Di sebuah mushala kecil di kampung, saya pernah melihat seorang lelaki tua datang dengan langkah tertatih. Ia masuk, berwudhu perlahan, lalu menunaikan shalat dengan penuh kesungguhan. Sementara di luar, anak-anak muda lebih memilih nongkrong di warung kopi, sibuk dengan gawai, tertawa seakan dunia ini tidak akan pernah berhenti. Saat itu saya sadar, shalat bukan sekadar gerakan fisik, melainkan pertemuan rahasia antara hamba dengan Tuhannya.
Kitab Mukhtashar Quduri, karya Abu al-Husain Ahmad bin Muhammad bin Ahmad al-Qudūrī al-Baghdādī, menegaskan betapa shalat adalah pilar utama. Ia bukan hanya kewajiban, tapi juga tali yang menghubungkan kita dengan Allah.
قال القدوري: “والصلاة فرض عين على كل مسلم بالغ عاقل.”
(Al-Quduri berkata: “Shalat adalah fardhu ‘ain bagi setiap Muslim yang baligh dan berakal.”)
Gerakan yang Menyimpan Rahasia
Shalat terlihat sederhana: berdiri, rukuk, sujud, salam. Namun, setiap gerakan menyimpan makna yang dalam. Berdiri tegak ibarat deklarasi penghambaan. Rukuk adalah kerendahan hati. Sujud—puncak kepasrahan. Salam—tanda bahwa ibadah bukan hanya kepada Allah, tapi juga hubungan dengan sesama manusia.
Al-Qur’an mengingatkan:
وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكْرِى
“Dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.” (QS. Thaha: 14)
Shalat itu sebenarnya undangan, pertemuan rahasia dengan Allah. Namun sering kali kita datang tergesa-gesa, atau bahkan tidak datang sama sekali.
Di kota besar Indonesia, fenomena shalat yang tergeser oleh kesibukan begitu nyata. Riset Pusat Kajian Kebudayaan UIN Jakarta (2022) menunjukkan, sekitar 40% Muslim perkotaan mengakui sering menunda atau meninggalkan shalat karena pekerjaan.
Saya teringat percakapan ringan dengan seorang sahabat yang selalu sibuk:
“Kenapa jarang ke masjid, bro?”
“Kerjaan nggak ada habisnya. Kalau berhenti shalat, ya masih bisa lanjut kerja. Kalau berhenti kerja, anak-istri nggak makan.”
Jawaban itu jujur, tapi getir. Padahal, tanpa kita sadari, shalat justru memberi energi untuk kerja lebih bermakna.
Sujud yang Membuka Pintu Jiwa
Sujud sering dianggap gerakan rendah, padahal justru di situlah manusia menemukan kemuliaannya. Dalam sujud, kepala yang biasanya tinggi kita letakkan di tanah. Ego yang biasanya menguasai, kita tundukkan di hadapan Allah.
قال القدوري: “والسجود على الأعضاء السبعة فرض.”
(Al-Quduri berkata: “Sujud pada tujuh anggota tubuh adalah fardhu.”)
Tujuh titik itu—dahi, dua telapak tangan, dua lutut, dua ujung kaki—adalah simbol bahwa seluruh tubuh harus tunduk. Bukan hanya pikiran atau bibir yang berdoa, tetapi tubuh pun ikut sujud.
Bacaan yang Menghidupkan Hati
Bacaan dalam shalat sering kita lupakan maknanya. Kita melafalkan ayat-ayat suci dengan cepat, seakan sedang mengejar waktu. Padahal, shalat adalah saat paling indah untuk berbicara dengan Sang Pencipta.
قال القدوري: “وقراءة الفاتحة فرض على الإمام والمنفرد.”
(Al-Quduri berkata: “Membaca Al-Fatihah adalah fardhu bagi imam dan orang yang shalat sendirian.”)
Al-Fatihah bukan sekadar bacaan wajib. Ia adalah doa, dialog, permintaan, sekaligus pengakuan. Jika kita resapi, setiap shalat akan terasa seperti pertemuan yang hidup, bukan sekadar rutinitas.
“Shalat adalah rahasia. Kadang kita hadiri tubuhnya, tapi ruhnya tertinggal di jalan.”
Dalam realitas sosial di Indonesia, kita bisa melihat paradoks. Masjid ramai di waktu tertentu, tetapi korupsi, intoleransi, dan ketidakadilan tetap marak. Artinya, shalat sering berhenti di gerakan, belum menyentuh kesadaran.
Nabi SAW bersabda:
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (HR. Al-Ankabut: 45)
Shalat yang sejati seharusnya menumbuhkan kasih sayang. Jika setelah shalat kita masih mudah marah, meremehkan orang lain, atau bahkan menindas, mungkin yang kita lakukan baru sekadar membungkuk dan berdiri, belum benar-benar shalat.
Langkah Praktis
- Datangi shalat dengan hati tenang, bukan tergesa-gesa.
- Resapi makna setiap gerakan, seolah itu adalah pertemuan terakhir dengan Allah.
- Jadikan shalat sebagai jeda dari kesibukan dunia, bukan beban tambahan.
- Biarkan shalat mengalir ke kehidupan sosial: lebih sabar, lebih jujur, lebih peduli.
Shalat adalah pertemuan rahasia yang Allah siapkan lima kali sehari. Pertemuan yang sering kita abaikan, padahal di situlah letak kekuatan hidup.
اللَّهُمَّ اجعل قلوبنا خاشعة في صلاتنا، وأرواحنا حاضرة في لقائنا معك.
Pertanyaan bagi kita semua: sudahkah shalat kita menjadi pertemuan yang dirindukan, atau masih sebatas rutinitas yang terburu-buru?
* Reza Andik Setiawan
Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedooyo Ponorogo
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
