Opinion
Beranda » Berita » Syubhat Ibnu Taimiyah Mengetahui Lauhul Mahfudz

Syubhat Ibnu Taimiyah Mengetahui Lauhul Mahfudz

Ibnu Taimiyah Mengetahui Lauhul Mahfudz: Bantahan Atas Syubhat

BANTAHAN ATAS SYUBHAT : “IBNU TAIMIYAH TAHU LAUHUL MAHFUDZ & MENDUKUNG HAL-HAL LUAR BIASA”

 

 

SURAU.CO –  بسم الله الرحمن الرحيم  Semoga Allah ﷻ memberikan hidayah kepada penulis pribadi, keluarga, dan seluruh kaum muslimin agar istiqamah di atas kebenaran.

Mereka mengklaim bahwa Ibnu Taimiyah mengetahui isi Lauhul Mahfudz karena dia meramalkan kemenangan atas Tartar tanpa mengatakan “insyaAllah”.

Riyadus Shalihin: Antidot Ampuh Mengobati Fenomena Sick Society di Era Modern

Mereka menyebutkan bahwa Ibnu Taimiyah membenarkan adanya suara dari makam Nabi ﷺ seperti azan atau jawaban salam. Kesimpulan: Kalau Ibnu Taimiyah saja bisa mengalami hal luar biasa. Kenapa kalian (Salafi) menolak kisah wali bisa terbang, teleportasi, atau hadir di dua tempat ?

Menyimpulkan bahwa Ibnu Taimiyah mengetahui Lauhul Mahfudz secara langsung

Penjelasannya : Dalam kitab Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim memang menceritakan bahwa gurunya, Ibnu Taimiyah, yakin dengan kemenangan kaum muslimin atas Tartar, dan mengatakan bahwa hal itu telah tertulis di Lauhul Mahfudz. Tapi, Ibnu Taimiyah tidak pernah mengklaim bahwa dia telah membuka dan membaca Lauhul Mahfudz.

Itu adalah ungkapan keyakinan terhadap ketetapan takdir dan janji Allah ﷻ dalam syariat, bukan hasil membuka tabir ghaib.

Allah ﷻ berfirman : “Tidak ada yang mengetahui yang ghaib di langit dan di bumi kecuali Allah.” (QS. An-Naml: 65)

Menyamakan peristiwa langka dengan doktrin wali terbang akan menyesatkan akidah.

Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses

Penjelasan Ulama, Ibnu Taimiyah sendiri berkata: “Barang siapa yang mengaku mengetahui perkara ghaib, maka dia telah kafir atau pelaku bid’ah besar. Karena itu adalah hak eksklusif Allah.” (Majmu’ al-Fatawa, 35/185)

Dengan demikian, klaim bahwa Ibnu Taimiyah membaca Lauhul Mahfudz adalah fitnah atas beliau, karena: Bertentangan dengan aqidah beliau sendiri. Tidak ada satu pun teks eksplisit dari beliau yang menyatakan hal itu.

Ucapan Ibnul Qayyim dalam konteks “sudah tertulis di Lauhul Mahfudz” adalah bentuk keyakinan terhadap qadar Allah ﷻ, bukan hasil ilham langsung dari Lauhul Mahfudz.

Menjadikan kisah mimpi, ilham, atau kejadian langka sebagai tolok ukur kebenaran

“Kalau Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim saja mengakui hal-hal luar biasa seperti itu, kenapa Salafi menolak karomah wali seperti terbang atau hadir di dua tempat ?”

Jawabannya: Ahlus Sunnah tidak menolak karomah, tetapi tidak semua kisah aneh adalah karomah. Karomah hanya mungkin terjadi jika :

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

Allah memberikan karunia kepada wali yang lurus tauhid dan sunnahnya.
>Tidak bertentangan dengan syariat.
>Tidak menyaingi mu’jizat para Nabi.
>Tidak dijadikan dalil pembenaran ajaran menyimpang.

Perlu Dibedakan :

Karomah yang sahih = Didukung dalil, sanad, dan tidak bertentangan dengan syariat
Kisah khurafat dan khayalan = Hanya klaim, mimpi, cerita dari guru ke guru

Contoh: Umar bin Khattab bisa mendengar pasukan di medan perang

Wali terbang ke langit, teleportasi ke Mekkah tiap malam
Wali tetap merendah dan mengikuti sunnah Nabi
Orang-orang menganggap wali setara atau lebih hebat daripada Nabi.

Menggunakan riwayat suara dari makam Nabi ﷺ sebagai pembenaran untuk hal-hal khurafat

Penjelasannya : Ibnu Taimiyah pernah menyebut bahwa dalam beberapa kisah terdahulu, ada yang mendengar jawaban salam dari makam Nabi ﷺ, seperti yang terjadi pada Said bin Musayyib dalam perang Harrah.

Tapi Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa :

Itu bukan karomah milik orang yang mendengar, tapi kemuliaan khusus yang Allah ﷻ izinkan pada Rasulullah ﷺ. Kita tidak boleh menjadikan kejadian langka itu sebagai dasar syariat.

Ibnu Taimiyah berkata : “Semua ini benar adanya, tapi bukan berarti dijadikan dalil untuk menetapkan prinsip dalam aqidah. Ini masuk dalam wilayah kejadian luar biasa yang tidak bisa dijadikan patokan.” (Iqtidha’ Shirath al-Mustaqim, dan Majmu’ al-Fatawa)

Siapa pun yang menyamakan peristiwa langka dengan doktrin wali terbang akan menyesatkan akidah.

LOGIKA SYUBHAT : Kalau Ibnu Taimiyah tahu isi Lauhul Mahfudz, berarti beliau juga punya nubuwwah ? Kalau wali bisa mendengar suara Nabi dari kubur, berarti semua orang bisa berinteraksi dengan alam barzakh ? Tidak.

Allah ﷻ menjadikan hal-hal ghaib sebagai ranah eksklusif-Nya, dan Islam tidak menerima hal ghaib sebagai dasar syariat tanpa dalil dan sanad yang kuat.

KESIMPULAN : Karomah itu hak, tapi harus dibedakan dari khurafat dan cerita palsu

Ucapan Ibnul Qayyim tidak dapat membuktikan bahwa Ibnu Taimiyah punya akses ke Lauhul Mahfudz.
Peristiwa langka seperti mendengar suara dari makam Nabi ﷺ bukan dalil pembenaran atas kisah wali terbang dan teleportasi.
Mengklaim wali bisa membaca Lauhul Mahfudz atau setara Nabi adalah bentuk penghinaan terhadap kemurnian Islam.

“Agama ini sempurna dengan wahyu, bukan cerita. Ahlus Sunnah dengan tegas menerapkan ilmu untuk menjaga kemurnian agama dan membendung habis-habisan khayalan yang mengatasnamakan ‘karamah’.

Semoga Allah ﷻ menjaga kita dari fitnah wali palsu dan memperkuat kita di atas manhaj Salaf yang lurus.

TAUHID

Jangan jadikan TRADISI atau LOGIKA manusia lebih utama dari pada WAHYU Allah ﷻ dan sunnah Rasulullah ﷺ.

Semoga Allah ﷻ meneguhkan hati kita di atas TAUHID hingga akhir hayat. Silakan BAGIKAN artikel ini agar semakin banyak yang kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah.

Rujukan : Ustadz Ahlus Sunnah wal Jama‘ah yang BERMANHAJ SALAF, seperti Dr. Firanda Andirja, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas رحمه الله, dan lainnya. Jika benar, semua dari Allah ﷻ; jika ada salah, itu dari KELEMAHAN saya pribadi. Wallāhu A‘lam, (Eya Chaca)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement