SURAU.CO. Malam Senin, tanggal 7–8 September 2025, bertepatan dengan 15 Rabiul Awal 1447 H, masyarakat Indonesia akan berkesempatan menyaksikan Gerhana Bulan Total, sebuah fenomena langit yang langka sekaligus menakjubkan. Peristiwa ini terjadi ketika cahaya Bulan tertutup bayangan Bumi, sehingga rembulan perlahan meredup dan berubah warna menjadi merah tembaga.
Langit malam sejatinya senantiasa memikat dengan taburan bintang yang berkelip dan cahaya lembut rembulan yang menenangkan. Namun, di antara rutinitas keindahan itu, terkadang alam semesta menyingkap peristiwa luar biasa yang membuat manusia terdiam, merenung, dan menyadari betapa kecil dirinya di hadapan Sang Pencipta. Gerhana bulan menjadi salah satu momen langka yang menggugah hati untuk semakin dekat kepada Allah Swt.
Memahami Fenomena Gerhana Bulan Total
Gerhana Bulan Total terjadi ketika Matahari, Bumi, dan Bulan berada dalam satu garis lurus. Bumi akan menutupi cahaya Matahari. Akibatnya, Bulan masuk sepenuhnya ke dalam umbra (bayangan inti) Bumi.
Secara kasatmata, Bulan yang biasanya bersinar terang akan meredup. Selanjutnya, Bulan akan berubah menjadi warna merah tembaga yang memukau. Keindahan inilah yang membuat gerhana ini dikenal sebagai Blood Moon atau Bulan Darah.
Detail Astronomis Gerhana 2025
Mengutip dari akun Instagram resmi BMKG (@infobmkg), fenomena ini dapat terlihat oleh mata telanjang maupun lebih jelas dengan teleskop. Dari barat Indonesia, semua fase gerhana bisa diamati. Sementara di Papua bagian timur, Bulan akan terbenam sebelum gerhana selesai. Adapun waktunya sebagai berikut
- Gerhana Penumbra mulai (P1): 22.26.56 WIB
- Gerhana Sebagian mulai (U1): 23.26.44 WIB
- Gerhana Total mulai (U2): 00.30.17 WIB
- Puncak Gerhana (Puncak): 01.11.45 WIB
- Gerhana Total berakhir (U3): 01.53.13 WIB
- Gerhana Sebagian berakhir (U4): 02.56.46 WIB
- Gerhana Penumbra berakhir (P4): 03.56.34 WIB
Seluruh wilayah Indonesia berpeluang menyaksikan fenomena ini. Tentu saja, hal ini hanya berlaku jika langit tidak tertutup awan. Bayangkan, mulai dari tengah malam hingga menjelang dini hari, kita dapat melihat bulan yang biasanya putih bersih berubah menjadi merah gelap. Peristiwa ini akan menghadirkan nuansa mistis yang sekaligus menakjubkan.
Antara Keindahan Alam dan Perenungan Spiritual
Gerhana Bulan Total bukan hanya sekadar tontonan alam. Peristiwa ini juga menjadi isyarat bagi manusia. Manusia diingatkan untuk kembali merenungkan kebesaran Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda dalam hadis sahih:
“Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Tidaklah keduanya mengalami gerhana karena kematian atau kelahiran seseorang. Maka jika kalian melihatnya, berdoalah, bertakbirlah, shalatlah, dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengajarkan makna spiritual yang mendalam. Gerhana adalah momentum yang tepat untuk memperbanyak doa, istighfar, sedekah, dan amal kebaikan lainnya. Saat langit menunjukkan keagungan-Nya, manusia akan diajak menundukkan hati. Manusia juga diingatkan untuk menyadari betapa kecilnya diri di hadapan Sang Pencipta.
Tuntunan Shalat Gerhana (Shalat Khusuf)
Dalam Islam, umat Muslim sangat dianjurkan untuk melaksanakan shalat gerhana (shalat khusuf). Ibadah ini dikerjakan saat fenomena gerhana bulan berlangsung. Hukumnya adalah sunnah muakkadah. Artinya, ibadah ini sangat dianjurkan. Berikut ini adalah tuntunan ringkas yang bersumber dari berbagai kitab fikih dan panduan ulama,
Niat Shalat
- Imam: Ushallî sunnatal khusûfi rak‘ataini imâman lillâhi ta‘âlâ (Saya niat shalat sunnah gerhana bulan dua rakaat sebagai imam karena Allah Ta’ala)
- Makmum: Ushallî sunnatal khusûfi rak‘ataini ma’mûman lillâhi ta‘âlâ (Saya niat shalat sunnah gerhana bulan dua rakaat sebagai makmum karena Allah Ta’ala)
- Sendiri: Ushallî sunnatal khusûfi rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ (Saya niat shalat sunnah gerhana bulan dua rakaat karena Allah Ta’ala)
Tata Cara Shalat Gerhana
Rakaat Pertama
Niat salat gerhana yang dibarengi dengan takbiratul ihram.
Membaca doa Iftitah
Membaca Ta’awudz dan Al-Fatihah
Membaca surat Al-Qur’an dengan jahr (lantang)
Rukuk pertama (lama)
Bangkit dari ruku (I’tidal)
Membaca surat Al-Fatihah kembali
Membaca surat yang lebih pendek dari surat pada poin 4
Rukuk kedua (lebih singkat dari rukuk pertama)
Bangkit dari ruku (I’tidal)
Sujud pertama
Duduk di antara dua sujud
Sujud kedua
Rakaat Kedua:
Dilakukan dengan pola yang sama seperti rakaat pertama. Namun, bacaan surat dan rukuk lebih singkat. Setelah salam, imam disunnahkan berkhutbah. Isi khutbah berupa nasihat, ajakan memperbanyak doa, istighfar, sedekah. Imam juga mengingatkan bahwa gerhana adalah tanda kebesaran Allah Swt, bukan karena kelahiran atau wafatnya seseorang.
Dalam shalat gerhana, tidak ada azan maupun iqamah. Cukup diseru dengan kalimat: “Ash-shalâtu jâmi‘ah” (Shalat akan dilaksanakan secara berjamaah).
Menyambut Gerhana dengan Penuh Khusyuk
Gerhana Bulan Total pada malam 7–8 September 2025 adalah kesempatan yang langka. Peristiwa ini menghadirkan keindahan astronomis sekaligus panggilan spiritual. Di tengah kesibukan hidup sehari-hari, langit seolah mengingatkan manusia untuk berhenti sejenak. Manusia harus menundukkan hati dan kembali mendekatkan diri pada Allah Swt
Saat Bulan perlahan berubah menjadi merah tembaga, jangan hanya terpana oleh keindahannya. Mari kita juga berdiri untuk shalat khusuf. Perbanyak istighfar dan mohon ampunan kepada Allah SWT. Gerhana adalah tanda bahwa alam semesta tunduk pada ketetapan-Nya. Manusia pun seharusnya bersujud di hadapan-Nya.
Mari kita sambut Blood Moon pada 7–8 September 2025 dengan rasa takjub. Selain itu, mari kita sambut dengan rasa syukur dan kepatuhan kepada Sang Pencipta.(kareemustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
