Opinion
Beranda » Berita » Etika Sehari-hari: Tindakan Kecil, Dampak Besar

Etika Sehari-hari: Tindakan Kecil, Dampak Besar

Anak kecil membantu nenek menyeberang jalan sebagai simbol etika sehari-hari.
Ilustrasi kebaikan kecil sehari-hari yang merefleksikan etika Islami dalam kehidupan sosial.

Etika sehari-hari sering kali kita anggap sepele. Padahal, menurut Imam al-Ghazālī dalam al-Arba‘īn fī Uṣūl al-Dīn, hal-hal kecil justru yang membentuk jembatan antara hati manusia dengan Allah. Menahan kata kasar, tersenyum pada tetangga, atau sekadar mengucapkan salam—semuanya bisa menjadi ibadah bila diniatkan dengan tulus.

حُسْنُ الْخُلُقِ أَصْلُ الدِّينِ، وَمَنْ فَاتَهُ حُسْنُ الْخُلُقِ فَقَدْ فَاتَهُ خَيْرُ الدِّينِ
“Akhlak yang baik adalah pokok agama. Barang siapa kehilangan akhlak baik, maka ia kehilangan kebaikan agamanya.”

Di pasar-pasar tradisional Indonesia, kita bisa melihat wajah-wajah lelah yang masih saling menyapa dengan senyum. Dalam kesederhanaan itu, sebenarnya etika bekerja sebagai cahaya yang menghubungkan manusia satu sama lain.

Hati yang Lembut Lebih Kuat dari Tangan yang Keras

Ada seorang ibu di kampung yang saban pagi mengantarkan teh hangat ke rumah tetangganya yang sudah tua. Tindakan kecil ini membuat sang tetangga merasa dihargai, seakan Allah menitipkan kasih sayang lewat secangkir teh.

Al-Qur’an mengingatkan kita:

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا (البقرة: 83)
“Dan berkatalah kepada manusia dengan perkataan yang baik.”

Etika bukan sekadar tata krama sosial, melainkan cara hati menjaga agar cinta Allah tetap hadir di setiap pertemuan.

Ketulusan yang Membuka Pintu Surga

Imam al-Ghazālī menulis tentang kejujuran hati:

الصِّدْقُ سُلَّمُ الْوُصُولِ إِلَى اللهِ، وَالْكَذِبُ سَبَبُ الْحِرْمَانِ
“Kejujuran adalah tangga untuk sampai kepada Allah, sedangkan dusta adalah sebab terhalangnya seseorang dari rahmat-Nya.”

Di sebuah angkot, saya pernah melihat seorang sopir mengembalikan uang lebih kepada penumpang. Penumpang itu berkata, “Pak, cuma dua ribu rupiah.” Sopir menjawab, “Kalau dua ribu membuat saya kehilangan kejujuran, berarti saya kehilangan terlalu banyak.”
Dialog sederhana itu menampar saya. Kejujuran kecil ternyata bisa menenangkan hati orang lain.

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Berapa kali dalam sehari aku mengabaikan kebaikan kecil, padahal mungkin itu adalah tiket menuju rahmat Allah?

Dalam hiruk pikuk jalanan Jakarta atau antrean panjang di kantor pelayanan publik, kesabaran sering kali diuji. Orang mudah marah hanya karena antrean terlewat. Padahal, sabar adalah bagian dari etika jiwa yang menahan gejolak nafsu.

Imam al-Ghazālī berkata:

الصَّبْرُ رَأْسُ كُلِّ خُلُقٍ، وَمَنْ لَا صَبْرَ لَهُ لَا خُلُقَ لَهُ
“Sabar adalah kepala dari setiap akhlak. Barang siapa tidak memiliki kesabaran, ia tidak memiliki akhlak.”

Betapa beratnya menjaga kesabaran. Namun justru dari situlah lahir kekuatan sejati—bukan tangan yang kuat, melainkan hati yang tabah.

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

Langkah Praktis

  1. Mulai dengan salam dan senyum setiap bertemu orang.
  2. Latih diri untuk menahan lidah dari komentar kasar, terutama di media sosial.
  3. Biasakan mengucapkan terima kasih, meski untuk hal kecil.
  4. Ingatkan diri: kesabaran hari ini adalah investasi ketenangan esok.

 

Tindakan Kecil yang Menyelamatkan Jiwa

Etika sehari-hari adalah jalan sunyi yang jarang dielu-elukan. Namun justru di situlah kebahagiaan tersembunyi. Sebuah kata lembut bisa menyelamatkan hati orang yang hampir putus asa, sementara sebuah senyum bisa menjadi sedekah tanpa biaya.

Nabi ﷺ bersabda:

تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ (رواه الترمذي)
“Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah bagimu.”

Mungkin kita tak mampu selalu berbuat besar, namun kita selalu bisa memulai dengan tindakan kecil. Semoga Allah jadikan etika kita sehari-hari sebagai cahaya yang menuntun langkah menuju-Nya.

اللَّهُمَّ حَسِّنْ أَخْلَاقَنَا كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقَنَا، وَاجْعَلْ أَعْمَالَنَا صَالِحَةً خَالِصَةً لِوَجْهِكَ الْكَرِيمِ.

Apakah hari ini kita sudah menebar cahaya etika, atau justru masih meninggalkan jejak gelap dari kelalaian?

 

* Reza Andik Setiawan

Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo Ponorogo


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement