Opinion
Beranda » Berita » Memaafkan: Menghapus Luka, Membuka Ruang Cinta

Memaafkan: Menghapus Luka, Membuka Ruang Cinta

Orang melepas kertas bertuliskan “luka” ke sungai sebagai simbol memaafkan.
Seorang duduk di tepi sungai, melepas kertas bertuliskan “luka”, simbol memaafkan dan membuka ruang cinta.

Memaafkan bukan perkara mudah. Hati sering kali lebih suka menyimpan luka ketimbang melepaskannya. Namun, memaafkan adalah jalan menuju kebebasan jiwa. Dalam kitab al-Arba‘īn fī Uṣūl al-Dīn, Imam al-Ghazālī menegaskan bahwa puncak akhlak seorang hamba adalah ketika ia mampu menundukkan egonya dan memberi ruang cinta, bahkan pada mereka yang melukainya.

Luka yang Menjadi Guru

Di sebuah rumah sederhana di Tulungagung, seorang ibu yang kehilangan anaknya dalam kecelakaan berkata lirih,

“Saya ikhlas, saya maafkan pengemudi itu. Kalau saya menyimpan marah, saya akan hancur pelan-pelan.”

Air matanya jatuh, namun wajahnya teduh. Ia tahu, memaafkan bukan berarti melupakan, melainkan membiarkan jiwa bernapas kembali.

Al-Ghazālī menulis:

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

العفو عن القدرة من أشرف أخلاق الأنبياء
“Memaafkan ketika mampu membalas adalah akhlak paling mulia dari para nabi.”

Kutipan ini menyentuh: kekuatan sejati bukan terletak pada balas dendam, tetapi pada keberanian untuk melepas.

Cinta yang Tersembunyi di Balik Maaf

Al-Qur’an mengingatkan:

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Tidakkah kalian suka Allah mengampuni kalian? Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. an-Nūr: 22)

Ayat ini menyiratkan keindahan: setiap kali kita memaafkan, kita sedang membuka pintu ampunan Allah untuk diri kita sendiri.

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Menahan Amarah, Menemukan Kedamaian

Imam al-Ghazālī kembali mengingatkan dalam al-Arba‘īn:

كظم الغيظ نصف الشجاعة، والعفو نصف العقل
“Menahan amarah adalah separuh keberanian, dan memaafkan adalah separuh akal.”

Betapa sering kita menemukan dalam keseharian—di jalanan macet Jakarta, di pasar tradisional, atau di dunia maya—orang yang mudah tersulut emosi. Padahal, keberanian sejati bukanlah ketika suara kita paling lantang, melainkan ketika hati mampu menundukkan bara amarah.

“Kenapa aku harus memaafkan dia? Bukankah dia yang bersalah?”
“Karena maaf itu bukan untuk dia. Maaf itu untuk hatimu sendiri.”
“Lalu apa yang aku dapat?”
“Kebebasan. Dan ruang kosong di hati, tempat cinta bisa bersemi lagi.”

Ketika Maaf Menjadi Jalan Sehat

Psikologi modern pun mengakui kekuatan memaafkan. Riset dari Journal of Behavioral Medicine (2016) menemukan bahwa memaafkan dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi stres, serta meningkatkan kesehatan mental. Ilmu pengetahuan mengafirmasi apa yang telah diajarkan Islam berabad-abad lalu.

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

Langkah Praktis

  1. Melatih memaafkan dalam kehidupan sehari-hari:
  2. Sadari bahwa marah hanya membakar energi kita sendiri.
  3. Ingat kembali kelemahan diri—kita pun sering salah pada orang lain.
  4. Doakan kebaikan untuk orang yang melukai, agar hati kita lapang.
  5. Ucapkan istighfar setiap kali rasa benci muncul.

Bayangkan hati sebagai taman. Bila dibiarkan penuh duri dendam, bunga tak akan pernah tumbuh. Namun jika duri itu dicabut dengan maaf, cinta akan bersemi, memberi wangi pada jiwa.

Simpul Hidup

Imam al-Ghazālī menulis dalam al-Arba‘īn:

من عرف فضل العفو أحب أن يعفو، ومن ذاق طعم الصفح هانت عليه الجراح
“Barangsiapa mengenal keutamaan maaf, ia akan mencintai memberi maaf. Dan barangsiapa merasakan manisnya lapang dada, maka luka baginya terasa ringan.”

Memaafkan memang tak mudah, tapi ia adalah seni membebaskan jiwa. Mari kita belajar melepas, bukan karena orang lain layak mendapatkannya, tetapi karena hati kita layak damai.

Ya Allah, ajari kami untuk memaafkan sebagaimana Engkau Maha Pemaaf, dan bukakan hati kami untuk melihat keindahan cinta di balik setiap luka.

 

* Reza Andik Setiawan

Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo Ponorogo


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement