“Ketika Tangan Tak Sampai, Panjangkan Doa”.
SURAU.CO – Dalam perjalanan hidup, sering kali kita menerima kebaikan dari orang lain. Bisa jadi berupa pertolongan, senyuman, perhatian, bahkan sekadar doa yang tulus. Namun, tidak semua kebaikan bisa kita balas dengan setimpal. Kadang kita merasa lemah, terbatas, dan tidak mampu membalas jasa mereka.
Pada titik inilah pesan menjadi begitu indah: “Jika tanganmu pendek untuk membalas kebaikan seseorang, maka panjangkan lisanmu untuk selalu mendoakan.”
Kalimat sederhana ini mengandung makna yang dalam. Bahwa doa adalah cara terbaik membalas kebaikan, ketika kita tak punya daya untuk membalas dengan materi atau tindakan.
Doa adalah balasan terbaik
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa diberi kebaikan, lalu ia berkata kepada orang yang melakukannya: Jazakallahu khairan (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh ia telah memberikan balasan yang terbaik.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Hibban)
Dengan doa, kita sesungguhnya menitipkan balasan kepada Allah yang Maha Kuasa. Karena sehebat apa pun balasan dari manusia, tetap tak akan pernah menandingi balasan dari Allah.
Doa adalah bentuk syukur dan ketulusan: Tidak semua orang mampu memberikan hadiah, harta, atau bantuan yang setara. Tapi setiap orang mampu mendoakan. Dengan doa, kita menunjukkan ketulusan hati. Bahwa kita tidak melupakan kebaikan orang lain, meski dalam diam kita selalu mengingatnya dalam sujud.
Doa mengikat persaudaraan
Doa yang tulus untuk orang lain tanpa sepengetahuannya justru menjadi pengikat hati.
Malaikat pun akan mengamini doa itu, dan mendoakan hal yang sama untuk kita. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Doa seorang Muslim untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya akan dikabulkan. Di kepalanya ada malaikat yang ditugaskan. Setiap kali ia berdoa untuk saudaranya dengan kebaikan, malaikat itu berkata: ‘Aamiin, dan untukmu seperti itu juga.’” (HR. Muslim)
Membiasakan lidah untuk berdoa
Mungkin kita merasa tidak memiliki apa-apa untuk diberikan. Tetapi Allah telah memberi kita senjata paling kuat: doa. Maka biasakan lisan kita untuk mendoakan kebaikan bagi mereka yang berjasa dalam hidup kita, baik orang tua, guru, sahabat, maupun siapa pun yang pernah berbuat baik kepada kita.
Kadang tangan kita memang terlalu pendek untuk membalas kebaikan. Tapi jangan biarkan lidah kita terlalu kaku untuk berdoa. Karena doa adalah jembatan hati, dan balasan terbaik yang tidak pernah putus meski jarak dan keadaan memisahkan.
Refleksi: Hari ini, coba ingat siapa saja yang pernah berbuat baik pada kita. Jika tak mampu membalas dengan materi, balaslah dengan doa. Karena doa adalah hadiah yang paling murah, tetapi nilainya paling mahal di sisi Allah.
JIKA TOBAT LALU KUMAT LAGI.
Setiap manusia tidak pernah luput dari dosa. Ada yang kecil, ada yang besar, ada yang disadari, ada pula yang dilakukan tanpa sadar. Namun, Allah ﷻ yang Maha Pengampun tidak menutup pintu taubat bagi hamba-Nya, sekalipun dosa itu terus terulang.
Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah ﷺ bersabda bahwa ketika seorang hamba melakukan dosa lalu berdoa:
> “Ya Allah, ampunilah dosaku.”
Maka Allah ﷻ akan mengampuni dosanya. Bahkan, jika hamba itu kembali mengulanginya, lalu kembali memohon ampun, Allah tetap membuka pintu ampunan-Nya. Hal ini dapat terjadi berkali-kali, selama sang hamba tidak berputus asa dari rahmat Allah. (HR. Muslim no. 2758)
Rahmat Allah yang Tidak Pernah Habis
Hadits ini adalah kabar gembira bagi hati yang lelah oleh dosa, bagi jiwa yang merasa kotor oleh kesalahan, dan bagi mereka yang mungkin sudah berulang kali jatuh ke lubang yang sama. Allah ﷻ ingin menegaskan bahwa Dia tidak pernah bosan mengampuni, selama hamba tidak bosan meminta ampunan.
Yang terpenting adalah keikhlasan dalam bertaubat, meski manusia bisa saja terjatuh lagi. Tobat bukan sekadar ucapan, melainkan tekad untuk meninggalkan dosa, menyesalinya, dan berusaha tidak mengulanginya. Namun, jika kelemahan iman membuat dosa itu kembali terulang, pintu taubat tetap terbuka.
Jangan Menyepelekan, Jangan Berputus Asa
Dua sikap yang harus dihindari:
1. Meremehkan dosa dengan alasan Allah Maha Pengampun.
Ini berbahaya, karena bisa membuat hati keras dan akhirnya terbiasa berbuat dosa tanpa penyesalan.
2. Putus asa dari rahmat Allah.
Ini juga keliru, sebab Allah berfirman:
> “Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)
Langkah Praktis Bagi yang Ingin Taubat
1. Segera memohon ampun setiap kali terjatuh. Jangan tunda taubat, karena ajal bisa datang tiba-tiba.
2. Perbanyak dzikir dan istighfar. Hati yang selalu ingat Allah akan lebih kuat menolak bisikan dosa.
3. Ganti dosa dengan amal shalih. Misalnya setelah melakukan kesalahan, segera lakukan kebaikan untuk menutupi cela.
4. Hindari sebab-sebab dosa. Jauhi lingkungan, kebiasaan, atau situasi yang mudah menjerumuskan kembali.
5. Cari majelis ilmu dan teman shalih. Karena iman itu naik turun, kita butuh suasana yang menguatkan kebaikan.
Penutup: Hadits ini adalah pelipur lara bagi hamba yang lemah. Allah tidak melihat betapa sering kita jatuh, tetapi sejauh mana kita kembali kepada-Nya. Jangan pernah malu untuk bertobat meski seribu kali terjatuh, karena bisa jadi ampunan Allah datang pada tobat yang keseribu satu.
Ingatlah: Selama napas masih ada, pintu taubat masih terbuka. Jangan berhenti mengetuknya, sebab Allah tidak pernah menutup rahmat-Nya. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat (Tengku Iskandar M. Pd)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
