Api dalam Diam: Menjaga Hati dari Bahaya Dengki
SURAU.CO – Dalam kehidupan sehari-hari, sangat wajar apabila kita kadang merasa iri ketika menyaksikan keberhasilan, kelimpahan rezeki, atau kebahagiaan yang dirasakan oleh orang lain. Rasa iri yang masih berada dalam koridor sehat justru bisa menjadi pemicu atau motivasi positif bagi kita untuk berusaha lebih giat dan memperbaiki diri. Akan tetapi, ketika perasaan iri tersebut bergeser dan bertransformasi menjadi dengki—yakni sebuah keinginan agar nikmat milik orang lain lenyap—maka ia berubah menjadi penyakit hati yang sangat merusak dan berbahaya. Islam, sebagai agama yang sempurna, dengan tegas mengingatkan kita bahwa dengki memiliki potensi menghancurkan seluruh amal kebaikan yang telah kita kumpulkan, persis seperti api yang dengan cepat melahap kayu bakar hingga menjadi abu. Ini adalah peringatan keras yang patut kita renungkan mendalam.
Anatomi Dengki: Perbedaan dengan Iri Positif
Sangat penting bagi kita untuk memahami esensi dari dengki. Dengki adalah sebuah perasaan benci yang muncul karena nikmat atau kelebihan atas milik oleh orang lain, serta dengan harapan yang kuat agar nikmat tersebut segera lenyap dari mereka. Perasaan ini sangat berbeda dengan ghibthah, atau yang sering kita sebut sebagai iri positif. Ghibthah adalah keinginan tulus untuk memiliki kebaikan atau keberhasilan serupa dengan orang lain, namun tanpa sedikitpun berharap agar nikmat yang dimiliki orang lain itu menghilang. Perbedaan fundamentalnya terletak pada niat hati. Dengki justru berakar dari berbagai sifat buruk seperti kebencian yang mendalam, keangkuhan yang berlebihan, dan sebuah bentuk ketidakpuasan terhadap ketentuan serta takdir yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Ia adalah wujud ketidakterimaan terhadap kebijaksanaan Ilahi dalam membagi rezeki dan karunia.
Dengki merupakan bisikan buruk yang secara perlahan menggerogoti ketenangan batin. Ia membuat seseorang selalu merasa kurang, meskipun dirinya sendiri telah diberikan banyak karunia. Seorang yang selalu merasa dengki sulit melihat kebaikan pada orang lain. Pandangan mereka penuh dengan kecurigaan dan prasangka negatif. Hati mereka menjadi sempit dan keras, sehingga sulit merasakan kebahagiaan sejati. Mereka cenderung membandingkan diri secara destruktif, yang pada akhirnya hanya memicu kekecewaan dan kegelisahan tiada akhir.
Dampak Destruktif Dengki: Menghanguskan Amal dan Merusak Hati
Rasulullah SAW, sang Nabi pembawa rahmat, telah memberikan peringatan yang sangat jelas mengenai bahaya dengki. Beliau bersabda:
“Hindarilah hasad (dengki), karena hasad memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Dawud)
Hadis mulia ini dengan tegas menyatakan bahwa dengki bukan sekadar penyakit hati biasa. Lebih dari itu, ia adalah perusak amal ibadah yang sangat efektif. Cobalah kita bayangkan sejenak. Seluruh kebaikan yang telah kita kumpulkan dengan susah payah—mulai dari shalat yang khusyuk, sedekah yang tulus, doa yang dipanjatkan dengan penuh harap, hingga berbagai amal sosial yang kita lakukan—semua itu bisa terkikis habis. Semuanya musnah hanya karena hati kita penuh oleh virus dengki. Sungguh sebuah kerugian yang teramat besar dan mengerikan.
Contoh nyata bahaya dengki dapat kita lihat dalam sejarah peradaban manusia. Kisah Qabil dan Habil, dua putra Nabi Adam AS, adalah bukti tragis bagaimana dengki membutakan mata hati Qabil hingga tega membunuh saudaranya sendiri. Begitu pula kisah saudara-saudara Nabi Yusuf AS. Karena dengki terhadap Yusuf yang lebih mendapat cinta ayahnya, mereka menjebak Yusuf dan melemparkannya ke dalam sumur, bahkan menjualnya sebagai budak. Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga sering menyaksikan bagaimana banyak persahabatan, keharmonisan keluarga, bahkan kemitraan bisnis yang sukses, hancur lebur hanya karena penyakit dengki tumbuh dan berkembang.
Strategi Menjauhi Dengki dan Memurnikan Hati
Maka dari itu, sangatlah penting bagi kita untuk secara aktif memerangi penyakit hati ini. Beberapa strategi efektif dapat kita terapkan untuk menjauhi dengki dan menjaga kemurnian hati:
1. Perbanyak Syukur Atas Segala Nikmat. Dengan senantiasa mensyukuri setiap nikmat yang telah Allah karuniakan kepada kita, hati akan menjadi lebih tenang. Kita tidak lagi sibuk membandingkan diri dengan orang lain. Fokus akan beralih pada berkah yang telah kita miliki.
2. Sadari Bahwa Rezeki Setiap Orang Sudah Diatur Allah. Setiap individu memiliki porsi rezekinya masing-masing yang telah ditetapkan oleh Allah sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya yang tak terbatas. Yakinlah pada ketetapan ini.
3. Doakan Kebaikan untuk Orang Lain. Alih-alih membiarkan diri terperangkap dalam dengki, gantilah perasaan negatif itu dengan mendoakan kebaikan bagi orang lain. Doa tulus ini justru akan mendatangkan keberkahan bagi diri kita sendiri.
4. Fokus Memperbaiki Diri Sendiri. Alihkan seluruh energi negatif dari rasa iri menjadi sebuah motivasi positif. Gunakan energi itu untuk belajar lebih banyak, bekerja lebih keras, dan terus-menerus meningkatkan amal kebaikan kita.
5. Dekatkan Diri Kepada Allah SWT. Zikir, memperbanyak doa, dan rutin membaca Al-Qur’an adalah amalan-amalan yang sangat efektif dalam membersihkan hati dari segala penyakit, termasuk dengki. Hubungan yang kuat dengan Allah adalah benteng terkuat.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
