Opinion
Beranda » Berita » Adab yang Hilang: Pintu Rumah yang Tak Lagi Menyambut Tamu

Adab yang Hilang: Pintu Rumah yang Tak Lagi Menyambut Tamu

pintu rumah terbuka setengah tanpa sambutan tamu
Ilustrasi simbolik rumah tanpa salam; pintu terbuka tetapi tanpa kehangatan.

Adab yang hilang adalah luka sunyi dalam peradaban. Ia seperti pintu rumah yang terbuka tanpa senyum, menyisakan tamu berdiri dalam dingin. Imam Ibn Hibbatillah al-Makkī dalam al-Tawbīkh mengingatkan, kemuliaan manusia tidak sekadar terletak pada ibadahnya, tetapi pada adab yang menjadi ruh ibadah itu.

Di jalan-jalan kota, kita sering melihat wajah-wajah lelah, orang sibuk dengan gawai, anak muda yang lebih akrab dengan layar daripada menyapa tetangga. Adab perlahan tergeser, seakan tak lagi menjadi bagian dari iman. Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:

«إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ»
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. al-Bukhārī).

Kehilangan adab berarti kehilangan salah satu tiang utama peradaban Islam.

Rumah Tanpa Salam, Hati Tanpa Kedamaian

Bayangkan sebuah rumah besar tanpa sapaan salam. Tamu mengetuk pintu, tetapi tuan rumah sibuk dengan urusannya. Imam Ibn Hibbatillah al-Makkī menulis:

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

«مَنْ أُوتِيَ عِلْمًا وَلَمْ يُؤْتَ أَدَبًا فَقَدْ فَقَدَ خَيْرًا كَثِيرًا»
“Barangsiapa diberi ilmu tetapi tidak diberi adab, maka ia telah kehilangan kebaikan yang banyak.” (al-Tawbīkh).

Di Indonesia, budaya “srawung” dan gotong royong dahulu adalah napas adab. Kini di banyak tempat, tetangga tak lagi saling mengenal. Seperti pintu rumah yang tetap terkunci, meski ada orang yang mengetuknya dengan hati penuh harap.

Adab sebagai Ruh yang Menyelamatkan

Adab bukan sekadar tata krama, ia adalah cahaya yang menjaga manusia dari kesombongan. Dalam kitab al-Tawbīkh disebutkan:

«الْأَدَبُ زِينَةُ الْعِلْمِ، كَمَا أَنَّ الْحِلْيَ زِينَةُ الْمَرْأَةِ»
“Adab adalah perhiasan ilmu, sebagaimana perhiasan adalah hiasan bagi seorang wanita.”

Tanpa adab, ilmu menjadi kering, ibadah menjadi gerak tubuh tanpa ruh. Bukankah kita sering menyaksikan, orang yang rajin shalat tetapi lisannya kasar? Orang yang pandai bicara agama, namun sikapnya merendahkan sesama?

Filosofi Bathok Bolu Isi Madu: Kemuliaan Hati di Balik Kesederhanaan

“Mengapa engkau rajin shalat tapi sering marah?”

Ia menunduk, “Mungkin karena aku beribadah dengan tubuhku, tapi tidak dengan hatiku.”

Adab yang hilang bagaikan angin yang membawa debu ke mata. Ia membuat kita buta pada kelembutan hidup. Imam Ibn Hibbatillah al-Makkī kembali menegur:

«إِذَا ضَاعَ الْأَدَبُ ضَاعَ الدِّينُ، وَمَنْ حَفِظَ الْأَدَبَ حَفِظَ الدِّينَ»
“Jika adab hilang maka agama ikut hilang, dan barangsiapa menjaga adab maka ia telah menjaga agama.”

Betapa dalam kalimat itu. Adab bukan sekadar bagian kecil, ia adalah pelindung agama.

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Adab dalam keluarga: menyapa dengan lembut, tidak meninggikan suara pada orang tua.
Adab dalam masyarakat: mendahulukan salam, membantu tetangga tanpa pamrih.
Adab dalam ilmu: menghormati guru, tidak meremehkan perbedaan pendapat.

Jejak Sosial dan Ilmiah

Riset psikologi sosial menunjukkan, interaksi yang hangat dan penuh adab meningkatkan rasa kebersamaan serta menurunkan tingkat stres masyarakat. Di Indonesia, hilangnya budaya adab dalam interaksi sosial berkorelasi dengan meningkatnya individualisme di perkotaan. Maka seruan Imam Ibn Hibbatillah al-Makkī bukan sekadar wacana moral, tetapi solusi sosial yang relevan.

Mari kita tutup dengan doa:

“Ya Allah, jadikanlah kami orang yang tidak hanya rajin beribadah, tetapi juga menjaga adab. Jangan biarkan rumah kami kehilangan salam, jangan biarkan hati kami kehilangan cahaya.”

Adab adalah pintu. Jika pintu itu kembali dibuka dengan ikhlas, tamu yang datang bukan hanya manusia, tetapi juga ketenangan dan rahmat Allah.

 

* Reza Andik Setiawan

Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo Ponorogo


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement