Sejarah
Beranda » Berita » Jasad Fir’aun dan Pelajaran Abadi dari Kedalaman Sejarah

Jasad Fir’aun dan Pelajaran Abadi dari Kedalaman Sejarah

Jasad Fir'aun dan Pelajaran Abadi dari Kedalaman Sejarah. Sumber ilustrasi: Meta AI

SURAU.CO – Kisah Fir’aun, penguasa Mesir kuno yang angkuh, dan Nabi Musa `Alaihissalam menjadi salah satu narasi paling kuat dalam Al-Qur’an. Ini bukan hanya cerita kuno, melainkan sebuah pelajaran abadi tentang kekuasaan ilahi, keadilan, serta kesombongan manusia yang berujung pada kehancuran. Inti dari kisah ini terangkum dalam Surat Yunus ayat 92, sebuah firman Allah yang menyimpan makna mendalam tentang kematian Fir’aun dan nasib jasadnya.

Kisah Penindasan dan Perjalanan Suci Bani Israil

Fir’aun, dengan kezaliman yang melampaui batas, menindas Bani Israil di Mesir. Dia mengaku sebagai tuhan, memaksa rakyatnya untuk menyembahnya. Namun, Allah mengutus Nabi Musa dengan mukjizat-mukjizat nyata untuk membebaskan Bani Israil. Fir’aun menolak semua seruan Nabi Musa, bahkan semakin sombong.

Setelah penindasan yang panjang, Allah memerintahkan Nabi Musa memimpin Bani Israil berhijrah. Mereka bergerak menuju tanah yang penuh berkah. Fir’aun dan bala tentaranya segera menyusul dengan amarah membara. Niatnya jelas, menangkap kembali atau menghancurkan mereka.

Mukjizat Laut Merah dan Azab Fir’aun

Di tengah perjalanan hijrah yang mendebarkan, Bani Israil dihadapkan pada lautan samudra luas. Sebuah rintangan besar menghadang di depan mereka. Atas kehendak Allah, Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke laut. Lautan segera terbelah, membentuk jalan kering bagi mereka. Ini adalah mukjizat luar biasa. Bani Israil berhasil menyeberanginya, disaksikan oleh musuh-musuh mereka.

Fir’aun, yang angkara murka dan bodoh, tidak berpikir panjang. Ia dan bala tentaranya nekad menapaki dasar laut yang terbelah. Mereka mengejar Nabi Musa dan pengikutnya. Namun, begitu Bani Israil selamat di seberang, laut pun kembali menutup. Gemuruh air laut dan ombak deras menenggelamkan Fir’aun beserta seluruh pasukannya. Kematian menjemput mereka secara mengerikan.

Hati-hatilah Dengan Pujian Karena Bisa Membuatmu Terlena Dan Lupa Diri

Penyesalan Terlambat dan Hikmah Ilahi

Ketika air laut menelan tubuhnya, Fir’aun menyadari akhir hidupnya. Dalam keputusasaan, dia mengucapkan pengakuan imannya yang terlambat. “Fir’aun berkata: aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang yang muslim ( berserah diri ),” ujarnya.

Namun, iman yang diucapkan saat ajal menjemput tidak berguna lagi. Masa taubat telah berlalu. Keangkuhan dan kediktatorannya sirna. Kematian orang zalim ini menjadi bukti nyata balasan bagi pembangkang dan sombong. Allah tidak menerima taubat dari jiwa yang telah melihat langsung kematian.

Jasad Fir’aun: Sebuah Tanda Bagi Generasi (Tafsir Yunus 10:92)

Setelah Fir’aun tenggelam, Allah berkehendak menjadikan jasadnya sebagai pelajaran. Dia berfirman, “Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) kami). [Yunus/10: 92]”

Ibnu Katsir menjelaskan tujuan penyelamatan jasad Fir’aun. Beberapa Bani Israil ragu akan kematian Fir’aun. Maka, Allah memerintahkan laut melemparkan jasadnya ke daratan. Tubuhnya utuh tanpa luka, masih mengenakan baju perang khasnya. Ini memastikan kematiannya dan kebinasaannya. “Pada Hari Ini Kami Selamatkan Kamu” berarti mengangkatnya ke tempat tinggi di muka bumi. “dengan badanmu” merujuk pada tubuhnya yang tak bernyawa dan utuh. Tujuannya adalah agar orang-orang pada masa itu dapat memastikannya dan mengenalinya.

Memahami “Pelajaran Bagi Orang Setelahmu”

Ayat tersebut tidak mengisyaratkan jasad Fir’aun akan tetap utuh hingga hari kiamat. Ini adalah kesalahpahaman sebagian orang. Pemeliharaan jasad kala itu menjadi bukti bagi Bani Israil yang meragukan. Syekh Shalih Al-Fauzan menjelaskan, “Agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu” berarti menjadi bukti bagi Bani Israil tentang kematian dan kebinasaan Fir’aun. Ini menunjukkan kekuasaan Allah yang Mahakuasa atas segalanya. Bahkan penguasa paling berkedudukan pun tidak bisa lari dari azab-Nya.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Tujuan penampakan badannya dari dasar laut adalah agar kematiannya diketahui secara nyata pada masa itu. Setelah tujuan tersebut tercapai, jasad Fir’aun akan mengalami kerusakan. Sama seperti jasad manusia lainnya. Kecuali tulang ekor yang menjadi pangkal penciptaan manusia di hari kiamat. Jasad Fir’aun tidak memiliki keistimewaan khusus atas jasad-jasad lainnya untuk tetap utuh selamanya.

Harmonisasi Sejarah dan Wahyu: Temuan Arkeologi Modern

Meskipun demikian, penemuan jasad Fir’aun pada era modern oleh para arkeolog tetap memiliki makna penting. Jika jasad yang ditemukan oleh para ilmuwan sejarah terbukti adalah Fir’aun yang tenggelam, ini mengisyaratkan kebenaran pemberitaan Al-Qur’an. Ini tentang diselamatkannya tubuh Fir’aun.

Al ‘Allamah At Thahir Ibnu ‘Asyuur menyatakan ayat “Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu” adalah ungkapan indah. Ia merupakan bukti kemukjizatan ilmiah Al-Qur’an karena selaras dengan fenomena sejarah. Penemuan arkeologi menegaskan detail-detail yang telah Al-Qur’an sampaikan ribuan tahun lalu.

Pelajaran Abadi dari Keangkuhan Fir’aun

Pada saat itu, badan Fir’aun memang selamat dari kehancuran langsung. Ini tidak berarti jasadnya akan tetap terjaga hingga kiamat. Penemuan arkeolog tentang jasad Fir’aun yang terpelihara hingga kini memperkuat kebenaran sejarah. Ini sesuai dengan informasi dari Al-Qur’an Al-Karim. Ini bukan mukjizat penjagaan abadi bagi semua manusia. Namun, ia menjadi bukti kebenaran Kitab Suci.

Kisah Fir’aun mengajarkan kita tentang konsekuensi kesombongan dan penolakan kebenaran. Kekuasaan Allah tidak terbatas. Dia mampu mengalahkan tirani terbesar sekalipun. Jasad Fir’aun yang ditemukan menjadi pengingat nyata. Ia mempertegas bahwa setiap tindakan zalim pasti mendapat balasan. Ini juga menunjukkan mukjizat Al-Qur’an yang selaras dengan fakta sejarah, memberikan wawasan mendalam bagi setiap pembaca.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement