Amal yang Menipu Pandangan Manusia: Peringatan dari Rasulullah ﷺ
SURAU.CO – Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Sesungguhnya seseorang beramal dengan amal penghuni surga dalam pandangan yang nampak bagi manusia, padahal dia termasuk penghuni neraka. Dan sesungguhnya seseorang beramal dengan amal penghuni neraka dalam pandangan yang nampak bagi manusia, padahal dia termasuk penghuni surga.”
Hadits ini mengguncang hati siapa pun yang mendengarnya. Ia mengajarkan bahwa penilaian manusia sering kali keliru, dan hanya Allah-lah yang mengetahui hakikat seseorang. Lebih dari itu, ia menjadi peringatan keras agar kita selalu menjaga hati dan niat dalam beramal.
Amal yang Menipu Pandangan
Manusia cenderung menilai berdasarkan apa yang terlihat. Seseorang yang rajin shalat di masjid, aktif berdakwah, atau murah bersedekah akan mudah dinilai sebagai ahli surga. Namun, Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa bisa saja semua itu hanya penampakan luar. Di baliknya mungkin tersembunyi niat yang rusak, seperti riya (pamer ibadah), sum’ah (mencari pujian), atau kepentingan dunia.
Begitu juga sebaliknya, seseorang yang tampak tidak taat di mata manusia bisa saja memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Allah, penuh istighfar, amal-amal tersembunyi, dan keikhlasan yang murni—sehingga ia menjadi ahli surga.
Niat adalah Tolok Ukur: Kunci dari semua amal adalah niat. Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan niatnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Orang yang amalnya terlihat seperti amal ahli surga, tetapi niatnya hanya untuk mendapatkan pujian manusia, akan kehilangan nilai di sisi Allah. Sebaliknya, orang yang amalnya sederhana atau tidak dikenal orang, tetapi ia melakukannya semata-mata karena Allah, akan mendapatkan pahala besar.
Bahaya Riya’ dan Sum’ah
Riya’ adalah penyakit hati yang berbahaya. Ia membuat amal yang secara lahiriah tampak indah menjadi hancur di sisi Allah. Dalam hadits qudsi, Allah berfirman:
> “Aku adalah sekutu yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa melakukan amal lalu menyekutukan Aku dengan selain-Ku, maka Aku tinggalkan dia dan sekutu yang ia persekutukan.” (HR. Muslim)
Orang yang beramal untuk manusia, akan mendapat balasan dari manusia—pujian, penghormatan, atau keuntungan dunia—tetapi tidak mendapat apa-apa dari Allah.
Fenomena “Topeng Kebaikan”
Di zaman media sosial, fenomena “topeng kebaikan” semakin marak. Seseorang bisa memamerkan ibadah, sedekah, atau kebaikan lainnya untuk mendapat like dan komentar positif. Padahal, Allah mengingatkan:
> “Mereka ingin dipuji karena apa yang tidak mereka kerjakan.” (QS. Ali ‘Imran: 188)
Kebaikan yang tulus tidak memerlukan panggung. Justru amal yang dirahasiakan lebih dekat kepada keikhlasan, karena ia terjaga dari pandangan manusia dan hanya antara hamba dengan Rabb-nya.
Hikmah dari Hadits
Hadits ini memberikan beberapa pelajaran penting:
1. Jangan mudah terpesona oleh penampilan luar.
Ukuran manusia tidak sama dengan ukuran Allah. Penilaian kita sering kali terbatas dan bisa keliru.
2. Jaga niat sebelum, saat, dan setelah beramal.
Niat bisa berubah di tengah jalan. Karenanya, penting untuk selalu memperbarui niat agar tetap murni karena Allah.
3. Hindari membandingkan diri dengan orang lain.
Kita tidak tahu keadaan hati orang lain, maka fokuslah memperbaiki diri sendiri.
4. Bersikap rendah hati dalam menilai orang lain.
Seseorang yang tampak buruk di mata kita bisa saja sangat mulia di sisi Allah.
Kisah Nyata dari Zaman Nabi ﷺ
Dalam riwayat shahih, Rasulullah ﷺ pernah menceritakan tentang seorang pejuang yang tampak sangat berani di medan perang. Para sahabat menyangka ia adalah ahli surga. Namun, Rasulullah ﷺ berkata bahwa ia termasuk ahli neraka.
Ternyata, orang itu terluka parah, lalu membunuh dirinya sendiri. Inilah contoh nyata amal yang terlihat baik di mata manusia, tetapi ternyata buruk di sisi Allah.
Amal Rahasia yang Menyelamatkan: Sebaliknya, ada pula orang yang amalnya sederhana atau tidak terlihat, tetapi justru menyelamatkan dirinya. Rasulullah ﷺ menceritakan kisah seorang pelacur yang memberi minum seekor anjing yang kehausan, lalu Allah mengampuni dosanya dan memasukkannya ke surga. Mungkin di mata manusia, hidupnya penuh dosa, tetapi amal kecil itu dilakukan dengan ketulusan yang luar biasa.
Mengapa Bisa Terjadi?
Fenomena ini terjadi karena:
Allah menilai hati, bukan hanya perbuatan lahiriah.
Nabi ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa kalian dan harta kalian, tetapi Allah melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
Amal adalah ujian keikhlasan.
Orang yang ikhlas akan terus beramal meski tidak dilihat orang, sedangkan yang tidak ikhlas akan berhenti jika tidak mendapat perhatian.
Hidayah adalah milik Allah.
Seseorang bisa saja mengakhiri hidupnya dengan su’ul khatimah meski awalnya banyak beramal, atau sebaliknya mendapat husnul Khatimah meski awalnya banyak maksiat
Cara Agar Tidak Terjebak
1. Perbanyak doa agar diberi keikhlasan.
Rasulullah ﷺ mengajarkan doa:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu dengan sesuatu yang aku ketahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa yang tidak aku ketahui.” (HR. Ahmad)
2. Latih diri untuk beramal secara tersembunyi.
Misalnya sedekah tanpa diketahui orang, shalat malam tanpa mempostingnya.
3. Perbaiki niat secara berkala.
Sebelum amal: niatkan untuk Allah.
Saat amal: ingatkan diri bahwa kita sedang beribadah.
Setelah amal: kembalikan semua pujian kepada Allah.
4. Ingat kematian dan akhirat.
Kesadaran bahwa semua akan dihisab membuat kita waspada dari riya’ dan sum’ah.
Penutup: Hati adalah Kunci
Hadits ini menegaskan bahwa hati adalah pusat penilaian di sisi Allah. Amal lahiriah bisa menipu pandangan manusia, tetapi hati tidak bisa menipu Allah. Karenanya, fokus kita bukan hanya memperbanyak amal, tetapi juga memurnikan niat.
Semoga Allah menjaga hati kita dari penyakit riya’ dan sum’ah, memberi kita keikhlasan hingga akhir hayat, dan menutup hidup kita dengan husnul khatimah.
Karena pada akhirnya, bukan bagaimana kita memulai yang menentukan, tetapi bagaimana kita mengakhiri perjalanan hidup ini. (Tengku Iskandar, M.Pd)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
