Opinion
Beranda » Berita » Air Mata Malam: Bahasa Rahasia antara Kekasih dan Tuhannya

Air Mata Malam: Bahasa Rahasia antara Kekasih dan Tuhannya

Seorang hamba menangis dalam doa malam.
Gambaran suasana munajat penuh kesyahduan di tengah sepi malam.

Air mata malam selalu menjadi rahasia yang tak semua orang bisa mengerti. Dalam sunyi, ketika suara dunia mereda, dzikir dan doa berbisik di antara helai-helai sepi. Inilah bahasa cinta seorang hamba kepada Tuhannya, bahasa yang lahir bukan dari bibir, melainkan dari kedalaman jiwa. Kitab al-Tawbīkh karya Imam Ibn Hibbatillah al-Makkī mengingatkan bahwa air mata dalam munajat malam bukan sekadar cairan, tetapi tanda hidupnya hati.

Malam hari, di banyak rumah di Indonesia, ada yang memilih larut dalam layar ponsel, ada yang sibuk dengan transaksi daring, dan ada pula yang menegakkan shalat di kamar sederhana. Imam Ibn Hibbatillah menulis:

“وَمَا بَكَى الْعَبْدُ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ إِلَّا أَظْهَرَ اللَّهُ نُورَهُ فِي وَجْهِهِ نَهَارًا”
“Tidaklah seorang hamba menangis di tengah malam, kecuali Allah akan menampakkan cahaya di wajahnya di siang hari.”

Tangisan di malam hari adalah bahasa yang lebih fasih daripada ribuan kata. Ia adalah tanda keterhubungan, seperti kabel listrik yang tak terlihat namun menyalakan seluruh rumah.

Hati yang Retak dan Obat dari Langit

Di kampung saya, ada seorang ibu yang selalu bangun sebelum subuh. Anak-anaknya mengira ia hanya ingin menyiapkan nasi, padahal di ruang tamu ia berbisik dalam doa panjang. Seorang tetangga pernah bertanya, “Apa yang ibu minta setiap malam?” Sang ibu menjawab dengan lirih, “Hanya agar Allah menjaga anak-anakku dari kerasnya dunia.”

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

Kisah ini selaras dengan sabda Nabi ﷺ:

“عَيْنَانِ لَا تَمَسُّهُمَا النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ، وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ”
“Dua mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka: mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan mata yang berjaga di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi)

Imam Ibn Hibbatillah menegur manusia yang enggan meneteskan air mata karena gengsi:

“يَا مَنْ يَسْتَحْيِي مِنْ بُكَائِهِ وَلَا يَسْتَحْيِي مِنْ مَعَاصِيهِ”
“Wahai orang yang malu menangis, tapi tidak malu berbuat maksiat.”

Air mata malam adalah surat rahasia yang dikirim ke langit. Tak ada kurir, tak ada prangko, tapi sampai pada tujuan dengan cepat. Dalam dunia yang penuh gengsi, kita lebih sering menahan tangis agar dianggap kuat, padahal justru tangisanlah yang membuat hati kembali lembut.

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Bayangkan seorang anak yang kembali pada ibunya setelah lama merantau. Tak banyak kata, hanya pelukan dan air mata. Begitu pula hamba dengan Tuhannya.

Hamba: “Ya Allah, aku kembali dengan luka dan dosa.”
Tuhan: “Tangisanmu adalah tanda engkau masih ingat jalan pulang.”

Tangisan malam bukan kelemahan, melainkan kekuatan jiwa.
Ia membersihkan hati, seperti hujan yang menyapu debu jalanan.
Air mata yang jatuh dalam doa adalah tanda hidupnya iman.

Menghidupkan Malam di Bumi yang Sibuk

Riset psikologi modern menyebutkan, menangis dapat menurunkan hormon stres kortisol dan menyehatkan jantung. Tapi lebih dari sekadar medis, air mata malam punya dimensi spiritual. Dalam al-Tawbīkh ditegaskan:

“مَنْ ذَكَرَ اللَّهَ فِي اللَّيْلِ نَجَاهُ اللَّهُ فِي النَّهَارِ”
“Barang siapa mengingat Allah di malam hari, Allah akan menyelamatkannya di siang hari.”

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

Di tengah hiruk-pikuk Jakarta, Surabaya, atau Makassar, banyak orang merasa kehilangan arah. Padahal mungkin jawabannya ada di lantai sajadah, ketika semua orang tertidur.

Langkah Praktis

  1. Sisihkan 10 menit sebelum tidur untuk berdoa dengan hati jujur.
  2. Bacalah istighfar seratus kali, biarkan lisan menjadi kunci pembuka hati.
  3. Jangan takut menangis, meski tanpa kata. Tangisan adalah dzikir tanpa huruf.
  4. Catat doa-doa malam agar hati tidak kehilangan arah.

Air mata malam adalah bahasa rahasia, sebuah cahaya yang hanya diketahui antara kekasih dan Tuhannya. Di dunia yang kering oleh rutinitas, mari kita izinkan hati melembut, karena air mata yang jatuh di sepertiga malam terakhir bisa menjadi penolong di padang Mahsyar.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ عُيُونَنَا مِمَّنْ بَكَى مِنْ خَشْيَتِكَ، وَلَا تَجْعَلْ قُلُوبَنَا غَافِلَةً عَنْ ذِكْرِكَ.

Apakah malam ini engkau sudah menyiapkan bahasa rahasiamu bersama Tuhanmu?

 

* Sugianto al-jawi

Budayawan kontemporer Tulungagung


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement