ini bukan hal mudah. Resistensi akan selalu ada dalam setiap keterlibatan antara masyarakat dan penguasa, Kekuatan politik tertentu akan menolak. Mereka nyaman dengan status quo. Namun, perjuangan ini penting. Masa depan demokrasi dipertaruhkan.

Demokrasi bukan hanya pemilihan umum. Ini tentang partisipasi aktif. diskusi yang bermakna. keputusan yang adil. Tanpa deliberasi, demokrasi rapuh. Ini hanya cangkang kosong.

Masyarakat harus sadar. Mereka memiliki kekuatan. menuntut deliberasi.  berpartisipasi lebih aktif. Perubahan dimulai dari bawah. Ini membutuhkan komitmen kolektif.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Mari kita wujudkan demokrasi sejati. Demokrasi yang melibatkan semua. mendengarkan semua. yang mencapai keadilan. Ini adalah tugas kita bersama.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement