SURAU.CO – Sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW tidak hanya membawa kabar gembira bagi umat manusia, tetapi juga menuat banyak peristiwa ajaib yang menggambarkan betapa agungnya kehadiran beliau di muka bumi. Para ahli sejarah sering menyebut salah satu peristiwa luar biasa itu, yakni jatuhnya berhala-berhala di sekitar Ka’bah menjelang kelahiran beliau. Kejadian ini melambangkan bahwa cahaya tauhid segera menghapus kegelapan syirik yang sudah lama menguasai masyarakat Arab.
Kondisi Ka’bah Sebelum Kelahiran Nabi
Bangsa Arab hidup dalam masa jahiliyah sebelum Nabi Muhammad lahir. Mereka mengenal Allah, namun mereka memilih menyembah berhala buatan tangan mereka sendiri. Orang Quraisy memenuhi Ka’bah, rumah suci peninggalan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, dengan ratusan patung dan sesembahan. Catatan sejarah menyebutkan bahwa orang Quraisy menempatkan sekitar 360 berhala di sekeliling Ka’bah. Mereka menempatkan berhala terbesar bernama Hubal sebagai dewa utama.
Masyarakat Quraisy dengan bangga menaruh patung-patung itu di dalam dan sekitar Ka’bah. Mereka membawa sesajen, berdoa, dan meminta pertolongan kepada benda mati itu. Padahal, Nabi Ibrahim AS membangun Ka’bah sebagai simbol ketaatan kepada Allah yang Esa. Kondisi itu menunjukkan penyimpangan akidah yang mereka lakukan selama berabad-abad.
Pertanda Ajaib Menjelang Kelahiran Nabi
Riwayat banyak ulama menyebut bahwa malam kelahiran Nabi Muhammad penuh dengan tanda-tanda kebesaran Allah. Sejarah mencatat bahwa istana Kisra di Persia berguncang hingga empat belas balkon runtuh, api suci kaum Majusi yang sudah menyala seribu tahun padam, Danau Sawa di Persia mengering tanpa sebab. Semua tanda itu menegaskan bahwa masa kejayaan kekufuran berakhir dan cahaya risalah Islam segera datang.
Di Mekkah, peristiwa tak kalah menggetarkan terjadi. Berhala-berhala yang berdiri kokoh di sekitar Ka’bah tiba-tiba roboh. Orang Quraisy yang melihat kejadian itu merasa heran sekaligus cemas. Mereka meyakini berhala-berhala itu memiliki kekuatan gaib, namun kenyataan menunjukkan berhala-berhala itu jatuh tanpa mampu menahan diri. Allah memperlihatkan tanda bahwa kekuasaan palsu berhala tidak bisa bertahan ketika cahaya kenabian hadir.
Simbol Runtuhnya Kemusyrikan
Runtuhnya berhala di Ka’bah bukan sekadar peristiwa fisik. Kejadian itu menyimpan pesan mendalam bahwa Allah menyiapkan jalan bagi Nabi terakhir untuk membawa risalah tauhid. Berhala yang jatuh menggambarkan hancurnya keyakinan sesat yang selama ini mengikat masyarakat Arab.
Sejarawan Islam menafsirkan kejadian itu sebagai tanda bahwa Islam akan menumbangkan segala bentuk penyembahan selain Allah. Hanya Allah yang memiliki kekuasaan. Allah mengembalikan fungsi Ka’bah sebagai pusat ibadah kepada-Nya semata, bukan rumah bagi patung-patung yang tidak bisa menolong dirinya sendiri.
Reaksi Masyarakat Quraisy
Orang Quraisy merasa khawatir ketika menyaksikan berhala-berhala yang mereka jaga dan agungkan runtuh begitu saja. Beberapa pemuka Quraisy mencoba menghubungkan kejadian itu dengan peristiwa besar yang akan terjadi. Ada yang merasa takut, ada pula yang mengira itu hanya kebetulan. Namun, mereka tidak bisa menolak kenyataan bahwa sesuatu yang luar biasa sedang terjadi di Mekkah.
Masyarakat Quraisy sebenarnya sudah mendengar kabar tentang kelahiran seorang nabi dari bangsa Arab. Ahli kitab, baik Yahudi maupun Nasrani, sering menyampaikan nubuat mengenai utusan terakhir itu. Oleh karena itu, ketika peristiwa aneh seperti robohnya berhala terjadi, sebagian orang langsung mengaitkannya dengan kelahiran sosok yang mereka nantikan.
Lahirnya Sang Nabi Agung
Tak lama setelah peristiwa itu, Siti Aminah melahirkan Nabi Muhammad pada malam Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah. Nabi Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya, Abdullah, wafat sebelum beliau lahir. Meski begitu, kelahirannya menghadirkan cahaya dan keberkahan. Aminah menyaksikan cahaya terang keluar bersamaan dengan lahirnya putranya, cahaya yang menyinari hingga istana-istana di Syam.
Dengan kelahiran Nabi, semua tanda sebelumnya menemukan makna. Runtuhnya berhala di Ka’bah menegaskan bahwa risalah tauhid akan kembali tegak. Allah mengutus Muhammad untuk membersihkan Ka’bah dari segala bentuk kesyirikan dan mengembalikannya pada tujuan semula sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim AS.
Tiga belas tahun setelah menerima wahyu, Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Pada tahun ke-8 Hijriah, beliau menduduki Mekkah dan kembali ke Ka’bah dengan penuh kemenangan. Saat itu, berhala masih memenuhi sekeliling Ka’bah. Nabi menghancurkan semua berhala sambil membaca firman Allah:
“Dan katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu pasti lenyap.” (QS. Al-Isra : 81).
Berhala-berhala yang roboh menjelang kelahirannya akhirnya benar-benar hancur selamanya. Nabi membersihkan Ka’bah dan mengembalikannya menjadi rumah Allah yang murni, bebas dari sesembahan selain-Nya. Inilah puncak peristiwa yang Allah tandai sejak awal kelahiran beliau.
Pelajaran dari Runtuhnya Berhala
Kisah jatuhnya berhala-berhala di Ka’bah memberi banyak pelajaran. Pertama, Allah selalu menampilkan tanda-tanda kebesaran-Nya sebelum peristiwa besar terjadi. Kedua, syirik, betapapun tampak kuatnya, tidak akan pernah bertahan. Hanya kebenaran yang mampu berdiri tegak. Ketiga, kelahiran Nabi Muhammad menandai awal perubahan besar dalam sejarah manusia. Beliau datang untuk membawa manusia dari kegelapan cahaya, dari penyembahan berhala menuju penyembahan kepada Allah yang Maha Esa.
Bagi umat Islam hari ini, kisah itu mengingatkan agar tidak terjebak pada bentuk “berhala modern”. Berhala bukan hanya patung, tetapi juga harta, jabatan, kekuasaan, atau nafsu dunia yang membuat manusia melupakan Allah. Semua itu bisa berubah menjadi sesembahan ketika manusia membiarkan menguasai hati. Seperti berhala di Ka’bah yang runtuh, setiap muslim harus merobohkan “berhala-berhala” di dalam dirinya agar bisa kembali kepada tauhid yang murni.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
