SURAU.CO – Lupakan sejenak pertempuran yang terlihat di peta dunia. Di abad ke-21, medan perang paling krusial justru tidak terlihat oleh mata telanjang. Ia ada di dalam kabel serat optik, di pusat data raksasa, dan di setiap ketukan jari kita di layar gawai. Inilah era perang digital, di mana data menjadi senjata dan kedaulatan sebuah negara bisa goyah hanya karena barisan kode.
Di tengah kompleksitas inilah, sebuah pertanyaan besar menggantung: siapa yang seharusnya menulis aturan main di dunia tanpa batas ini? Merasa terpanggil untuk menjawab tantangan tersebut, Universitas Indonesia mengambil langkah berani dengan memimpin sebuah forum global. Departemen Hubungan Internasional FISIP UI secara resmi akan menjadi tuan rumah bagi IPGSC 2025 Universitas Indonesia, sebuah konferensi internasional yang akan mengupas tuntas politik di balik teknologi digital.
Ketika ‘Byte’ Bertemu ‘Batas Negara’
Konferensi ini akan berlangsung pada 23-25 September 2025 di Science and Technology Park UI Depok. Panitia mengusung tema yang sangat relevan: “Bytes and Borders: The Global Politics of Digital Technologies and the Governance of Cyberspace”. Tema ini secara cerdas menangkap dua kekuatan yang saling bertentangan di zaman kita. ‘Bytes’ mewakili sifat teknologi yang bebas dan tanpa batas, sementara ‘Borders’ adalah realitas politik di mana setiap negara mati-matian mempertahankan kedaulatannya.
Konflik antara dua kekuatan inilah yang melahirkan isu-isu paling pelik saat ini. Mulai dari diplomasi siber yang penuh intrik, persaingan geopolitik dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI), hingga perdebatan sengit tentang siapa yang berhak memiliki dan mengatur data pribadi miliaran manusia. Panitia merancang IPGSC 2025 Universitas Indonesia secara khusus sebagai wadah untuk mengurai benang kusut ini.
Konferensi ini akan mempertemukan para pemikir terbaik dari seluruh dunia. Mahasiswa pascasarjana dengan ide-ide segar, akademisi dengan riset mendalam, serta para praktisi yang setiap hari berhadapan langsung dengan ancaman keamanan siber akan duduk bersama. Mereka datang bukan hanya untuk berbagi ilmu, tetapi untuk berdebat dan mencari solusi.
Bukan Sekadar Diskusi, Tapi Merancang Masa Depan
Salah satu hal yang membuat forum ini istimewa adalah visinya yang jauh ke depan. Menurut Dr. Ali Abdullah Wibisono selaku Convenor, panitia tidak merancang IPGSC 2025 untuk berhenti di ruang diskusi. Acara ini memiliki dua target konkret yang siap memberikan dampak nyata.
Pertama, konferensi ini bertujuan untuk melahirkan rekomendasi kebijakan yang tajam dan aplikatif. Nantinya, para peserta akan merumuskan hasil pemikiran mereka menjadi panduan praktis yang dapat pemerintah dan organisasi internasional manfaatkan. Ini adalah upaya untuk memberikan kompas di tengah belantara digital yang belum memiliki aturan jelas.
Kedua, IPGSC 2025 berkomitmen untuk mendorong lahirnya publikasi ilmiah berstandar internasional. Dengan ini, Universitas Indonesia tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga produsen aktif yang berkontribusi pada perdebatan akademik global. Ini adalah cara UI mengukuhkan posisinya sebagai mercusuar pemikiran di kancah dunia.
Dengan menjadi tuan rumah bagi IPGSC 2025 Universitas Indonesia, UI membuktikan bahwa Indonesia bukan sekadar pasar digital, melainkan pemain kunci yang siap ikut serta merancang masa depan peradaban digital yang lebih adil dan aman bagi semua.
Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi panitia melalui email di [email protected].
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
