Opinion
Beranda » Berita » Larangan Menghina, Mencela, dan Mengolok-olok Orang Lain dalam Timbangan Islam

Larangan Menghina, Mencela, dan Mengolok-olok Orang Lain dalam Timbangan Islam

Larangan Menghina, Mencela, dan Mengolok-olok Orang Lain dalam Timbangan Islam

Larangan Menghina, Mencela, dan Mengolok-olok Orang Lain dalam Timbangan Islam.

SURAU.CO – Pendahuluan: Islam adalah agama yang diturunkan Allah ﷻ untuk menyempurnakan akhlak manusia. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad).

Tanpa mengurangi pentingnya, Islam dengan jelas menekankan bahwa menjaga lisan merupakan salah satu akhlak mulia, sehingga kemudian menunjukkan betapa perlunya kontrol diri atas ucapan untuk secara efektif menghindari dampak negatif dan secara simultan menjaga hubungan harmonis dengan sesama. Lisan manusia, meskipun kecil, bisa membawa kebaikan yang sangat besar atau justru keburukan yang amat dahsyat. Dengan lisan, seseorang dapat mengucapkan kalimat tauhid yang mengantarkan ke surga. Namun, dengan lisan pula seseorang dapat menghina, mencela, atau mengolok-olok orang lain hingga terjerumus dalam dosa besar.

Gambar yang kita lihat berisi nasihat mulia dari Sa‘id bin al-Musayyab رحمه الله, salah satu ulama tabi’in besar. Beliau memperingatkan agar jangan sampai kita berkata kasar kepada sesama, seperti menyebut dengan nama-nama hewan hina: “wahai keledai”, “wahai anjing”, atau “wahai babi”. Beliau SAW melontarkan bahwa di akhirat nanti, Allah sendiri akan menghadapkan kita pada pertanyaan dahsyat: “Apakah engkau melihat aku diciptakan sebagai anjing, keledai, atau babi?” (Al-Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 5/282).

Fenomena Flexing Sedekah di Medsos: Antara Riya dan Syiar Dakwah

Peringatan ini sejalan dengan Al-Qur’an dan hadits Nabi ﷺ, yang menegaskan larangan menghina, mencela, dan merendahkan orang lain. Mari kita renungkan lebih dalam.

Larangan Allah dalam Al-Qur’an

Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-Hujurat [49]: 11:

> “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka. Dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain, (karena) boleh jadi wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok). Dan janganlah kamu saling mencela dirimu, dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk setelah iman, dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Ayat ini sangat jelas:

Islam melarang keras perbuatan mengolok-olok orang lain dan menyamakan tindakan mencela orang lain dengan tindakan mencela diri sendiri, menekankan pentingnya menjaga akhlak dan perilaku baik dalam berinteraksi dengan sesama manusia.
Memanggil dengan gelar buruk (julukan hina) adalah perbuatan zalim.

Meredam Polarisasi Bangsa Melalui Esensi Bab “Mendamaikan Manusia”

Islam menekankan pentingnya menjaga harga diri seorang mukmin sebagai bagian dari iman dan akhlak yang mulia. Seseorang boleh jadi tampak hina di mata manusia, tetapi mulia di sisi Allah.

Beratnya Dosa Menghina Sesama

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Cukuplah seseorang dianggap buruk jika ia meremehkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya haram: darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR. Muslim).

Hadits ini menegaskan bahwa kehormatan seorang muslim sama sucinya dengan darah dan hartanya. Menghina sama dengan melukai harga diri seseorang, dan itu adalah kezaliman.

Bahkan dalam hadits lain, Nabi ﷺ mengingatkan:

Riyadus Shalihin: Antidot Ampuh Mengobati Fenomena Sick Society di Era Modern

“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Ia tidak menzhaliminya, tidak membiarkannya (dalam kesusahan), tidak menghina, dan tidak merendahkannya. Takwa itu ada di sini (beliau menunjuk ke dada tiga kali). Cukuplah seseorang dianggap jahat bila ia merendahkan saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim).

Menjaga Lisan sebagai Benteng Iman

Lisan adalah salah satu anggota tubuh yang paling sering membuat manusia tergelincir. Rasulullah ﷺ pernah ditanya, “Wahai Rasulullah, apakah hal yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka?” Beliau menjawab:

“Mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi).

Menghina, mencaci, dan mengolok-olok orang lain termasuk dalam dosa lisan. Oleh karena itu, menjaga lisan adalah bagian penting dari menjaga iman.

Nabi ﷺ bersabda:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Akibat Buruk Menghina Orang Lain

Menghina dan mencela sesama manusia menimbulkan banyak keburukan, di antaranya:

1. Merusak persaudaraan.
Hubungan ukhuwah Islamiyah bisa hancur hanya karena lisan yang tak terkendali.

2. Menimbulkan dendam dan kebencian.
Kata-kata hinaan sering meninggalkan luka yang dalam, lebih sakit dari luka fisik.

3. Mengundang murka Allah.
Orang yang merendahkan ciptaan Allah berarti merendahkan Penciptanya.

4. Mencabut keberkahan hidup.
Lidah yang kotor akan menjerumuskan hati menjadi keras, doa terhalang, dan amal kurang bernilai.

Pandangan Ulama Tabi’in

Nasihat Sa‘id bin al-Musayyab رحمه الله yang dikutip dalam gambar tersebut menyampaikan pelajaran yang sangat mendalam dan berharga bagi kita semua. Beliau menegaskan bahwa memanggil orang dengan sebutan hewan hina adalah dosa besar, karena manusia adalah makhluk paling mulia.

Allah ﷻ berfirman:
“Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam.” (QS. Al-Isra’ [17]: 70).

Artinya, ketika kita menghina orang lain dengan menyamakan mereka dengan binatang, kita sedang merendahkan kemuliaan yang Allah berikan kepada seluruh manusia.

Teladan dari Rasulullah ﷺ

Rasulullah ﷺ adalah teladan dalam menjaga lisan. Beliau tidak pernah menghina, mencela, atau mencaci maki orang lain. Bahkan terhadap musuh sekalipun, beliau tetap menjaga kehormatan kata-katanya.

Dalam sebuah hadits, Anas bin Malik رضي الله عنه berkata:
“Aku pernah melayani Nabi ﷺ selama sepuluh tahun. Demi Allah, beliau tidak pernah sekalipun mengatakan kepadaku ‘Ah’, dan tidak pernah berkata kepadaku sesuatu yang aku lakukan: ‘Mengapa engkau lakukan ini?’, atau sesuatu yang tidak aku lakukan: ‘Mengapa tidak engkau lakukan ini?'” (HR. Muslim).

Betapa lembut akhlak beliau. Tidak pernah ada hinaan, cercaan, apalagi olok-olok keluar dari lisannya.

Cara Menghindari Dosa Lisan

Kita bisa mengambil beberapa langkah strategis untuk menjauhkan diri dari dosa menghina dan mencela, seperti memperbanyak introspeksi diri, meningkatkan empati terhadap orang lain, dan senantiasa memohon perlindungan Allah dari godaan setan.

1. Perbanyak dzikir.
Lidah yang sibuk berdzikir akan jauh dari kata-kata buruk.

2. Berpikir sebelum berbicara.
Tanyakan pada diri: “Apakah kata-kata ini bermanfaat atau justru menyakiti?”

3. Ingat akhirat.
Kita harus menyadari bahwa Allah akan meminta pertanggungjawaban atas setiap ucapan yang kita keluarkan.

4. Latih diri berkata baik.
Ganti kebiasaan menghina dengan mendoakan. Misalnya, alih-alih mencela, doakan kebaikan untuk orang tersebut.

Penutup: Hiasi Lisan dengan Kebaikan

Larangan menghina, mencela, dan mengolok-olok orang lain bukan sekadar aturan sosial, tetapi syariat Allah yang penuh hikmah. Setiap kata yang kita ucapkan akan menjadi saksi di hari kiamat.

Saudaraku, marilah kita jaga lisan dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai lisan kita yang kecil ini justru menjerumuskan kita ke neraka. Sebaliknya, gunakan lisan untuk mendoakan, menasihati, dan menyebarkan kebaikan.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya seseorang bisa mengucapkan satu kalimat yang diridhai Allah, tanpa ia sadari, lalu Allah mengangkatnya ke derajat tinggi karenanya. Dan sesungguhnya seseorang bisa mengucapkan satu kalimat yang dimurkai Allah, tanpa ia sadari, lalu ia terjerumus ke dalam neraka karenanya.” (HR. Bukhari).

Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu menjaga lisan, menghormati sesama, dan menjauhi dosa besar berupa hinaan, celaan, serta olok-olok terhadap orang lain. Nasihat Sa‘id bin al-Musayyab رحمه الله menggerakkan kita untuk merenungkan betapa pentingnya menjauhi perilaku menghina, mencela, dan mengolok-olok orang lain, sebagai upaya menjaga kesucian hati dan meraih keridhaan Allah. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat (Tengku Iskandar, M. Pd)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement