Opinion
Beranda » Berita » Haji: Perjalanan Tubuh dan Hati

Haji: Perjalanan Tubuh dan Hati

Jamaah haji thawaf di Ka‘bah dengan pakaian ihram putih di bawah cahaya matahari.
Gambaran thawaf jamaah haji yang menunjukkan kesatuan, kerendahan, dan cinta kepada Allah.

Haji bukan sekadar perjalanan fisik menempuh ribuan kilometer, tetapi juga perjalanan hati menuju Allah. Dalam al-Arba‘īn fī Uṣūl al-Dīn, Imam al-Ghazālī menekankan bahwa ibadah haji adalah simbol penyerahan diri, tempat tubuh bergerak dan hati belajar bersujud tanpa sisa.

الْحَجُّ مَعْنَاهُ أَنْ يَتَرَكَّ الْمَرْءُ أَهْلَهُ وَوَطَنَهُ، وَيُفَارِقَ عَادَاتِهِ، لِيَقْصِدَ بَيْتَ اللهِ، مُتَحَمِّلًا مَشَقَّةَ السَّفَرِ، مُتَذَلِّلًا لِرَبِّهِ
“Makna haji adalah meninggalkan keluarga dan tanah air, melepaskan kebiasaan, lalu menuju rumah Allah dengan menanggung kesulitan perjalanan, seraya merendahkan diri di hadapan Rabb-nya.”

Setiap langkah di tanah suci adalah gema hati yang berkata: Aku milik-Mu, ya Allah.

Keheningan di Balik Lautan Manusia

Di Indonesia, jutaan orang mengantri bertahun-tahun untuk berangkat haji. Ada seorang kakek di Tulungagung yang saya temui. Ia menabung dari hasil jualan sayur selama 20 tahun. Saat daftar berangkat, matanya berkaca-kaca:
“Selama ini aku berjualan demi dunia, tapi ternyata tabunganku paling berharga adalah langkah menuju Ka‘bah.”

Dialog itu mengajarkan saya bahwa haji bukan sekadar status sosial, melainkan perjalanan cinta.

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

Al-Qur’an menegaskan:

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا (آل عمران: 97)
“Dan kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan haji ke Baitullah, yaitu bagi siapa yang mampu mengadakan perjalanan ke sana.”

Haji adalah panggilan. Ada yang dipanggil cepat, ada yang menunggu puluhan tahun. Namun semua yang berangkat sedang menuliskan kisah cinta dengan langkah kaki.

Pakaian Putih yang Menyatukan

Ihram adalah awal pelajaran haji. Semua jamaah—baik kaya maupun miskin—mengenakan kain putih sederhana. Di situlah manusia melepas simbol dunia, menyisakan satu hal: kerendahan di hadapan Allah.

Imam al-Ghazālī menulis:

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

إِذَا لَبِسَ الْمُحْرِمُ ثَوْبَ الْإِحْرَامِ، فَكَأَنَّهُ تَجَرَّدَ عَنِ الدُّنْيَا، وَكَأَنَّهُ يُعِدُّ نَفْسَهُ لِلْكَفَنِ
“Ketika seorang mengenakan ihram, seolah ia menanggalkan dunia, dan seakan ia sedang mempersiapkan dirinya untuk kafan.”

Betapa dalam pesan ini. Ihram adalah latihan kematian, namun juga awal kelahiran baru.

Renungan Singkat

Sudahkah aku mempersiapkan diri untuk bertemu Allah, sebagaimana aku menyiapkan kain ihram?

Putaran Tak Henti di Sekitar Cinta

Thawaf adalah simbol bahwa hidup kita selalu berputar di sekitar Allah. Segala urusan, rezeki, cinta, dan bahkan kesedihan—semuanya bermuara kepada-Nya.

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

Seorang sahabat pernah berbisik saat thawaf:
“Kenapa kita terus berputar?”
Saya menjawab, “Karena hati kita pun selalu berputar. Semoga porosnya hanya Allah.”

Imam al-Ghazālī mengingatkan:

الطَّوَافُ حَوْلَ الْبَيْتِ تَذْكِيرٌ بِأَنَّ الْحَيَاةَ كُلَّهَا دَوَرَانٌ حَوْلَ طَاعَةِ اللهِ
“Thawaf di sekitar Ka‘bah adalah pengingat bahwa seluruh kehidupan berputar mengitari ketaatan kepada Allah.”

Mina, Arafah, dan Melontar Nafsu

Saat jamaah wukuf di Arafah, mereka berkumpul tanpa sekat. Semua sama: tubuh letih, hati pasrah. Di situlah manusia belajar bahwa kebesaran Allah menutupi perbedaan manusia.

Melontar jumrah di Mina pun bukan sekadar melempar batu. Itu simbol melawan setan dalam diri.

رَمْيُ الْجِمَارِ إِشَارَةٌ إِلَى أَنَّ الْمُؤْمِنَ يَجِبُ أَنْ يَرْمِيَ هَوَاهُ وَشَيْطَانَهُ، وَلَا يَتَّبِعَ خُطُوَاتِهِ
“Melontar jumrah adalah isyarat bahwa seorang mukmin harus melempar hawa nafsu dan setannya, serta tidak mengikuti langkah-langkahnya.”

Langkah Praktis

  1. Latih hati dengan “mini-haji” setiap hari: tahan ego, maafkan orang lain, lepaskan kesombongan.
  2. Jadikan salat lima waktu sebagai “thawaf kecil” di sekitar cinta Allah.
  3. Saat menabung untuk haji, sisihkan pula untuk sedekah, agar perjalanan kita diberkahi.
  4. Saat mendengar kabar orang berhaji, doakan mereka—itu bagian dari ikatan umat.

Jalan Pulang yang Sesungguhnya

Haji mengajarkan kita bahwa perjalanan terbesar bukanlah menuju Ka‘bah, melainkan menuju Allah. Tubuh bisa pulang ke tanah air, tetapi hati yang telah disentuh Ka‘bah tidak akan pernah sama.

Seperti doa Nabi Ibrahim:

رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ (البقرة: 126)
“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman dan berilah rezeki kepada penduduknya berupa buah-buahan.”

Semoga haji menjadi perjalanan tubuh sekaligus perjalanan hati. Semoga langkah kaki kita suatu hari pun menyentuh tanah suci, dan hati kita tak pernah jauh dari Allah.

اللهم ارزقنا حجًّا مبرورًا، وسعيًا مشكورًا، وذنبًا مغفورًا، وعملاً صالحًا متقبلاً.

Apakah kita siap melangkah, meski mungkin jarak masih jauh? Atau mungkin, justru haji terbesar adalah menundukkan hati kita setiap hari di hadapan-Nya?

 

* Reza Andik Setiawan

Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo Ponorogo


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement