Sejarah
Beranda » Berita » Perang Bani Qainuqa: Konflik Krusial di Madinah Pasca-Badar

Perang Bani Qainuqa: Konflik Krusial di Madinah Pasca-Badar

Perang Bani Qainuqa: Konflik Krusial di Madinah Pasca-Badar. Ilustrasi: meta AI

SURAU.CO – Sejarah Islam mencatat banyak peristiwa penting. Salah satunya adalah Perang Bani Qainuqa. Perang ini terjadi pada masa awal Islam. Ia menguji perjanjian damai di Madinah. Konflik ini menunjukkan pengkhianatan. Itu terjadi setelah kemenangan besar kaum Muslimin di Perang Badar. Artikel ini akan membahas peristiwa tersebut. Kami akan menjelaskan penyebab dan pelajarannya.

Latar Belakang dan Waktu Perang

Para ulama ahli sejarah umumnya sepakat. Perang ini terjadi setelah Perang Badar Kubra. Ibnu Hajar menguatkan pendapat ini.[1] Ia berpegang pada hadits Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu. Abu Dâwud meriwayatkan hadits tersebut. Beliau menyatakan hadits ini hasan. Riwayat Ubâdah bin al-Walîd dalam Maghâzi Ibnu Ishâq juga memperkuatnya. Peperangan ini menandai perubahan. Hubungan antara Muslim dan Yahudi mulai memanas.

Kitab-kitab sirah menyebutkan dua penyebab utama. Kedua hal ini memicu Perang Bani Qainuqa.

1. Kedengkian Yahudi Pasca-Perang Badar

Kaum Yahudi tidak suka. Mereka dengki atas kemenangan Muslimin. Ini terjadi atas orang-orang Quraisy dalam Perang Badar. Sikap buruk mereka nampak jelas. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan mereka. Pertemuan terjadi di pasar mereka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Wahai kaum Yahudi ! peluklah agama Islam sebelum kalian ditimpa oleh apa yang menimpa kaum Quraisy!

Mustafa Kemal Ataturk: Modernisasi dan Perkembangan Islam Modern

Mendengar seruan ini, mereka menjawab sombong:

Wahai Muhammad, jangan sombong dengan keberhasilanmu membunuh beberapa orang Quraisy yang tidak mengerti peperangan. Jika engkau (berani) memerangi kami, maka di saat itu engkau akan mengetahui bahwa kami benar-benar manusia dan kamu tidak akan menjumpai orang seperti kami.

Lalu Allah Azza wa Jalla menurunkan firman-Nya:

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: “Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka jahannam, dan itulah seburuk-buruk tempat.” Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang Muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan siapa yang dikehendaki-Nya dengan bantuan-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati. [Ali Imrân/3:12-13]

Ini menunjukkan sikap permusuhan mereka. Mereka mengabaikan Piagam Madinah.

Peran Pemikiran Al-Farabi; Pencerahan Filsafat Yunani dan Barat

2. Penistaan Terhadap Seorang Muslimah

Penyebab kedua adalah insiden serius. Seorang Yahudi Madinah mengganggu Muslimah. Ia mengikatkan ujung pakaian belakang Muslimah tersebut. Wanita itu lalu bangkit dari duduknya. Aurat bagian belakangnya tersingkap. Dia pun berteriak meminta tolong. Kaum Muslimin mendengar teriakan ini.

Seorang Muslim datang menolongnya. Ia berhasil membunuh Yahudi jahil tersebut. Melihat temannya diserang, kaum Yahudi menyerbu Muslim itu. Mereka membunuhnya juga. Kaum Muslimin menyaksikan peristiwa ini. Mereka meminta tolong kepada Muslim lainnya. Ini memicu perlawanan terhadap Bani Qainuqa’. Oleh karena itu, terjadilah konflik yang tidak diinginkan.

Pelanggaran Perjanjian dan Respon Nabi

Ibnu Hajar menilai riwayat penyebab pertama hasan. Namun, ini tidak berarti Rasulullah ﷺ mengepung mereka. Pengepungan bukan karena Bani Qainuqa’ menolak ajakan Islam. Pada saat itu, Islam bisa hidup damai. Piagam Madinah memberi kebebasan beragama.

Akan tetapi, penyebab pengepungan adalah lain. Itu karena sikap permusuhan Yahudi. Mereka memperlihatkan permusuhan terhadap Muslimin. Sikap ini merusak keamanan Madinah. Insiden Muslimah adalah bagian dari masalah ini. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa khawatir. Beliau khawatir mereka akan berkhianat. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengembalikan perjanjian mereka. Ini sesuai perintah Allah Azza wa Jalla:

Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat. [al-Anfâl/8:58]

Kitab Taisirul Kholaq: Terobosan Pembelajaran Akhlak Metode Salafiyah

Ayat ini menegaskan pentingnya keadilan. Ia juga menunjukkan respons terhadap pengkhianatan.

Kisah Pengepungan Bani Qainuqa’

Kitab shahîh Bukhâri dan Muslim menjelaskan pengepungan ini. Ibnu Ishâq, al Wâqidi, dan Ibnu Sa’d memberikan rincian. Para ahli sejarah lain juga mengikutinya.

Yahudi Bani Qainuqa’ adalah tukang sepuh. Mereka sekutu `Abdullâh bin Ubay bin Salûl. Mereka ini golongan Yahudi paling berani. Ketika mereka memperlihatkan permusuhan, Rasulullah ﷺ khawatir. Beliau khawatir mereka akan berkhianat.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengepung mereka. Pengepungan berlangsung selama lima belas hari. Bani Qainuqa’ merasa tertekan. Akhirnya, mereka bersedia menerima keputusan Rasulullah ﷺ. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan. Para lelaki mereka harus diikat.

Dalam kondisi ini, Abdullah bin Ubay muncul. Ia adalah munafik. Ia terus-menerus meminta Rasulullah. Ia meminta mereka dilepaskan. Ia beralasan mereka adalah sekutunya. Karena diminta terus-menerus, Rasulullah ﷺ memenuhi permintaan. Beliau melepaskan mereka dari ikatan. Kemudian memerintahkan mereka meninggalkan Madinah. Ini menunjukkan kebijaksanaan Nabi. Beliau menghindari pertumpahan darah lebih lanjut.

Pelajaran Berharga dari Perang Ini

Peristiwa Perang Bani Qainuqa mengandung banyak hikmah.

1. Sifat Iri dan Benci Kaum Yahudi

Kisah ini menunjukkan sifat Yahudi. Mereka memendam rasa iri dan benci. Ini mereka rasakan terhadap kaum Muslimin. Mereka menempuh segala cara. Tujuannya mengkhianati kaum Muslimin. Ini juga mengkhianati imam mereka.

2. Mengenali Kemunafikan Abdullah bin Ubay

Peristiwa ini membuktikan kemunafikan Abdullah bin Ubay bin Salûl. Ia membela orang-orang Yahudi. Ia berperan dalam berbagai fitnah. Ia menyebarkan berita menyimpang. Semua ini adalah dalil kuat kemunafikannya. Meski demikian, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap mempergaulinya sebagai Muslim.

3. Hukum Berinteraksi dengan Munafik di Dunia

Hal ini menunjukkan sebagaimana ijma’ para Ulama bahwa orang munafik. Kaum Muslimin mempergauli mereka di dunia sebagai Muslim. Adapun pada hari kiamat, Allah Azza wa Jalla yang mengurusi apa yang tersembunyi. Itu adalah yang orang munafik sembunyikan dalam hatinya. Di antara dalil yang menunjukkan hal itu adalah perkataan Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu:

Sesungguhnya banyak orang yang dihukum berdasarkan wahyu pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sekarang wahyu sudah terputus. Sekarang kami akan menghukumi kalian dengan perbuatan-perbuatan kalian yang nampak. Barangsiapa yang memperlihatkan kebaikan, maka kami mempercayainya dan mendekatinya dan urusan hati bukan menjadi urusan kami sama sekali. Allah Azza wa Jalla yang akan menghisab apa yang ada dalam hatinya. Barangsiapa yang mempelihatkan keburukan, maka tidak lagi mempercayainya, meskipun dia mengatakan bahwa yang tersimpan dalam hatinya itu bagus.

4. Larangan Loyalitas kepada Selain Muslim

Kita tidak boleh loyal. Kita tidak boleh loyal kepada selain Muslim. Bahkan sebaliknya, kita harus berlepas diri. Ini berlaku dari mereka. Kecuali jika kaum Muslimin dalam keadaan lemah. Mereka terpaksa loyal kepada mereka. Allah Azza wa Jalla berfirman:

Janganlah orang-orang Mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (teman akrab) dengan meninggalkan orang-orang Mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. [Ali Imrân/3:28]

Ayat ini memperingatkan umat Muslim. Mereka harus menjaga akidah. Mereka juga harus menjaga kesetiaan.

Perang Bani Qainuqa adalah pelajaran penting. Ia mengajarkan kita tentang sejarah. Ia juga mengajarkan tentang akidah. Kita memahami permusuhan tersembunyi. Kita juga memahami pentingnya perjanjian. Ini juga mengingatkan tentang kewaspadaan. Muslim harus selalu waspada. Mereka harus waspada terhadap pengkhianatan. Mereka juga harus waspada terhadap kemunafikan.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement