Opinion
Beranda » Berita » Kitab al-Kharāj dan Pesan Abu Yusuf: Kalau Jadi Pemimpin, Jangan Seenaknya

Kitab al-Kharāj dan Pesan Abu Yusuf: Kalau Jadi Pemimpin, Jangan Seenaknya

Ilustrasi Abu Yusuf menasihati raja dengan Kitab al-Kharāj
Lukisan realis tentang seorang ulama menasihati raja, menggambarkan keberanian moral di hadapan kekuasaan.

Surau.co. Kitab al-Kharāj karya Abū Yūsuf Ya‘qūb ibn Ibrāhīm al-Anṣārī adalah salah satu teks klasik yang lahir bukan sekadar dari pena seorang ulama, tetapi dari hati yang ingin menegakkan keadilan. Abu Yusuf adalah murid utama Imam Abū Ḥanīfah, sekaligus qāḍī al-quḍāt (hakim agung) pada masa Khalifah Hārūn al-Rashīd. Dalam kitab ini, ia tidak menulis untuk menyenangkan hati penguasa, tetapi menegur agar kekuasaan tidak menjadi alat penindasan.

Sejak halaman awal, Kitab al-Kharāj menegaskan bahwa seorang pemimpin adalah pengemban amanah. Bukan untuk dirinya, melainkan untuk rakyat yang dititipkan Allah kepadanya.

«إِنَّ اللهَ سَائِلُ كُلَّ رَاعٍ عَمَّا اسْتَرْعَاهُ، حَفِظَ أَمْ ضَيَّعَ»
“Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada setiap pemimpin tentang rakyat yang dipimpinnya, apakah ia menjaga atau menelantarkan.”

Kata-kata Abu Yusuf itu, meski ditulis lebih dari seribu tahun lalu, masih terasa menohok di telinga kita.

Suara Hati Rakyat yang Kerap Terabaikan

Di Indonesia hari ini, suara rakyat sering tenggelam dalam hiruk-pikuk politik. Jalan berlubang, sekolah reyot, harga kebutuhan melonjak, sementara di layar televisi para pejabat sibuk berpidato. Realitas ini seperti mengulang apa yang Abu Yusuf khawatirkan: pemimpin yang lebih sibuk menjaga tahta daripada menjaga rakyatnya.

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

Dalam Kitab al-Kharāj, beliau menulis:

«إِنَّ الْعَدْلَ أَصْلُ الْمُلْكِ، وَمَنْ عَدَلَ دَامَ مُلْكُهُ»
“Keadilan adalah dasar sebuah pemerintahan, dan siapa yang berlaku adil, pemerintahannya akan langgeng.”

Betapa dalam makna kalimat ini. Rakyat tidak menuntut istana mewah atau janji manis, mereka hanya ingin keadilan.

Amanah yang Berat di Pundak Pemimpin

Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda:

«الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ»
“Pemimpin adalah penggembala dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya.” (HR. Bukhari-Muslim)

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Hadis ini sejalan dengan pesan Kitab al-Kharāj. Abu Yusuf mengingatkan bahwa harta rakyat bukan milik pribadi penguasa. Dalam kitabnya, ia menulis:

«لَيْسَ لِلْإِمَامِ أَنْ يَأْخُذَ مِنَ الْأَمْوَالِ إِلَّا بِحَقِّهَا»
“Tidak halal bagi seorang pemimpin mengambil harta rakyat kecuali dengan haknya.”

Kalimat ini seakan menggema hingga ke masa kita, ketika korupsi masih menjadi luka bangsa.

Bayangan Keadilan di Tengah Masyarakat

Di pasar tradisional, seorang pedagang kecil dengan jujur menakar dagangannya. Di sawah, petani bekerja keras dengan keringat bercucuran. Sedangkan di jalanan, rakyat membayar pajak meski penghasilannya pas-pasan. Mereka semua menjalankan kewajiban. Tapi, apakah negara membalas dengan keadilan?

Abu Yusuf menulis lagi dalam Kitab al-Kharāj:

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

«إِنَّ فِي إِقَامَةِ الْحَقِّ أَمَانًا لِلرَّعِيَّةِ وَصَلَاحًا لِلدُّنْيَا»
“Sesungguhnya tegaknya kebenaran mendatangkan keamanan bagi rakyat dan kebaikan bagi dunia.”

Inilah yang dirindukan rakyat: keamanan lahir batin, yang hanya lahir bila pemimpin menegakkan kebenaran.

Kepemimpinan bukan hanya soal presiden, gubernur, atau bupati. Setiap kita adalah pemimpin di lingkaran kecilnya masing-masing. Orang tua adalah pemimpin bagi anak, guru bagi murid, bahkan ketua RT pun memegang amanah.

Al-Qur’an pun mengingatkan dalam surah an-Nisā’ ayat 58:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkannya dengan adil.”

Ayat ini bukan hanya untuk penguasa besar, tetapi untuk semua yang memegang amanah sekecil apa pun.

Jangan Sampai Kita Lupa

Abu Yusuf tidak hanya mengajarkan hukum pajak atau urusan ekonomi, tetapi ia menuliskan peringatan moral yang abadi. Kitab al-Kharāj adalah kitab keadilan, kitab yang menegur raja sekaligus rakyat.

Kalau jadi pemimpin, jangan seenaknya. Karena kekuasaan bukanlah hak, melainkan ujian. Dan rakyat bukanlah beban, melainkan titipan Allah.

Ada ungkapan bijak, “Jabatan itu hanya pakaian luar. Yang sejati adalah ketulusan hati.” Pesan ini sejalan dengan semangat Abu Yusuf: pemimpin yang menelantarkan rakyat hanya sedang menelantarkan dirinya sendiri di hadapan Tuhan.

 

* Sugianto al-jawi

Budayawan kontemporer Tulungagung


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement