Empat (4) Pilar Kompetensi Penyuluh Agama Islam: Jalan Dakwah di Era Modern.
SURAU.CO – Penyuluh Agama Islam adalah garda terdepan dalam membimbing umat. Mereka hadir di tengah masyarakat, bukan sekadar menyampaikan pengetahuan agama, tetapi juga menjadi teladan dalam akhlak, komunikasi, pengabdian sosial, hingga pemanfaatan teknologi dan Informasi.8
Kementerian Agama RI melalui Direktorat Penerangan Agama Islam menegaskan bahwa ada empat pilar kompetensi utama yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh. Empat pilar ini bukan hanya bekal teknis, melainkan fondasi ruhani, intelektual, dan sosial yang menyatu dalam diri seorang dai, muballigh, dan pendidik umat.
Kompetensi Ilmu Keagamaan
Ilmu adalah cahaya. Tanpa ilmu, dakwah hanya akan menjadi opini kosong yang berpotensi menyesatkan. Penyuluh agama harus memiliki pemahaman yang kuat dalam:
Akidah yang lurus, sehingga tidak mudah goyah oleh arus pemikiran sesat.
Syariah dan fikih, agar mampu menjawab persoalan umat secara tepat.
Akhlak dan muamalah, karena dakwah bukan sekadar kata, tetapi juga perbuatan.
Kemampuan membaca dan memahami Al-Qur’an, sebab Qur’an adalah sumber utama petunjuk.
Moderasi beragama, agar penyuluh mampu menjadi penyejuk di tengah keberagaman masyarakat.
Seorang penyuluh tanpa bekal ilmu ibarat kapal tanpa kompas—bisa saja berlayar, tetapi arah tujuannya tidak jelas
Kompetensi Komunikasi
Dakwah bukan hanya apa yang disampaikan, tetapi juga bagaimana cara menyampaikannya. Kompetensi komunikasi mencakup kemampuan untuk:
Berceramah dengan bahasa yang mudah dipahami.
Berkhutbah sesuai tuntunan syariat dan kebutuhan umat.
Mengisi tausiah dengan hikmah yang menyentuh hati.
Komunikasi yang baik adalah seni memadukan ilmu dan kelembutan. Rasulullah ﷺ dikenal bukan hanya karena ilmunya yang luas, tetapi juga tutur katanya yang penuh hikmah, sehingga masuk ke dalam hati para sahabat dan umatnya.
Kompetensi Sosial
Penyuluh tidak boleh hanya hadir di mimbar, lalu hilang dari kehidupan umat. Mereka harus:
Berinteraksi dengan lingkungan, memahami persoalan-persoalan nyata masyarakat.
Hidup bermasyarakat, tidak berjarak dengan jamaahnya.
Berorganisasi dan berperan aktif dalam kegiatan sosial.
Inilah yang membedakan penyuluh sejati dengan penceramah biasa. Penyuluh hadir bukan hanya untuk berbicara, tetapi juga untuk mendengar, mendampingi, dan mencari solusi atas problematika umat.
Kompetensi Sistem Informasi dan Digitalisasi
Kita hidup di era digital. Dakwah tidak lagi cukup hanya di masjid dan majelis taklim, tetapi juga harus menyentuh ruang-ruang digital. Penyuluh dituntut untuk:
Menguasai perkembangan teknologi dan informasi.
Memanfaatkan media sosial, Media, Portal website, dan aplikasi digital sebagai sarana dakwah.
Menyebarkan konten positif, melawan hoaks, dan menguatkan literasi keislaman.
Seorang penyuluh yang tidak melek digital akan tertinggal, sementara generasi muda umat justru lebih banyak mencari jawaban melalui internet. Maka, penyuluh harus hadir di sana, agar umat tidak salah mendapatkan rujukan.
Kesimpulan: Digitalisasi Memberi Jangkauan Luas
Empat pilar ini saling melengkapi: ilmu memberi dasar, komunikasi memberi nyawa, sosial memberi makna, dan digitalisasi memberi jangkauan luas.
Penyuluh agama yang ideal adalah mereka yang mampu menghadirkan Islam dengan wajah yang penuh rahmat, bukan dengan marah-marah; dengan solusi, bukan sekadar kritik; dengan akhlak, bukan sekadar kata.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad ﷺ:
> خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad)
Maka, jadilah penyuluh yang bukan hanya pandai berkata, tetapi juga bermanfaat nyata bagi umat. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat Indonesia (Tengku Iskandar, M. Pd)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
