Opinion
Beranda » Berita » Hikmah Itu Lampu Jalan: Kalau Padam, Pemimpin Jalan Sendiri dalam Gelap

Hikmah Itu Lampu Jalan: Kalau Padam, Pemimpin Jalan Sendiri dalam Gelap

Pemimpin dengan lampu hikmah menerangi jalan rakyat.
Ilustrasi pemimpin memegang pelita yang menerangi rakyat di jalan malam.

Dalam kitab klasik Nasihatul Mulk karya Imam al-Ghazali, ada ungkapan yang menusuk: pemimpin tanpa hikmah bagaikan berjalan dalam kegelapan. Sebab, hikmah bukan sekadar ilmu, melainkan cahaya yang membimbing arah. Seorang pemimpin boleh punya kuasa, harta, bahkan bala tentara, tetapi jika lampu hikmah padam, ia berjalan sendirian dalam gelap.

Fenomena ini sering kita temukan di negeri kita. Betapa banyak pemimpin yang pandai berpidato, lihai berjanji, tapi ketika keputusan dibuat, kita merasa: “Kok gelap, ya? Kok seperti nggak ada cahaya?”

Saya pernah mendengar obrolan seorang pedagang kecil di pasar:

“Pemerintah katanya bantu rakyat kecil, tapi aku nggak merasa apa-apa.”
“Berarti lampu mereka redup, Mas. Jadi jalannya nggak kelihatan sampai ke kita.”

Cahaya yang Menyinari, Bukan Membutakan

Imam al-Ghazali menulis:

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

“الْمُلْكُ وَالدِّينُ تَوْأَمَانِ، فَإِذَا فَارَقَ أَحَدُهُمَا الْآخَرَ هَلَكَا”
“Kekuasaan dan agama adalah dua saudara kembar. Bila salah satunya ditinggalkan, keduanya akan hancur.”

Hikmah adalah sinar yang lahir dari iman dan akal. Tanpa itu, kekuasaan hanya jadi pameran. Pemimpin yang benar adalah dia yang menyinari jalan rakyatnya, bukan membutakan dengan cahaya semu pencitraan.

Al-Qur’an mengingatkan:

“يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا”

(QS. Al-Baqarah: 269)
“Allah menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki, dan barangsiapa dianugerahi hikmah, maka sungguh ia telah diberi kebaikan yang banyak.”

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Artinya, bukan semua pemimpin otomatis punya hikmah. Hikmah adalah anugerah, tetapi juga bisa dipupuk lewat hati yang jernih, niat yang lurus, dan keberanian mengakui salah.

Ketika Kekuasaan Menjadi Api Tanpa Pelita

Al-Ghazali berkata lagi:

“الْمُلْكُ بِلَا عَدْلٍ كَالنَّارِ بِلَا نُورٍ”

“Kekuasaan tanpa keadilan bagaikan api tanpa cahaya.”

Bayangkan api unggun besar, panas membakar, tetapi tidak memberi terang. Begitulah pemimpin yang berkuasa tanpa keadilan—rakyatnya terbakar, tapi tidak pernah tercerahkan.

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

Fenomena korupsi, kesenjangan sosial, dan politik uang adalah bentuk nyata api tanpa cahaya. Riset Bank Dunia 2022 menyebutkan, kesenjangan pendapatan di Indonesia masih cukup tinggi, ditandai dengan koefisien Gini di angka 0,38. Angka itu menunjukkan, keadilan belum sepenuhnya hadir, sehingga api kuasa belum benar-benar menjadi pelita.

Hikmah yang Menyambungkan Pemimpin dengan Rakyat

Imam al-Ghazali menulis:

“إِذَا بَعُدَ الْمَلِكُ عَنْ رَعِيَّتِهِ بَعُدَتْ قُلُوبُهُمْ عَنْهُ”

“Apabila seorang raja menjauh dari rakyatnya, maka hati mereka pun menjauh darinya.”

Hikmah bukan hanya kecerdasan akademik, tetapi juga kearifan untuk mendengar suara kecil di lorong-lorong pasar, di ladang petani, atau di bibir nelayan yang menunggu ombak. Pemimpin yang penuh hikmah akan tahu bahwa jarak hati lebih berbahaya daripada jarak istana dengan desa.

Saya teringat dialog singkat seorang bapak di terminal:

“Apa sih bedanya pemimpin dulu sama sekarang?”
“Dulu pemimpin dekat dengan kita, sekarang dekatnya sama kamera.”

Renungan Singkat

Empat Hikmah Imam al-Ghazali untuk Pemimpin:

  1. Kekuasaan tanpa iman dan agama hanya gelap.
  2. Tanpa keadilan, kuasa jadi api tanpa cahaya.
  3. Pemimpin jauh dari rakyat akan kehilangan hati mereka.
  4. Hikmah adalah anugerah, tetapi harus dipelihara dengan kesucian niat.

Langkah Praktis

  • Bagi kita semua, sekecil apapun amanahnya, mulailah dengan keadilan. Bahkan pada anak sendiri, janganlah pilih kasih.
  • Belajar mendengar suara kecil. Hikmah lahir dari kesediaan mendengar, bukan hanya dari kemampuan berbicara.
  • Tumbuhkan niat tulus. Pemimpin tanpa niat baik hanya mengulang kegelapan yang sama.
  • Ingatlah, setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya (HR. Bukhari-Muslim). Maka lampu itu jangan padam dalam rumah kita sendiri.

Penutup: Doa Agar Lampu Hikmah Tak Padam

Kita semua sedang berjalan di jalan panjang bernama kehidupan berbangsa. Ada pemimpin di depan, ada rakyat di belakang. Namun tanpa lampu hikmah, kita semua hanya akan beriringan dalam gelap.

اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَى قَادَتِنَا نُورَ الْحِكْمَةِ، وَاجْعَلْ قُلُوبَهُمْ مَرْحَبًا بِالرَّعَايَا، وَلَا تَدَعْهُمْ يَسِيرُونَ فِي الظُّلُمَاتِ

“Ya Allah, turunkanlah cahaya hikmah pada pemimpin kami, lembutkan hati mereka terhadap rakyat, dan jangan biarkan mereka berjalan dalam kegelapan.”

Pertanyaan yang tersisa: apakah kita siap menjadi pemimpin—meski hanya bagi diri sendiri—yang menjaga agar lampu hikmah tetap menyala?

 

Sugianto al-Jawi

Budayawan kontemporer Tulungagung


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement