Amal Baik: Sahabat Setia di Keabadian Kubur
SURAU.CO – Setiap manusia yang hidup di dunia ini. Pasti akan berakhir pada satu tempat. Tempat itu adalah kubur. Di sanalah awal perjalanan panjang dimulai. Perjalanan menuju kehidupan akhirat yang kekal. Tidak ada lagi harta benda yang bisa menemani. Apa lagi, jabatan tinggi yang berguna. Keluarga terkasih atau teman akrab sekalipun. Mereka semua tidak bisa menemani kita. Tidak bisa masuk ke liang lahat yang sempit. Semua hal duniawi pasti akan ditinggalkan. Semua akan kembali ke asalnya. Kecuali satu hal yang sangat penting. Satu hal itu adalah amal baik yang tulus.
Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa. “Ketika seseorang dikuburkan, tiga hal akan mengikutinya: keluarganya, hartanya, dan amalnya. Namun dua hal akan kembali, sementara yang tersisa hanyalah amal.” Ini adalah sebuah sabda yang penuh makna. Sabda ini menjadi pengingat bagi kita semua. Bahwa teman sejati kita hanyalah amal kebaikan. Amal tersebut tidak akan pernah meninggalkan kita. Ia selalu setia mendampingi. Amal kebaikan yang kita lakukan di dunia.
Sebagai manusia biasa yang hidup di dunia, betapa fana semua yang kita kejar. Kita sibuk mengumpulkan kekayaan. Kita berlomba meraih kehormatan. Namun, semua itu akan sirna. Hanya amal yang kekal abadi. Ini adalah realitas yang sering terlupakan. Realitas yang seharusnya menjadi pegangan hidup.
Cahaya Penerang dalam Kegelapan Kubur
Amal baik ibarat cahaya terang benderang. Cahaya tersebut menerangi kegelapan di dalam kubur. Ia menjadi penolong utama kita. Penolong saat malaikat datang bertanya. Malaikat akan menanyakan pertanggungjawaban kita. Amal baik pula yang akan menjaga kita. Ia akan menenangkan jiwa yang sendiri. Menenangkan ketika tubuh terbaring sendirian. Sendirian di dalam tanah yang dingin. Tanpa ada seorang pun di sisi.
Sayangnya, banyak manusia yang terlena. Mereka lebih sibuk menumpuk harta benda. Mengejar kesenangan duniawi yang fana. Tetapi, mereka melupakan bekal berharga. Bekal untuk kehidupan di akhirat. Padahal, dunia hanyalah persinggahan singkat. Ia seperti tempat transit sementara. Sedangkan kubur adalah awal gerbang. Gerbang menuju kehidupan yang kekal abadi. Oleh karena itu, prioritas kita harus jelas. Kita perlu menata kembali tujuan hidup. Tujuan yang berorientasi pada kebaikan.
Seringkali kita merasa. Kebaikan kecil tidak berarti banyak. Hanya amal besar yang diperhitungkan. Namun, itu adalah pandangan yang keliru. Setiap kebaikan memiliki nilainya. Setiap amal dicatat dengan sempurna. Bahkan, senyum tulus kepada sesama. Itu pun bisa menjadi amal kebaikan. Ini adalah refleksi yang menenangkan hati.
Menumpuk Bekal untuk Perjalanan Abadi
Oleh karena itu, mari perbanyak amal shalih. Kita bisa memulai dengan shalat tepat waktu. Jangan menunda-nunda kewajiban ini. Bersedekahlah dengan ikhlas hati. Baik dalam jumlah besar atau kecil. Membaca Al-Qur’an adalah amalan mulia. Ia menenangkan jiwa dan pikiran. Menolong sesama yang membutuhkan. Ini adalah bentuk empati yang tinggi. Berbakti kepada kedua orang tua. Keduanya adalah pintu surga kita. Serta, menjaga lisan dari keburukan. Maka dari itu, hindari ghibah, fitnah, dan dusta.
Amal yang mungkin terlihat kecil. Kecil di mata manusia biasa. Bisa jadi sangat besar nilainya. Besar di hadapan Allah SWT. Dan ia bisa menjadi penyelamat kita. Penyelamat di alam kubur nanti. Setiap usaha kebaikan adalah investasi. Investasi untuk kehidupan masa depan. Kehidupan yang jauh lebih panjang. Kehidupan setelah dunia ini berakhir. Ini adalah sebuah keyakinan kuat.
Kita harus terus mengingat pesan ini. Amal baik adalah teman terbaik kita. Ia akan selalu setia menemani kita. Menemani saat semua orang pergi. Pergi meninggalkan kita seorang diri. Maka jangan tunda kebaikan sedikit pun. Jangan menunggu waktu yang lebih baik. Karena kita tidak pernah tahu pasti. Kapan ajal akan datang menjemput.
Waktu adalah Anugerah, Kebaikan adalah Jawabannya
Setiap detik yang diberikan adalah anugerah. Anugerah untuk berbuat lebih banyak. Untuk menanam benih kebaikan. Benih yang akan kita tuai hasilnya. Kita tuai di kemudian hari nanti. Manfaatkanlah waktu ini sebaik-baiknya. Jangan sampai kita menyesal kelak. Menyesal karena menyia-nyiakannya. Perjalanan hidup ini memang misterius. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Namun, satu hal yang pasti. Kebaikan akan selalu kembali pada kita. Ia seperti bumerang yang setia. Setiap kebaikan yang kita tabur. Pasti akan berbuah manis nantinya. Baik di dunia maupun di akhirat.
Melihat kembali kehidupan sehari-hari. Kita seringkali tergoda dunia. Tergoda oleh gemerlap dan fana. Padahal, kebahagiaan sejati hadir. Ia hadir dari hati yang bersih. Hati yang penuh dengan keikhlasan. Keikhlasan dalam beramal shalih. Inilah makna hidup yang sebenarnya. Mari kita jadikan setiap hari. Setiap hari sebagai kesempatan baru. Kesempatan untuk menambah bekal. Bekal menuju keabadian nanti. Jangan biarkan satu hari berlalu. Berlalu tanpa ada kebaikan berarti. Karena setiap kebaikan kecil itu. Ia adalah cahaya di alam kubur. Cahaya yang akan menerangi kita.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
