Khazanah
Beranda » Berita » Abdullah bin Abbas : Sang Lautan Ilmu

Abdullah bin Abbas : Sang Lautan Ilmu

Abdullah bin Abbas : Sang Lautan Ilmu
Ilustrasi suasana majelis ilmu di masa lalu.

SURAU.CO -Abdullah bin Abbas adalah sahabat Nabi yang berasal dari suku Quraisy, keturunan Bani Hasyim. Ayahnya bernama al-Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf. Ibunya bernama Lubabah al-Kubra binti al-Harits bin Hazn al-Hilaliyah. Al-Abbas adalah paman Rasulullah saw. dan kakak sepupu Khalid ibn al-Walid. la mendapat julukan Habrul Ummah wa Tarjuman Al-Quran, tinta umat dan penerjemah Al-Quran. la juga mendapat gelar al-Bahru alias Sang Lautan karena keluasan ilmunya.

Lahir ketika Bani Hasyim mengalami blokade ekonomi

Abdullah ibn Abbas lahir ketika Rasulullah dan seluruh Bani Hasyim mengalami pemboikotan dari kaum Quraisy. Al-Abbas kecil dibawa kepada Nabi saw. dan beliau memberkahinya dengan ludah beliau. Peristiwa itu terjadi tiga tahun sebelum Hijrah.

Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Muhammad Basyar dari Abdul Wahab al-Tsaqafi dari Khalid al-Hadza dari Ikrimah dari Ibn Abbas bahwa Rasulullah saw. memeluknya dan beliau berdoa,

“Ya Allah, ajarkanlah hikmah kepadanya.”

Ajaran Rasulullah pada Ibn Abbas

Hanasy al-Qana’i meriwayatkan dari Ibn Abbas, bahwa suatu ketika ia berada di belakang Rasulullah saw. kemudian beliau bersabda, “Hai anak muda, aku akan mengajarkan beberapa kalimat: Peliharalah Allah maka Dia akan memeliharamu; peliharalah Allah, maka akan kautemukan Dia di hadapanmu; jika kau meminta, mintalah kepada Allah; dan jika kau memohon pertolongan, memohonlah kepada Allah. Ketahuilah, jika umat ini bersatu untuk memberikan manfaat kepadamu, mereka takkan dapat memberi manfaat apa pun kecuali sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu. Jika mereka berkumpul untuk memberimu mudarat, maka mereka takkan bisa memberi mudarat apa pun kecuali sesuatu yang telah Allah tuliskan atasmu.  Pena-pena telah diangkat dan catatan-catatan telah mengering.”

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Keistimewaan Ibnu Abbas

Menurut Ubaidillah ibn Abdullah ibn Utbah, Ibnu Abbas memiliki keistimewaan yang sulit tertandingi oleh kebanyakan manusia. la memiliki keunggulan dalam banyak hal. Misalnya, ia memiliki ilmu yang lebih dahulu ia ketahui daripada orang lain; ia memiliki pemikiran dan pemahaman yang luas; ia pun terkenal sebagai seorang alim yang santun dan lemah lembut.

Nasab keturunannya pun berasa dari golongan yang mulia. Ibnu Abbas juga sangat dermawan. Ubaidillah mengatakan, “Belum pernah aku melihat orang yang lebih mengetahui dan lebih memahami hadis Nabi saw. selain Ibnu Abbas.

Kedalaman pemahaman Ibnu Abbas tentang hadis

Bahkan, pada masa Abu Bakar r.a., Umar r.a., maupun Utsman r.a., tak ada seorang pun yang pemahamannya tentang hadis Nabi saw. melampaui diri
nya. Juga tak ada orang yang mengunggulinya dalam pengetahuan tentang syair, bahasa Arab, tafsir Al-Quran, atau pun ilmu hisab dan faraid.

Selain itu, tak ada seorang pun yang pendapatnya lebih tepat dalam suatu masalah selain pendapat Ibnu Abbas. Dalam sehari ia bisa duduk berlama-lama dalam majelis membicarakan fikih. Kemudian pada hari lainnya, ia dapat  membicarakan takwil. la pun fasih bicara tentang strategi perang, apalagi tentang syair dan bahasa Arab.

Setiap kali seorang alim duduk di hadapannya, ia akan menundukkan kepala menghormati Ibnu Abbas. Dan setiap kali seseorang menanyakan suatu masalah, ia akan merasa puas karena Ibnu Abbas dapat memberinya jawaban
yang memuaskan.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Ibnu Abbas : Pribadi yang sangat teliti

Ibn Abbas sangat teliti. la selalu memeriksa secara saksama apa pun yang riwayat atau yang ia dengar, terlebih lagi jika riwayat itu datang dari Rasulullah saw.

Pernah, suatu hari, Ibnu Abbas menemui seorang sahabat untuk menanyakan sesuatu, tetapi saat ia datang, sahabat itu sedang berbicara pada seseorang. Ibnu Abbas melilitkan surbannya dan duduk menunggu. Tak lama berselang, angin bertiup cukup kencang menerbangkan debu yang mengotori pakaiannya. Ketika sahabat itu keluar rumah, ia melihat Ibnu Abbas berada di depan pintu rumahnya. Sahabatitu bertanya, “Wahai putra paman Rasulullah, apa maksud kedatanganmu ke sini? Mengapa Engkau tidak mengutus seseorang agar aku datang menemuimu.”

Ibnu Abbas menjawab, “Tidak, akulah yang seharusnya mendatangimu, bukan engkau yang mendatangiku.” Ibnu Abbas sadar, orang alimlah yang harusnya datang, bukan sebaliknya. Dan saat itu, dialah yang punya keperluan kepada sahabat tersebut.

Ibnu Abbas : pribadi yang rendah hati

Riwayat itu menegaskan perilaku Ibn Abbas yang sangat rendah hati. la tidak pernah merasa sombong dengan ilmu yang telah Allah anugerahkan kepadanya. Suatu hari ia pernah mendapat pertanyaan, “Hai Ibnu Abbas, di manakah posisi keilmuanmu daripada  ilmu anak pamanmu (maksudnya Ali bin Abu Thalib)?”

Ibn Abbas menjawab, “(Ilmuku dibanding ilmu Ali) Bagaikan tetes air hujan yang jatuh ke samudra.”

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Sungguh tepat ucapannya itu. la benar-benar memahami kekurangan dan kelebihan dirinya sendiri. Ucapannya itu menegaskan bahwa Ali bin Thalib jauh lebih berilmu daripada dirinya. Pada sisi lain, ucapannya itu menunjukkan sifat rendah hatinya.

Kekaguman Umar bin Khattab

Umar bin Khattab r.a. sendiri mengagumi keluasan ilmu dan pengetahuan Ibnu Abbas. Bahkan, Umar r.a. menjuluki Ibnu Abbas sebagai pemuda-sepuh (Fata al-Kuhl). Umar r.a. sering meminta pandangan Ibnu Abbas ketika menghadapi suatu masalah.

Jika Ibnu Abbas sedang membaca Al-Quran dan ia memahami satu perkara yang belum terpahami orang lain, ia akan berkata, “Aku membaca salah satu ayat dari kitab Allah. Aku ingin semua orang mengerti sebagaimana aku memahaminya.” Ucapan seperti ini hanya akan keluar dari mulut orang yang benar-benar alim dan jujur.

Pribadi yang terbebas dari iri dan dengki

Ibnu Abbas berkata,

“Jika aku mendengar seorang pemimpin umat Islam memerintah dengan adil dan bijaksana, aku merasa sangat senang. Aku akan mendoakannya, dan aku tak perlu mengkritiknya.”

Dan jika aku mendengar hujan turun di tanah kaum muslim, aku pun merasa
senang, dan aku sendiri tidak punya hewan ternak untuk aku gembalakan di sana.” Artinya, Ibn Abbas sangat senang jika semua orang mendapat kebaikan.

Rasulullah saw. pernah mendoakannya, “Ya Allah, berilah ia pemahaman dalam masalah agama dan ajarkan kepadanya takwil (tafsir).”

Akhir hidup Ibnu Abbas

Ibnu Abbas pergi menunaikan ibadah haji ketika rumah Khalifah Utsman r.a. mengalami kepungan. Saat mendekati akhir usia, ia mengalami kebutaan. Ibnu Abbas berkata, “Jika Allah mengambil cahaya-Nya dari kedua mataku maka sesungguhnya pada lisan dan hatiku masih ada cahaya. Hatiku cerdas dan pandai berpikir serta bersih dari tipu daya. Mulutku pun tajam bagaikan pedang.”

Ibn Abbas wafat pada usia 70 tahun. Saat jenazahnya akan bersatu dengan bumi, Ibnu al-Hanafiyah berkata, “Demi Allah, pada hari ini telah Engkau wafatkan tinta umat ini.”(St.Diyar)

Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement