Khazanah
Beranda » Berita » Keutamaan Meninggal di Kota Madinah: Renungan Sabda Rasulullah ﷺ dan kerinduan akan tanah suci.

Keutamaan Meninggal di Kota Madinah: Renungan Sabda Rasulullah ﷺ dan kerinduan akan tanah suci.

Keutamaan Meninggal di Kota Madinah: Renungan atas sabda Rasulullah ﷺ dan kerinduan akan tanah suci.

Keutamaan Meninggal di Kota Madinah: Renungan atas sabda Rasulullah ﷺ dan kerinduan akan tanah suci.

 

SURAU.CO – Bismillāhirrahmānirrahīm. Allah menciptakan tanda-tanda kebesaran dan keutamaan di bumi-Nya, mengkhususkan beberapa tempat dengan kemuliaan, dan berhak mendapatkan segala puji. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, sahabat, dan umat beliau yang setia mengikuti sunnahnya hingga akhir zaman.

Madinah: Kota Suci yang Diberkahi

Kota Madinah bukanlah kota biasa. Di sanalah Rasulullah ﷺ hijrah, di sanalah beliau membangun peradaban Islam, dan di sanalah beliau akhirnya bersemayam hingga hari kiamat. Madinah adalah tanah yang disucikan Allah, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

> “Sesungguhnya Ibrahim menjadikan Mekah sebagai tanah haram, dan aku menjadikan Madinah sebagai tanah haram…”
(HR. Muslim, no. 1362).

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Di kota ini pula terdapat masjid paling mulia setelah Masjidil Haram, yaitu Masjid Nabawi. Shalat di dalamnya lebih utama daripada seribu kali shalat di masjid lain, kecuali Masjidil Haram (HR. Bukhari-Muslim).

Lebih dari itu, Madinah adalah tempat di mana hati kaum muslimin tertambat, karena cinta mereka kepada Rasulullah ﷺ. Tidak heran jika setiap jiwa merindukan untuk berziarah ke Madinah, sekadar menatap Masjid Nabawi, berdiri di Raudhah yang penuh berkah, dan mengucapkan salam di hadapan makam Rasulullah ﷺ.

Keutamaan Meninggal di Madinah

Di antara keutamaan besar yang Allah anugerahkan kepada kota Madinah adalah hadis Rasulullah ﷺ yang berbunyi:

> “Barangsiapa yang mampu untuk meninggal dunia di kota Madinah, maka hendaklah ia meninggal di sana. Karena sesungguhnya aku akan memberikan syafa’at bagi orang yang meninggal di sana.”
(HR. Ahmad no. 5818, Tirmidzi no. 3917, Ibnu Majah no. 3112).

Hadis ini memberikan kabar gembira yang luar biasa: meninggal di Madinah termasuk tanda kemuliaan dari Allah. Rasulullah ﷺ memberikan jaminan syafaat bagi orang-orang yang meninggal di tanah penuh berkah.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Semua mukmin merindukan syafaat Rasulullah ﷺ dengan sangat besar. Syafaat beliau pada hari kiamat kelak menjadi jalan keselamatan dari dahsyatnya azab Allah. Maka, betapa besar keberuntungan orang yang Allah takdirkan menghembuskan napas terakhirnya di kota Madinah.

Syafaat Rasulullah ﷺ: Rahmat bagi Umat

Umat Islam harus merenungkan kabar tentang syafaat Rasulullah ﷺ ini dengan sungguh-sungguh. Sebab, syafaat adalah bentuk kasih sayang beliau yang masih terus mengalir untuk umatnya, meskipun beliau telah wafat lebih dari 14 abad yang lalu.

Syafaat Nabi ﷺ pada hari kiamat mencakup banyak hal:

1. Syafaat Kubra (terbesar) – yaitu syafaat untuk semua umat manusia ketika mereka menunggu keputusan Allah di padang Mahsyar.
2. Dengan syafaat Rasulullah ﷺ, umatnya mendapatkan ampunan dosa, kenaikan derajat, atau keselamatan dari neraka.
3. Syafaat khusus – bagi orang yang meninggal di Madinah, sebagaimana sabda beliau dalam hadis di atas.

Dengan demikian, meninggal di Madinah bukanlah sekadar kematian di sebuah kota. Nabi ﷺ memberikan doa dan perhatian kepada mereka yang meninggal, sehingga kematian itu menjadi sebab kebaikan besar di akhirat.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Kuburan Baqi’: Taman dari Taman Surga

Bila berbicara tentang kematian di Madinah, tidak bisa dilepaskan dari Jannatul Baqi’, pemakaman utama yang berada di dekat Masjid Nabawi. Sejak masa Rasulullah ﷺ, Baqi’ telah menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi para sahabat dan orang-orang shalih.

Di sanalah dimakamkan banyak tokoh mulia:

Istri-istri Rasulullah ﷺ (kecuali Khadijah dan Maimunah).

Putra-putri beliau, seperti Utsman bin Affan, Hasan bin Ali, Fatimah az-Zahra (menurut sebagian riwayat), dan lain-lain.

Ribuan sahabat besar yang berjuang menegakkan Islam. Melihat tanah Baqi’, hati setiap muslim pasti bergetar. Betapa banyak jasad mulia bersemayam di sana. Tidak heran jika para ulama dahulu senantiasa berdoa agar diwafatkan di Madinah, dan dikuburkan di Baqi’.

Hikmah di Balik Anjuran Ini

Pertanyaannya, mengapa Rasulullah ﷺ menganjurkan umatnya untuk meninggal di Madinah? Bukankah kematian di mana saja sama di hadapan Allah?

Para ulama menjelaskan beberapa hikmah dari hadis ini:

1. Madinah adalah tanah hijrah dan perjuangan Nabi ﷺ – meninggal di sana menunjukkan keterikatan seorang muslim dengan jejak perjuangan Rasul.

2. Keutamaan doa dan syafaat Nabi ﷺ – beliau akan memberi perhatian khusus kepada umatnya yang wafat di Madinah.

3. Madinah penuh dengan kebaikan dan keberkahan – sehingga siapa yang hidup dan mati di sana insyaAllah mendapatkan bagian dari keberkahan itu.

4. Doa Rasulullah ﷺ untuk Madinah – beliau mendoakan agar kota itu diberkahi dan dilindungi dari fitnah, sehingga orang yang meninggal di sana mendapat perlindungan doa tersebut.

Bukan Berarti Mengecilkan Tempat Lain. Namun, penting dicatat bahwa hadis ini tidak berarti merendahkan kemuliaan orang yang wafat di luar Madinah. Banyak sahabat Nabi ﷺ yang meninggal di luar tanah suci, bahkan di medan jihad di berbagai penjuru dunia. Mereka tetap mulia di sisi Allah karena niat, amal, dan pengorbanan mereka.

Artinya, keutamaan meninggal di Madinah adalah anugerah tambahan, bukan syarat mutlak keselamatan. Keselamatan hakiki tetap bergantung pada iman, amal shalih, dan rahmat Allah.

Kerinduan Seorang Muslim

Bagi kita yang hidup jauh dari Madinah, barangkali sulit membayangkan untuk benar-benar meninggal di sana. Namun, kerinduan itu tetap ada. Setiap kali menyebut nama Madinah, hati ini bergetar. Setiap kali melihat gambar Baqi’, mata terasa basah.

Kerinduan itu sendiri adalah ibadah. Sebab, cinta kepada Rasulullah ﷺ dan kota tempat beliau berjuang merupakan tanda iman. Semoga Allah menulis kerinduan kita sebagai amal shalih, meskipun kita tidak ditakdirkan wafat di Madinah.

Doa dan Harapan. Bagi kaum muslimin, ada doa yang indah untuk dipanjatkan:

> “Allahumma aj‘al mautana fi baladil habib ﷺ, waqtin mubarakin, waqabrin minal jannati ya Rabbal ‘alamin.”
(Ya Allah, jadikanlah kematian kami di negeri kekasih-Mu ﷺ, pada waktu yang penuh keberkahan, dan kubur kami termasuk taman dari taman surga, wahai Rabb semesta alam).

Doa ini bukan sekadar permintaan, tetapi juga pengingat agar kita menyiapkan diri dengan amal shalih, sehingga layak mendapat kemuliaan di mana pun Allah takdirkan kita wafat.

Penutup: Meninggal Dalam Husnul Khatimah

Meninggal di Madinah adalah cita-cita mulia, tetapi yang lebih penting adalah meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Karena sesungguhnya, siapa pun yang wafat dengan iman, ketakwaan, dan cinta kepada Rasulullah ﷺ, maka Allah akan memuliakannya, baik di Madinah maupun di tanah air yang jauh.

Semoga Allah mengaruniakan kita semua husnul khatimah, menjadikan hati kita selalu terpaut dengan Rasulullah ﷺ, dan kelak mempertemukan kita bersama beliau di telaga Kautsar.

اللهم ارزقنا شفاعة نبيك يوم القيامة، واجعلنا من أهل مدينته في الحياة والممات.

Tulisan ini bisa dibagi dalam bentuk artikel dakwah, renungan harian, atau konten edukatif untuk mengingatkan umat akan keutamaan Madinah dan pentingnya mencintai Rasulullah ﷺ. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat (Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement