SURAU.CO – Di zaman yang penuh fitnah seperti sekarang ini, kebenaran sering kali tertutup debu rahasia, sementara kesesatan justru tampil dengan wajah yang tampak indah. Informasi berseliweran tanpa saringan, ideologi menyimpang menyeru sebagai kebenaran, dan hawa nafsu sering diangkat menjadi pedoman hidup. Di tengah kebingungan ini, seorang muslim membutuhkan penuntun yang kokoh agar tidak terseret arus kesesatan. Penuntun itu tidak lain adalah ilmu agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Syekh Al-‘Allamah Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah pernah memberikan nasihat berharga. Beliau menegaskan bahwa setiap muslim wajib saling berwasiat untuk bertakwa kepada Allah serta bersungguh-sungguh menuntut ilmu agama. Beliau bersabda, “Ilmu agama adalah jalan keselamatan di zaman kita ini. Dengan ilmu, kita bisa membedakan yang hak dan yang batil, antara petunjuk dan kesesatan. Maka wajib bagi kita menambah ilmu yang bermanfaat serta mengambil manfaat dari kitab-kitab para ulama salaf.” (Gharatul Asyritah, 1:107).
Nasihat ini menegaskan bahwa ilmu agama merupakan satu-satunya cara agar seorang muslim mampu diri di tengah derasnya fitnah akhir zaman.
Ilmu Agama sebagai Penjaga Akidah
Ilmu agama ibarat benteng yang melindungi seorang muslim dari kerusakan akidah. Tanpa ilmu, seseorang mudah terombang-ambing oleh pemikirannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan dalam Al-Qur’an:
“Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’” (QS. Az-Zumar: 9).
Ayat ini mengingatkan bahwa berbeda antara orang berilmu dan tidak berilmu. Orang yang berilmu memiliki cahaya untuk membedakan mana jalan yang lurus, sedangkan orang yang jahil berjalan dalam kegelapan tanpa arah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikannya, maka Allah akan memahamkannya dalam agama.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa pemahaman agama adalah tanda kebaikan dari Allah, sementara ketidaktahuan menuntut ilmu justru membuka jalan menuju kebinasaan.
Ilmu sebagai Pembeda antara yang Hak dan Batil
Di tengah gempuran ideologi sesat, ilmu agama menjadi kompas yang menuntun kita pada arah yang benar. Allah Ta’ala berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kalian bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepada kalian furqan (pembeda antara yang hak dan yang batil), dan menghapuskan kesalahan-kesalahan kalian serta mengampuni dosa-dosa kalian.” (QS. Al-Anfal: 29).
Ayat ini menegaskan bahwa takwa yang dibarengi ilmu akan melahirkan furqan, yaitu kemampuan membedakan mana kebenaran dan mana kebatilan. Tanpa ilmu, seseorang mudah tertipu dengan kilauan dunia atau kata manis yang hakikatnya berputar. Dengan ilmu pula, seorang muslim memiliki pandangan jernih untuk menilai suatu persoalan, sehingga tidak mudah terjerumus ke dalam fitnah.
Ilmu sebagai Bekal Menghadapi Fitnah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah memperingatkan umatnya bahwa fitnah di akhir zaman akan datang begitu cepat, bahkan bisa membolak-balikkan iman seseorang dalam sekejap. Beliau bersabda:
“Segeralah beramal sebelum datang fitnah seperti potongan malam yang gelap. Seseorang di pagi hari masih beriman, namun di sore harinya menjadi kafir. Atau di sore hari ia beriman, namun di pagi harinya menjadi kafir. Ia menjual agamanya dengan keuntungan dunia yang sedikit.” (HR.Muslim).
Hadis ini menunjukkan betapa dahsyatnya fitnah akhir zaman. Iman bisa luntur hanya karena dunia yang sepele. Disini ilmu agama berperan penting. Ia menjadi pelindung yang menjaga hati tetap kokoh.
Menapaki Jalan Salaf dalam Menuntut Ilmu
Syekh Muqbil rahimahullah juga mengingatkan bahwa dalam menuntut ilmu, kita wajib Merujuk pada kitab-kitab ulama salaf. Mengapa demikian? Karena ulama salaf adalah generasi terbaik yang hidup di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Orang-orang yang mendahului lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah.” (QS. At-Taubah: 100).
Generasi salaf adalah teladan dalam memahami agama. Mereka memahami Al-Qur’an dan Sunnah langsung dari sumbernya, tanpa terkontaminasi pemikiran asing atau hawa nafsu. Oleh karena itu, siapa pun yang ingin selamat dari fitnah wajib mengikuti jejak mereka dalam praktik beragama.
Semangat Menuntut Ilmu: Jalan Menuju Keselamatan
Menuntut ilmu bukanlah perkara sambilan, melainkan kewajiban yang harus diutamakan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mendorong umatnya agar terus menuntut ilmu dan beramal. Amal itu tidak akan sahih tanpa ilmu. Maka, setiap muslim harus bersemangat dalam menuntut ilmu melalui majelis ilmu, membaca kitab-kitab ulama, serta memperbanyak doa agar diberi pemahaman agama yang lurus.
Dengan ilmu, seorang muslim mampu menjaga akidah, membedakan yang hak dari batil, serta menghadapi fitnah dengan keteguhan iman. Ilmu pula yang akan membimbing seorang hamba menuju ridha Allah. Tanpa ilmu, seorang muslim bagaikan kapal tanpa Kompas yang mudah terombang-ambing di lautan fitnah.
Oleh karena itu, mari kita bersungguh-sungguh mempelajari ilmu, mengikuti jejak salaf, serta menjadikan ilmu agama sebagai pegangan hidup. Dengan izin Allah, siapa pun yang menganut ilmu agama yang benar akan selamat dari fitnah dunia. Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberi kita hidayah dan taufik, memudahkan langkah kita menuntut ilmu, serta meneguhkan kita di atas jalan-Nya. Amin.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
