SURAU.CO. Guru menjadi isu penting dan hangat akhir-akhir ini. Mulai dari isu gaji guru di bawah standar, hingga pernyataan pejabat yang nirempati tentang guru. Penting bagi kita memahami, bagaimana menghormati guru sebagai motivasi belajar dalam Islam?
Sejarah Islam mencatat bahwa ilmu menjadi fondasi utama kebangkitan umat. Allah SWT mengawali wahyu pertama dengan perintah “Iqra’” (bacalah), yang menunjukkan betapa pentingnya pengetahuan bagi kehidupan manusia. Kemudian Rasulullah SAW menjelaskan pentingnya mencari ilmu dalam sebuah hadis riwayat Muslim. Beliau bersabda, “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim, no. 2699)
Hadis ini menunjukkan kemuliaan menuntut ilmu dan secara tidak langsung memuliakan guru sebagai pembimbing dalam perjalanan tersebut. Ilmu tidak mungkin hadir begitu saja. Ia sampai kepada kita melalui para guru, mereka yang sabar membimbing, menjelaskan, dan menanamkan nilai kehidupan.
Dalam Islam, guru tidak hanya dipandang sebagai pengajar materi, tetapi juga sebagai pewaris misi kenabian. Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku diutus sebagai seorang guru.” (HR Ibnu Majah)
Hadis ini memperlihatkan bahwa profesi guru adalah jalan kenabian. Oleh sebab itu, menghormati guru bukan sekadar tradisi atau sopan santun sosial, melainkan bagian dari ajaran agama yang memiliki dampak langsung pada keberkahan ilmu, motivasi belajar, serta keberhasilan pendidikan.
Penghormatan pada guru bukanlah sekadar norma etiket yang lahir dari konstruksi sosial semata, melainkan sebuah imperatif religius yang mengakar kuat dalam epistemologi Islam. Al-Qur’an dan Sunnah, sebagai sumber utama ajaran Islam, secara eksplisit maupun implisit menegaskan superioritas ilmu dan kedudukan mulia para penyampai ilmu, yang tidak lain adalah guru.
Islam menganggap guru sebagai penerus risalah Nabi, yang mengemban tanggung jawab besar untuk menyampaikan ilmu dan membentuk karakter generasi penerus. Pentingnya penghormatan kepada guru sebagai bagian dari adab yang menguatkan hubungan emosional dan intelektual antara murid dan guru, sehingga ilmu dari guru dapat bermanfaat bagi muridnya.
Menghormati Guru sebagai Bagian dari Adab Islami
Islam menempatkan guru pada posisi yang sangat mulia. Para ulama klasik menegaskan bahwa guru memiliki keutamaan yang hampir setara dengan orang tua. Bahkan dalam konteks tertentu, ketaatan kepada guru lebih didahulukan. Mengapa demikian? Karena guru berperan membimbing murid menuju cahaya ilmu dan kebenaran, sementara ilmu adalah jalan menuju ridha Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR Tirmidzi)
Hadis ini menekankan peran guru sebagai pengajar Al-Qur’an, bukan sekadar pemberi informasi, melainkan pembentuk akhlak mulia. Dengan kata lain, guru adalah agen perubahan yang melestarikan nilai wahyu Allah dalam kehidupan nyata. Dalam hadis lain menegaskan bahwa menghormati guru adalah bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah kamu semua memuliakan para ulama karena mereka itu adalah pewaris para nabi. Maka, siapa memuliakan mereka, berarti memuliakan Allah dan rasul-Nya” (HR Al Khatib Al Baghdadi dari Jabir ra.)
Nabi diberikan amanah untuk menyampaikan wahyu dan membimbing umat manusia menuju kebenaran. Setelah masa kenabian berakhir, tanggung jawab tersebut diwariskan kepada para ulama untuk menyampaikan ajaran agama kepada umat. Hadis tersebut juga menyiratkan penghormatan tinggi terhadap ilmu dalam pandangan Islam. Ulama, sebagai penjaga dan penyebar ilmu, berhak mendapatkan penghormatan bukan semata karena individu mereka, tetapi karena ilmu dan nilai-nilai agama yang mereka ajarkan
Kemudian, Islam mengajarkan bahwa adab merupakan kunci keberhasilan dalam menuntut ilmu. Imam al-Zarnuji dalam Ta’lim al-Muta’allim menjelaskan bahwa keberkahan ilmu hanya bisa diraih dengan menghormati guru. Di antaranya dengan tidak mendahului guru dalam berbicara, tidak menyakiti hati guru, bersikap tawadhu’ dan rendah hati, serta mendoakan guru, baik ketika masih hidup maupun setelah wafat.
Imam al-Ghazali juga menegaskan dalam Ihya’ Ulumuddin bahwa ilmu tidak akan bermanfaat bila diperoleh tanpa adab kepada guru. Dengan kata lain, ilmu tanpa adab bagaikan pohon tanpa buah.
Membangun Motivasi Belajar dan Pembelajaran Efektif
Ketika seorang murid menghormati gurunya, tercipta iklim belajar yang penuh rasa aman, nyaman, dan saling percaya. Rasa hormat yang tepat dapat menumbuhkan kedekatan emosional, membuat murid lebih bersemangat untuk belajar, tidak mudah putus asa, dan berusaha memberikan yang terbaik agar tidak mengecewakan guru.
Hapsari dkk. (2021) menunjukkan bahwa suasana belajar yang positif mendorong siswa aktif bertanya, berdiskusi, dan menyerap ilmu dengan lebih baik. Kemudian murid yang menghormati guru, mau belajar bukan semata demi nilai, melainkan karena kesadaran akan pentingnya ilmu sebagai jalan menuju ridha Allah.
Dengan demikian, penghormatan kepada guru bukan hanya etika, tetapi juga sumber motivasi yang menggerakkan murid untuk belajar lebih giat. Penghormatan kepada guru memiliki peran krusial dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Ketika siswa menghormati guru, mereka menciptakan iklim belajar yang positif dan kondusif.
Penghormatan kepada guru juga berdampak pada efektivitas pembelajaran. Ketika murid menghormati guru, kelas menjadi lebih tertib, interaktif, dan kondusif. Murid berani mengemukakan pendapat, guru leluasa menyampaikan materi, dan proses transfer ilmu berjalan dengan lancar.
Selain itu, budaya menghormati guru menjalar menjadi budaya saling menghargai antar murid. Mereka lebih mudah bekerja sama, menjauhi konflik, dan menciptakan suasana yang penuh toleransi. Inilah yang membuat pembelajaran bukan sekadar kegiatan akademik, tetapi juga proses pembentukan karakter.
Lingkungan belajar yang harmonis dan bebas konflik memungkinkan siswa untuk lebih fokus pada pembelajaran dan menyerap ilmu pengetahuan secara optimal. Pada akhirnya rasa hormat kepada guru berdampak pada peningkatan disiplin dan ketertiban di dalam kelas. Siswa yang menghormati guru cenderung lebih patuh pada aturan dan tata tertib yang ditetapkan, sehingga lebih mudah dikendalikan.
Relevansi Nilai Islami dalam Pendidikan Modern
Namun, di era digital, penghormatan kepada guru menghadapi tantangan baru. Penggunaan teknologi berdampak pada berkurangnya interaksi tatap muka antara murid dengan guru. Sistem pembelajaran online menjadi tantangan tersendiri dalam dunia pendidikan. Komunikasi lewat platform digital sering kali mengaburkan batas formalitas. Murid bisa lebih bebas, bahkan terkadang kurang sopan dalam berkomunikasi.
Teknologi yang digunakan secara positif dapat membuka wawasan dan pengetahuan. Akses informasi dari berbagai belahan dunia menjadi lebih cepat dan mudah. Kondisi ini juga dapat menyebabkan murid sering merasa lebih tahu karena bisa mencari informasi sendiri di internet. Tidak jarang kita lihat murid lebih cepat mendapatkan informasi terkini yang melibatkan teknologi. Hal ini kadang membuat wibawa guru berkurang.
Tidak hanya sampai di situ, penggunaan teknologi yang tidak terkelola dengan baik memunculkan risiko cyberbullying. Lebih parah, cyberbullying tidak hanya antar siswa, tetapi juga menyasar para guru. Fenomena penghinaan atau perundungan guru di media sosial menjadi ancaman nyata yang harus diwaspadai.
Untuk menghadapi hal ini, Islam mengajarkan pentingnya etika komunikasi, baik di dunia nyata maupun maya. Menggunakan bahasa sopan, menjaga adab dalam menulis pesan, serta memuliakan guru meskipun lewat ruang digital adalah bentuk penghormatan yang relevan dengan zaman.
Edukasi tentang etika menggunakan media sosial dan literasi digital dapat menjadi upaya preventif mengurangi risiko. Bahkan jika perlu, penegakkan hukum yang tegas terhadap pelaku cyberbullying dapat menjadi kabar penakut.
Namun demikian, guru pun dituntut untuk terus meningkatkan kompetensinya. Guru zaman modern harus melek teknologi dan update dengan perkembangan terkini. Guru tidak boleh hanya terpaku sebagai penyampai informasi, tetapi harus berperan sebagai fasilitator, motivator, sekaligus teladan moral.
Membentuk Generasi Beradab Dalam Modernisasi
Di tengah arus globalisasi dan modernisasi, nilai menghormati guru menjadi pondasi penting dalam pendidikan karakter. Pendidikan Islam tidak hanya bertugas mengajarkan teori, tetapi juga membentuk karakter melalui perilaku dan sikap.
Quraish Shihab menekankan bahwa menghormati guru berarti menghormati ilmu itu sendiri. Oleh karena itu, sekolah dan keluarga perlu mengintegrasikan nilai penghormatan guru ke dalam budaya pendidikan. Misalnya dengan pembiasaan salam, menjaga bahasa yang santun, serta menanamkan pemahaman bahwa keberkahan ilmu datang dari adab.
Menghormati guru dalam Islam bukan sekadar formalitas, melainkan bagian dari ibadah. Ia berpengaruh langsung terhadap keberkahan ilmu, motivasi belajar, dan efektivitas pendidikan. Dalam dunia yang serba digital, penghormatan ini harus diterjemahkan dalam bentuk baru, seperti menjaga etika komunikasi online, menghargai waktu guru, dan menggunakan teknologi secara bijak.
Dengan menanamkan kembali nilai Islami ini, pendidikan tidak hanya menghasilkan murid cerdas, tetapi juga membentuk generasi yang berakhlak mulia. Jalan ilmu adalah jalan menuju surga, dan guru adalah penuntun utama di jalan itu. Maka, menghormati guru sejatinya adalah menghormati cahaya Allah yang dititipkan kepada mereka untuk menerangi peradaban manusia.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
