TAWA DAN AIR MATA: DUA WAJAH KEHIDUPAN
SURAU.CO – Hidup adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh warna. Dalam perjalanan itu, kita merasakan rangkaian perasaan yang silih berganti: bahagia dan sedih, tertawa dan menangis. Dua hal ini tampak bertolak belakang, tetapi sesungguhnya saling melengkapi dan membentuk makna kehidupan yang lebih dalam.
Tawa: Anugerah yang Menyegarkan Jiwa
Tawa adalah salah satu anugerah terbesar yang Allah berikan kepada manusia. Dalam tawa terdapat energi positif, keringanan hati, dan semangat untuk melanjutkan hidup.
Rasulullah ﷺ pun tersenyum, bahkan tertawa, sebagai bagian dari akhlak beliau yang lembut. Tawa yang sehat dapat mempererat hubungan sesama manusia, mendamaikan hati yang gundah, dan menghadirkan harapan baru.
Namun, tawa yang berlebihan tanpa kesadaran membuat hati menjadi lalai. Tertawa berlebihan, hingga melupakan tanggung jawab atau mengabaikan kesedihan orang lain, dapat mengeraskan hati. Karena itu, Islam mengajarkan keseimbangan: tersenyum adalah sunnah, tetapi hidup bukan hanya untuk tertawa.
Air Mata: Bahasa Kejujuran Hati
Orang sering menganggap air mata sebagai simbol kelemahan, padahal air mata justru menjadi bahasa kejujuran hati yang tak selalu bisa diungkap dengan kata-kata. Air mata bisa hadir dalam banyak bentuk: air mata rindu, air mata syukur, air mata taubat, maupun air mata kehilangan.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Dua mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka: mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan mata yang berjaga di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi)
Tangisan seorang hamba karena takut kepada Allah adalah tanda kelembutan hati dan kesadaran akan kebesaran-Nya. Maka, air mata bukan sekadar luapan emosi, tetapi bisa menjadi ibadah yang bernilai tinggi di sisi-Nya.
Pelajaran dari Tawa dan Air Mata
Tawa dan air mata bukanlah dua hal yang harus dipisahkan, melainkan dua sisi kehidupan yang saling mengajarkan makna.
Saat tertawa, kita belajar bahwa kebahagiaan adalah karunia. Saat menangis, kita belajar bahwa hidup ini penuh ujian.
Kita butuh tawa agar hati tidak tenggelam dalam kesedihan yang berlarut. Kita juga butuh air mata agar tidak lupa bahwa dunia ini bukan tempat bersenang-senang semata. Hidup adalah keseimbangan: ada waktu untuk bersuka cita, ada pula waktu untuk merenung dan menangis.
Penutup: Memaknai setiap tawa dan air mata itu sebagai jalan menuju ridha Allah
Tawa membuat kita kuat menghadapi kesulitan, sedangkan air mata membuat kita rendah hati di hadapan Allah. Jika keduanya berjalan seimbang, kita akan lebih bijak menjalani hidup. Sebab, pada akhirnya, hidup bukan tentang seberapa sering kita tertawa atau menangis, tetapi bagaimana kita memaknai setiap tawa dan air mata itu sebagai jalan menuju ridha Allah.
Terkadang kita butuh air mata, agar kita tahu bahwa sesungguhnya hidup ini bukanlah sekedar tawa suka. Terkadang kita perlu tertawa agar kita tahu, mahalnya nilai air mata.
Ketika hati bersyukur ketika tersakiti, disinilah diri kita sedang belajar arti sebuah ketabahan…. Seketika hati bersyukur ketika diuji, disinilah diri kita belajar untuk berdiri tegar. Ketika hati bersyukur saat kehilangan, disinilah diri kita belajar untuk sabar dan ikhlas.
“Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”. [An-Nahl : 96]. Islami itu indah. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat (Tengku Iskandar, M. Pd)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
