Kisah
Beranda » Berita » Kisah Abadi Kaum Anshar yang Berbagi dengan Kaum Muhajirin

Kisah Abadi Kaum Anshar yang Berbagi dengan Kaum Muhajirin

Kisah Kaum anshar dan muhajirin

SURAU.CO – Madinah Al-Munawwarah menjadi saksi bisu peristiwa besar. Kota ini menyambut para Muhajirin yang berdatangan dari Mekah. Mereka telah meninggalkan segalanya, mulai dari rumah hingga harta benda, akibat penindasan kafir Quraisy yang semakin berat. Nabi Muhammad SAW sendiri memimpin hijrah ini, sebuah perintah langsung dari Allah SWT.

Kedatangan para Muhajirin menciptakan tantangan tersendiri. Mereka tiba tanpa bekal, tidak memiliki tempat tinggal, dan bahkan sulit mencari nafkah. Namun, di sinilah peran kaum Anshar muncul. Sebagai penduduk asli Madinah, hati mereka penuh keimanan dan kedermawanan yang luar biasa.

Sambutan Hangat Penuh Ketulusan

Kaum Anshar menyambut Muhajirin dengan tangan terbuka serta senyum tulus yang menghiasi wajah mereka. Sambutan ini jauh dari sekadar basa-basi; justru, ini adalah wujud persaudaraan sejati yang telah ditetapkan oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau mempersaudarakan setiap Muhajirin dengan seorang Anshar.

Coba bayangkan situasinya: orang asing datang ke kota Anda tanpa bekal apa pun. Lalu, Anda dengan sukarela berbagi rumah dan harta. Ini merupakan tindakan mulia yang dicontohkan kaum Anshar, tanpa sedikit pun keraguan.

Berbagi Harta dan Rumah: Teladan Abdurrahman bin Auf dan Sa’ad bin Rabi’

Salah satu kisah paling menyentuh hati adalah kisah Abdurrahman bin Auf. Dia adalah seorang Muhajirin yang dulunya kaya, namun harus hijrah tanpa membawa harta sedikit pun. Saudaranya dari Anshar, Sa’ad bin Rabi’, seorang yang sangat dermawan, menawarkan setengah dari hartanya. Selain itu, Sa’ad juga menawarkan rumahnya, bahkan salah satu istrinya (tentu saja, setelah Abdurrahman menceraikannya).

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Namun, Abdurrahman bin Auf dengan santun menolak tawaran tersebut. Ia mengucapkan terima kasih kepada Sa’ad, lalu hanya meminta ditunjukkan arah menuju pasar. Abdurrahman berkeinginan untuk berdagang dan mandiri. Kisah ini sungguh menunjukkan kemuliaan dari kedua belah pihak.

Begitu besar pengorbanan yang dilakukan kaum Anshar. Mereka tidak hanya memberi, melainkan memberi dengan ikhlas dan penuh cinta. Kebersamaan di antara mereka begitu erat; mereka makan bersama, bekerja bersama, dan yang terpenting, memiliki tujuan yang sama: menegakkan ajaran Islam.

Kisah Anshar dan Muhajirin tetap abadi, menjadi pelajaran berharga bagi seluruh umat Muslim. Kita diajarkan untuk senantiasa saling membantu dan mengasihi. Keimanan yang kuat telah mendorong mereka untuk melakukan semua itu semata-mata karena Allah.

Persaudaraan yang terjalin ini melampaui ikatan darah, membentuk ikatan iman yang sangat kuat. Kaum Anshar secara nyata menunjukkan hal itu. Mereka lebih mengutamakan saudara seiman, bahkan dari diri mereka sendiri, suatu tindakan yang patut diacungi jempol.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Ayat ini secara jelas menegaskan keutamaan kaum Anshar. Mereka adalah golongan yang beruntung karena berhasil mengatasi kekikiran diri, dan memiliki hati yang suci.

Membangun Pondasi Masyarakat Islam yang Kuat

Pengorbanan luar biasa ini telah membangun pondasi kokoh bagi masyarakat Islam. Masyarakat ini terbentuk menjadi sangat kuat dan bersatu, sehingga mereka mampu bekerja sama dalam membangun peradaban serta menyebarkan dakwah. Tanpa pengorbanan ini, perkembangan Islam pasti akan sangat berbeda dan mungkin lebih sulit dibayangkan.

Masa itu memang penuh tantangan, akan tetapi mereka menghadapinya secara bersama-sama. Persaudaraan menjadi kunci dan kekuatan utama mereka. Mereka saling menguatkan dan juga saling mendukung dalam setiap langkah.

Kita perlu meneladani semangat Anshar dan Muhajirin. Semangat berbagi itu penting, dan semangat persaudaraan itu esensial. Hal ini berlaku tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga dalam konteks masyarakat modern yang seringkali individualistis.

Hikmah untuk Masa Kini: Menguatkan Ukhuwah Islamiyah

Kisah Anshar dan Muhajirin sangat relevan untuk kondisi saat ini. Kita hidup di era individualisme, di mana banyak orang cenderung mementingkan diri sendiri. Oleh karena itu, kisah ini mengingatkan kita akan keutamaan ukhuwah Islamiyah, yang merupakan sebuah nilai penting dalam agama kita.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Coba renungkan kembali: Bagaimana perasaan Anda jika berada di posisi kaum Anshar? Akankah Anda melakukan hal serupa, yaitu berbagi dengan ikhlas? Ini adalah pertanyaan penting yang dapat menguji kedalaman keimanan kita.

Mari kita jadikan kisah mulia ini sebagai inspirasi. Kita bisa memulainya dari hal-hal kecil, seperti membantu sesama yang membutuhkan atau meringankan beban saudara kita. Jadilah seperti kaum Anshar, yaitu sumber kebaikan bagi lingkungan sekitar. Dengan begitu, kita dapat bersama-sama membangun masyarakat yang lebih baik, lebih beradab, dan insya Allah lebih Islami. Semoga Allah meridhai kita semua.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement